AdvertorialBisnis

Kiat Sukses Bisnis Ayam Pedaging

×

Kiat Sukses Bisnis Ayam Pedaging

Sebarkan artikel ini

bprs-ayam-1MataMaduraNews.com–BAGI sebagian orang, bisnis ayam pedaging berpotensi rugi. Jika tidak banyak mati ayam peliharaannya, harga jual pasca panen melorot. Tidak sebanding dengan biaya pakan yang dikeluarkan. Tapi keluhan ini tidak berlaku bagi Rusman Dani, 31, Warga Keles, Kecamatan Ambunten, Sumenep. Lewat bisnis budi daya ayam broiler (pedaging), tiap bulan ia meraup untung Rp 16 juta setelah mendapat suntikan modal dari Bank BPRS Bhakti Sumekar.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Rusman Dani menyambut hangat kedatangan Mata Madura untuk wawancara seputar perjalanan usaha yang ia kembangkan, pada hari Jum’at, 14 Oktober lalu. Rusman, begitu ia lebih dikenal masyarakat sebagai salah seorang pengusaha ayam potong, mendirikan 11 kandang ayam di samping rumahnya untuk diisi 2000 bibit ayam setiap minggu secara estafet. Sehingga dalam satu bulan, ada sekitar 8000 ekor ayam potong yang siap panen.

Merintis Usaha dari 500 Ayam
Rusman bercerita, usaha yang menjadi mata pencaharian saat ini berasal dari rintisan ayahnya di tahun 1999. Di tahun itu, ayah Rusman membeli 500 ekor bibit ayam. Dengan tempat seadanya, 500 bibit ayam berhasil dibesarkan dalam kurun waktu 40 hari.

Beberapa tahun berikutnya, Rusman meneruskan rintisan usaha ortunya. Rusman menambah kandang baru. Jumlah bibit pun bertambah menjadi 1000 ekor tiap bulan. Terasa sukses, Rusman terus menambah pasokan bibit ayam. Kala itu, durasi panen dirubah. Masa panen sebulan sekali diganti seminggu sekali panen. “Tiap minggu kandang diisi 500 ekor bibit ayam. Sebulan bisa 2000 ekor ayam yang dipanen dengan estafet tiap minggu. Alhamdulillah, ayam yang mati tidak sampai 5 %,” cerita Rusman.

Beriring permintaan pedagang akan kebutuhan ayam pedaging semakin meningkat, Rusman berencana menambah jumlah bibit ayam. Apa daya, kemampuan financial Rusman terbatas untuk membangun kandang baru dan biaya pakan selama 40 hari. Beruntung, Bank BPRS Bhakti Sumekar bersedia memberi pinjaman modal berbasis syari’ah.

Di tahun 2010, Rusman mendapat pinjaman awal Rp 30 juta. Jumlah ayam ternak Rusman, kala itu, mencapai 4000 ekor per bulan. Cukup jaminan BPKB, BPRS bersedia mengucurkan pinjaman modal usaha Rusman.

BPRS memang memiliki program pembiayaan usaha bagi UMKM. Berupa pembiayaan modal kerja atau investasi untuk perorangan yang memiliki usaha kecil menengah dengan akad murabahah (jual beli) atau mudharabah (bagi hasil). Salah satu kemudahan yang dirasa Rusman sejak bermitra dengan BPRS adalah cicilan ringan dan syarat mudah. Sehingga banyak margir keuntungan yang tersisa dari menjual produk dan menyetor cicilan modal usaha ke BPRS.

Terasa butuh banyak tambahan modal, pada tiga tahun berikutnya, Rusman menambah pinjaman Rp 50 juta ke BPRS. Kala itu, jaminan pinjaman berupa sertifikat.

Usaha Rusman terus berkembang. Jumlah kandang ternak ayam pedaging pun bertambah. Sebanyak sebelas kandang disiapkan untuk menambah bibit ayam. Ukuran kandang variasi. Tergantung jumlah ayam. Seukuran 8×10 m2 bisa memuat 1000 ayam pedaging. Sedangkan yang berukuran 4×5 m2 bisa menampung 500 ekor ayam. Sisa kandang berpola mitra usaha dengan peternak ayam di sekitar rumah Rusman.

Kala itu, setiap minggu Rusman mendatangkan bibit ayam sebanyak 2000 ekor. Sehingga dalam sebelun, sebanyak 8000 ekor yang siap bprs-ayampanen dengan estafet tiap minggu 2000 ekor.

Dengan jumlah ayam yang tambah banyak, Rusman harus mempersiapkan banyak pakan. Setiap minggu, ia datangkan 3,5 ton pakan konsentrat yang dicampur dengan beras jagung. Perputaran uang dengan kebutuhan pembelian pakan menjadi kendala baru.
Rusman terbesit untuk menambah pinjam baru ke BPRS. Pada tahun 2015, Rusman menambah pinjaman modal usaha baru ke BPRS sebesar Rp 90 juta. Dengan modal baru itu, Rusman seperti aman memutar usaha ternak ayam pedaging.

Pendapatan Bersih  Rp 4 juta/minggu
Usaha Rusman tidak banyak melibatkan pekerja. Setiap minggu, 2000 bibit ayam yang datang langsung dipasrahkan kepada satu orang berasal dari tetangga sekitar. Sistemnya borong upah kerja sejak bibit hingga panen. Bayarannya mencapai Rp 2 juta selama 40 hari. Satu orang itu dibantu istrinya bertugas menyalakan kompor gas selama 15 hari, memberi pakan dan mencuci tempat makan dan minum.
Setelah panen, ada petugas lain yang bertugas membersihkan kandang dan memberi kapur. Setelah 15 hari dibersihkan, kandang itu baru bisa diisi bibit ayam baru. Begitu seterusnya.

Dari hasil penjualan ayam ternak, Rusman mengantongi untung bersih sekitar Rp 4 juta tiap panen dalam seminggu. Jika dikalikan empat minggu dalam sebulan, keuntungan bersih Rusman mencapai Rp 16 juta.

“Alhamdulillah, Mas. Jika harga normal, keuntungan bisa mencapai Rp 4 juta sekali panen dalam setiap minggu. Keuntungan bisa bertambah jika masa lebaran karena harga jual naik,” sambungnya.

Dari hasil ternak ayam pedaging, Rusman bisa beli mobil pick up yang berguna mengangkut pakan dua kali dalam seminggu dan menyetor cicilan modal usaha ke BPRS.

inforial