Berita Utama

Kala Hypermart Tak Ingin Memperpanjang Kontrak

×

Kala Hypermart Tak Ingin Memperpanjang Kontrak

Sebarkan artikel ini
Hypermart di Gedung Bangkalan Plaza (atas) dan Pasar Ki Lemah Duwur (bahw). (Foto/kamalinda/zienal ka-chowka)

Hypermart Bangkalan dikabarkan tidak akan memperpanjang kontrak. Karyawan waswas, pedagang pasar tradisional di sebelahnya sumringah.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Hypermart di Gedung Bangkalan Plaza (atas) dan Pasar Ki Lemah Duwur (bahw). (Foto/kamalinda/zienal ka-chowka)
Hypermart di Gedung Bangkalan Plaza (atas) dan Pasar Ki Lemah Duwur (bahw). (Foto/kamalinda/zienal ka-chowka)

MataMaduraNews.com, BANGKALAN-Saat itu Arif sedang mencari stand di Hypermart Bangkalan untuk membuka usaha. Salah seorang pegawai Pemerintah Kabupaten Bangkalan kemudian datang dan menawarkan stand di lantai tiga secara cuma-cuma. Karena tempat yang ditawarkan tidak strategis dan ada sedikit kecurigaan, warga Bangkalan itu lalu meminta tempat di lantai dasar. Namun betapa kagetnya Arif ketika pegawai itu memberitahu kalau Hypermart tidak akan melakukan perpanjangan dengan Bangkalan Plaza (Banplaz). ”Saya kaget, Mas. Kalau benar, dapat dipastikan Banplaz semakin sepi karena ramainya Banplaz juga karena ada Hypermart,” ungkapnya, pekan lalu.

Arif semakin yakin akan kebenarannya ketika kerabatnya yang bekerja di Hypermart mengamini kabar mengejutkan itu. Ia merasa kasihan apabila para karyawan Hypermart harus dipecat dan menambah jumlah pengangguran. Menurutnya Pemkab harus segera jemput bola terkait bergulirnya isu, guna menyelamatkan para karyawan. ”Kami sangat berharap pemerintah segera mengambil langkah strategis,” tandasnya.

Mata Madura mendatangi Divisi Manajer Price Hypermart Achmad Muzammil untuk melakukan konfirmasi. Zamil, sapaan akrabnya, mengaku tidak mengetahui tentang merebaknya isu tersebut. Karena hal itu adalah bagian dari sewa-menyewa antara kantor pusat dengan pihak Banplaz. ”Kalau masalah itu, saya kurang tahu pasti, Mas. Tapi yang jelas saya dan semua karyawan di sini sangat berharap isu itu tidak benar. Sebab di sini sudah menjadi mata pencaharian kami untuk menafkahi anak dan istri,” ungkapnya, Jum’at pekan lalu.

Zamil menjelaskan, Hypermart selama ini sudah menjadi brand terbesar Banplaz. Bersama dengan Hypermart di Surabaya, Gresik, Kediri, Malang dan Batu, Hypermart Bangkalan termasuk dalam regional Jatim 6. Selama bekerja di Hypermart Bangkalan, Zamil kerap menemui masalah pada fasilitas yang sangat urgen. Genset yang menurutnya sangat dibutuhkan saat terjadi pemadaman listrik, sering mati. ”Mungkin isu yang merebak bahwa atasan kami tak memperpanjang kontrak, karena itu, Mas. Tapi saya tidak tahu pasti,” bebernya.

Beberapa waktu silam, saat pihaknya menggelar lomba Fiesta yang melibatkan masyarakat bekerja sama dengan Kodim Bangkalan, genset padam hingga tiga kali di tengah acara. Dari 12 Hypermart yang ada di regional Jatim 6, lanjut Zamil, Hypermart Bangkalan sebenarnya memang termasuk yang kurang bagus. ”Di Bangkalan ini yang kurang bagus service-nya,” ujar Zamil.

Terlepas dari itu, Zamil mengatakan, Hypermart di Bangkalan sangat berpotensi. Sejak tersambungnya Jembatan Suramadu, pihaknya yakin Hypermart akan berkembang. Zamil mengaku mendapatkan tantangan langsung dari pimpinan pusat agar bisa mempertahankan Hypermart Bangkalan. Namun menurutnya, dengan keadaan yang sekarang, bisa berjalan saja sudah cukup bagus. ”Kami semua, 170 karyawan warga Bangkalan dan Madura berharap, semoga isu itu tidak benar,” katanya.

