Catatan: Hambali Rasidi
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!TANDA-TANDA Fattah Jasin bakal direkom DPP PKB untuk maju di Pilkada Sumenep 2020 tinggal nunggu waktu saja. DPC PKB Sumenep sudah mengirim sembilan nama Bakal Calon Bupati (Bacabup) ke DPP. Salah satu nama itu, ada nama Fattah Jasin yang kini menjabat Kadishub Jatim.
Ibarat bayi mau lahir, sudah ada pembukaan. Nunggu waktu saja Fattah Jasin untuk deklarasi sebagai Bacabup PKB.
Ketua Tanfidz DPC PKB Sumenep, KH Imam Hasyim ke media menyebut, calon bupati yang akan diusung PKB tidak harus dari kalangan kiai.
“Tidak harus seorang kiai, walaupun bukan seorang kiai. Tapi memiliki kepedulian terhadap ulama dan bisa membawa Sumenep lebih baik, kenapa tidak,†tuturnya.
Jika benar Fattah Jasin menjadi Bacabup PKB, entah siapa wakilnya. Menarik diotak-atik. Minimal menimang peluang dan tantangan menjadi pemenang Pilkada Sumenep 2020.
Menarik karena Fattah Jasin muncul bukan berasal dari penjaringan dari bawah. Misal konvensi Bacabup yang melibatkan semua pengurus ranting dan PAC PKB. Fattah Jasin tiba-tiba terdengar sebagai nama yang sedang diusulkan sebagai Bacabup ke DPP PKB.
Di tengah proses rekom DPP PKB itu, hanya bertebaran banner Fattah Jasin di pinggir jalan. Tak terdengar Fattah Jasin melakukan pendekatan atau pertemuan dengan pengurus ranting atau PAC PKB. Kecuali terdengar pertemuan dengan individu pengurus DPC PKB.
Lantas mungkinkah Fattah Jasin mendapat dukungan bulat dari pengurus ranting dan PAC PKB? Jawabannya; bisa mungkin tak utuh. Kenapa?
Sebab, para pengurus ranting dan PAC PKB di Sumenep itu, mayoritas punya ‘imam politik’. Mereka bakal mengikuti arah politik  ‘imam politik’-nya.
Yang pasti, para ‘imam politik’ itu sudah punya pilihan. Kemana berlabuh. Alasannya? Karena tak jadi sebagai Bacabup PKB. Alasan lain karena rekomendasi DPP PKB tak sesuai pilihan politik arus bawah PKB. Dan alasan lain yang menyangkut filosofi politik kultur PKB.
Sekarang sudah menyebar meme yang mendeskritkan Fattah Jasin. Salah satu meme itu, “Bukan orang NU. Tak pernah membesarkan PKB Sumenepâ€. Dan macam-macam meme itu, viral di grup-grup wa. Termasuk di grup wa kumpulan penggemar PKB.
Kehadiran Fattah Jasin sebagai Bacabup PKB diprediksi bakal menjadikan suara PKB berkeping-keping. Karena suara PKB Sumenep itu, terdiri dari berbagai vote getter.
Kalau suara PKB dikelompokkan sumber muasal, bukan lagi per dapil. Tapi berlapis antar dapil dan antar kecamatan.
Dan getaran suara dari vote getter itu sangat berefek bagi PKB. Sebab, pemilih PKB sejatinya pemilih loyalis. Terkelompok sesuai ideologi dan pilihan figur yang disegani atau diikuti. Lalu tergantung kemana arah gerakan ‘imam politik’-nya.
Jika Fattah Jasin tetap ingin direkom sebagai Bacabup PKB. Solusi sementara adalah minta fatwa politik kepada para vote getter PKB. Ya niru, ijtima’ 212. Itu kalau para vote getter PKB bersedia berkumpul dan memberi fatwa politik.
Sepertinya para vote getter PKB itu sudah punya pilihan dan keyakinan. Ini yang tak bisa ditawar. Dalam keyakinan sebagian vote getter, Bupati Sumenep harus berasal dari kelompok pesantren. Apakah kiai atau ustadz atau bindara. Sementara, Fattah Jasin bukan dari kelompok yang dikehendakinya.
Salah satu kelebihan Fattah Jasin adalah pengalaman di pemerintahan dan kemampuan mengatasi cost politik di Pilkada. Tapi, Fattah Jasin nyaris tak memiliki jaringan politik. Kecuali mesin partai.
Kelebihan dan kekurangan Fattah Jasin. Secara tidak langsung menguntungkan Ach. Fauzi yang kini menjabat Wabup Sumenep.
Jika benar Fauzi berpasangan dengan Nyai Dewi Khalifah (Nyai Eva) di Pilkada nanti. Ini bisa menjadi awal kemulusan kemenangan Fauzi-Eva.
Apa pertimbangannya? Mengutip hipotesa politik Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim yang menyebut, dana + jaringan= kekuasaan.
Hipotesa Politik Kiai Busyro setelah melihat fenomena politik Indonesia saat ini yang menggunakan suara terbanyak untuk meraih kekuasaan.
Dana politik yang cukup sebagai bekal biaya politik diikuti dengan politik gerilya ke simpul-simpul suara. Begitulah kesimpulan tesa politik versi Kiai Busyro.
Beberapa bulan terakhir, volume gerilya Wabup Fauzi tergolong massif. Baru kali ini, di peringatan Hari Santri Nasional (HSN), Wabup Fauzi memimpin upacara di Pulau Kangean. Anda bisa bayangkan.
Soal ketersediaan dana politik, sudah mafhum. Tak diragukan lagi.
Sedang Nyai Eva, wakil Fauzi-jika jadi berpasangan. Jaringan muslimat sudah tak diragukan. Selain jaringan kultur muslimat NU. Ada ikatan emosional dari para loyalis Kiai Usymuni, kakek Nyai Eva.
Mereka tersebar seantero Sumenep. Hanya tak terlihat dan berkelompok. Maklum, semasa hidup, Kiai Usymuni sebagai sosok yang menjadi oase bagi masyarakat pelosok desa.
Dua jaringan kultur Nyai Eva yang tak bisa dibendung bisa menjadi kekuatan tersendiri jika digabung dengan kekuatan Wabup Fauzi; dana+jaringan=kekuasaan.
Magnet lain dari pasangan Fauzi-Eva adalah buldozer MH Said Abdullah. Tentu, gerakan MH Said Abdullah, sang paman Fauzi, tidak sendirian.
Siapa partner MH Said Abdullah? Tak elok jika saya sebut di sini.. hehe..
Benarkah?
Wallahu ‘alam.
Pesona Satelit, 23 Oktober 2019.