matamaduranews.com– Istighatsah sudah tak asing bagi kelompok Nahdliyyin. Tapi, bacaan istighatsah baru dikenal sejak tahun 1990-an.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Tahukah, siapa yang menyusun bacaan istighatsah ini?
Dikuti dari situs nu.or.id, KH. Muhammad Romly bin Tamim bin Irsyad adalah penyusun bacaan istigatsah. Beliau seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dari Rejoso, Peterongan, Jombang yang wafat tahun 1958 M.
KH Muhammad Romly bin Tamim adalah salah satu putra dari empat putra Kiai Tamim Irsyad, seorang Kiai asal Bangkalan, Madura. Kiai Tamim memiliki empat putra. Yaitu, Kiai Muhammad Fadlil, Nyai Siti Fatimah, Kiai Muhammad Romly dan Kiai Muhammad Umar.
KH Muhammad Romly bin Tamim lahir pada tahun 1888 M di Bangkalan Madura. Sejak kecil, beliau diboyong oleh Kiai Tamim Irsyad ke Jombang.
Di masa kecilnya, selain belajar ilmu dasar-dasar agama dan Al-Qur’an kepada ayahnya sendiri, Kiai Romly juga belajar kepada kakak iparnya yaitu KH Kholil Juraimi, pembawa Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Rejoso.
Usia dewasa, Kiai Romly dikirim belajar ke KH Kholil di Bangkalan. Kiai Tamim dan Kiai Kholil Juraimi juga belajar ke Kiai Kholil Bangkalan.
Usai belajar ke Kiai Kholil Bangkalan, Kiai Romly mendapat tugas untuk membantu KH Hasyim Asy’ari mengajarkan ilmu agama di Pesantren Tebuireng. Beliau diambil sebagai menantu oleh Kiai Hasyim. Dinikahkan dengan putrinya, Nyai Izzah binti Hasyim pada tahun 1923 M. Namun pernikahan itu tak berlangsung lama setelah terjadi perceraian.
Setelah perceraian itu, Kiai Romly, pulang ke rumah orang tuanya, Kiai Tamim di Rejoso Peterongan. Tak lama kemudian beliau menikahi seorang gadis dari desa Besuk, Mojosongo, Kecamatan Diwek.
Gadis yang dinikahi tersebut bernama Maisaroh. Dari pernikahannya dengan Nyai Maisaroh ini, lahir dua orang putra yaitu Ishomuddin Romly (wafat tertembak oleh tentara Belanda, saat masih muda), dan Musta’in Romly.
Setelah Nyai Maisaroh wafat, Kiai Romly menikah lagi dengan putri KH. Luqman dari Swaru Mojowarno. Gadis itu bernama Khodijah. Dari pernikahannya dengan istri ketiga itu, lahir putra-putra beliau yaitu: KH. Ahmad Rifa’iy Romli (wafat tahun 1994), beliau adalah menantu KH. Mahrus Ali Lirboyo, KH. A. Shonhaji Romli (wafat tahun 1992), beliau adalah menantu KH. Ahmad Zaini Sampang, KH. Muhammad Damanhuri Romly (wafat tahun 2001), beliau adalah menantu KH. Zainul Hasan Genggong, KH. Ahmad Dimyati Romly (wafat tahun 2015) beliau menantu KH. Marzuki Langitan), dan KH. A. Tamim Romly, SH, M.Si. (menantu KH. Shohib Bisri Denanyar).
Silsilah Nasab Kiai Romly
Nasab darah Kiai Romly Tamim ini menurut sumber yang cukup terpercaya ternyata adalah keturunan salah seorang dari Wali Songo yaitu Sayyid Abdul Qodir Syarif Hidayatulloh Sunan Gunungjati Cirebon. Urutannya adalah sebagai berikut:
KH Muhammad Romly bin Tamim bin Irsyad bin Ahmad, bin Nyi Rohimah binti Sayyid Abdul Mannan, Bujuk Kesambih, Batuampar Madura, bin Nyi Azimah, binti Nyi Dewi Shufiyah (isteri Sayyid Abdurrohman bin Husain Assegaff al-Maghroby) binti Nyi Dewi Haisah, putri Sunan Malaka, isteri Sayyid Abdul Qodir Syarif Hidayatulloh Sunan Gunungjati, Cirebon.
Dari Sayyid Abdul Qodir Syarif Hidayatulloh Sunan Gunungjati, Cirebon jika ditarik nasabnya ke atas beliau adalah putra Sayyid Abdulloh bin Sayyid Nurul Alam, bin Sayyid Jamaluddin, bin Sayyid Ahmad Tajuddin, bin Sayyid Abdulloh, bin Sayyid Abdul Malik Khan, bin Sayyid Alwi, bin Sayyid Muhammad Shohibul Mirbath, bin Sayyid Ali Khola’ Qasam, bin Sayyid Alwi, bin Sayyid Muhammad, bin Sayyid Alwi, bin Sayyid Ubaidillah, bin Sayyid Ahmad Muhajir ilallah, bin Sayyid Isa Arrumi al-Bashry, bin Sayyid Muhammad an-Naqib, bin Sayyid Ali Al-Uraidly, bin Sayyid Ja’far Shodiq, bin Sayyid Muhammad al-Baqir, bin Sayyid Ali Zainal Abidin, bin Sayyidinas Syahid al-Husain, bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, atau bin Fahimatuz Zahra’il Bathul bintu Sayyidil Anbiya’ wal Mursalin Sayyiduna Muhammad Rasulullah SAW.
KH Muhammad Romly Tamim, adalah seorang kiai yang sangat alim, sabar, pemurah, wara’, faqih, seorang sufi murni, seorang Mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul’Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang.
Di antara murid-murid beliau yang terkenal di antaranya ialah al-Mursyid KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), al-Mursyid KH. Muhammad Utsman al-Ishaqi (Sawahpuluh Surabaya), al-Mursyid KH. Ahmad Shonhaji (Kebumen), al-Mursyid KH. Muhammad Shiddiq (Kudus), al-Mursyid KH. Muslich (Meranggen Jawa Tengah), al-Mursyid KH. Adlan Ali (Cukir Jombang), juga putranya sendiri al-Mursyid DR. KH. Musta’in Romly (Peterongan Jombang), KH. Shobiburrohman (Jepara Jateng), KH. Mas’ud atau yg dikenal dengan sebutan Gus Ud, KH. Imron Hamzah, KH. Sholeh Qosim (Sidoarjo), KH. Abdul Karim Thoyib, KH. Djasim Nur, KH. Ma’shum Almubarok (Pasuruan) dan lain sebagainya.
KH Muhammad Romly Tamim, disamping seorang mursyid, beliau juga kreatif dalam menulis kitab. Di antara kitab-kitab karangannya ialah: al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil-Bariyyah, Tsamratul Fikriyah, Risalatul Waqi’ah, Risalatush Shalawat an-Nariyah. Beliau wafat di Rejoso Peterongan Jombang pada tanggal 16 Ramadlan 1377 H. atau tanggal 6 April 1958 M.
redaksi