Ketua DPRD Bangkalan Imron Rosyadi mengaku tidak ingin isu tersebut menjadi kenyataan. Karena menurutnya, Banplaz yang terisi oleh beberapa perusahaan ternama seperti Matahari dan Hypermart, tak lepas dari upaya keras Bupati sebelumnya RKH Fuad Amin Imron, yang tentu menghabiskan banyak anggaran. ”Jangan sampai terjadi, sebab Banplaz adalah aset Pemkab yang sangat berharga untuk membantu perputaran ekonomi di Bangkalan,” katanya, pekan lalu.

Imron mengatakan, keberadaan Banplaz mampu mengurangi angka pengangguran. Sebab sejumlah lapangan pekerjaan yang menampung ratusan karyawan difasilitasi Banplaz. Politisi Gerindra Bangkalan ini menjelaskan, Banplaz juga turut menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), meski nominalnya masih kecil. ”Kalau tidak salah dari Banplaz ini PAD setiap tahunnya masih di bawah setengah miliar. Lebih pastinya silakan dikonfirmasi ke Dispenda,” terangnya kepada Mata Madura.

Imron mendesak Pemkab agar segera melakukan klarifikasi agar isu tidak semakin liar. Jika memang benar Banplaz tidak melakukan perpanjangan dengan Hypermart, Pemkab harus mengevaluasi manajer Banplaz karena merugikan Pemkab dan masyarakat. ”Kalau perlu diganti saja yang lebih mumpuni, sebab dalam hal ini dibutuhkan sosok yang mampu memberikan kenyamanan kepada perusahaan yang akan masuk ke Banplaz,” ujarnya.

Imron menyebutkan, keberadaan Banplaz tidak termasuk dalam BUMD Bangkalan, tapi hanyalah salah satu komponen untuk mendongkrak PAD Bangkalan. Sementara pengelolaan Banplaz diserahkan kepada pihak ketiga. ”Jadi saya berharap Pemkab harus segera sigap, tanggap dan cepat untuk mencari letak persoalan ini, agar tidak berlarut-larut,” pungkasnya.

Bak gayung bersambut, para pedagang di pasar tradisional Ki Lemah Duwur merasa senang jika Hypermart tidak memperpanjang kontrak di Banplaz. Salah satu pedagang baju, Rofiah mengeluhkan sepinya pasar semenjak pindah dan berdampingan dengan Banplaz. ”Dulu sebelum dipindah masih ramai, waktu dekat alun-alun. Tapi sekarang sepi banget, Mas,” ujar ibu dua anak tersebut, saat ditemui Mata Madura.

Perempuan asal Kecamatan Burneh ini mengungkapkan, dengan pembayaran pajak Rp 400 ribu per tahun dan kontrak stand sebesar Rp 2 juta dalam dua tahun, ia merasa kesulitan apabila satu hari saja tidak ada pembeli. ”Sehari kadang gak dapat pembeli. Anak saya sekolah semua, belum lagi bayar pajak sama keamanan di sini,” keluhnya.

Kondisi ini membuat Pemkab Bangkalan dilema. Asisten Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Setdakab Bangkalan Muhammad Fahri mengatakan, Pemkab harus berpikir keras agar kesejahteraan masyarakat dapat diutamakan. ”Selama ini menurut saya, yang ke Hypermart itu kan orang yang ekonomi menengah ke atas. Kalau pasar Lemah Duwur itu kan untuk kelas menengah ke bawah, jadi repot juga,” katanya, Jum’at pekan lalu.

Menurut Fahri, kepastian perpanjangan kontrak Hypermart masih menunggu akhir tahun. Pihaknya juga akan mempertimbangkan kemungkinan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan Hypermart serta kesejahteraan pedagang kecil di pasar tradisional. Jika harus memilih, Fahri mengaku akan memprioritaskan pasar tradisional. ”Jika toh Hypermart tidak memperpanjang, kita optimalkan pasar Ki Lemah Duwur,” imbuhnya.

Eko/Jamal, Mata BangkalanÂ