EkonomiOpini

Menjamin Mutu dan Harga Tembakau Madura

×

Menjamin Mutu dan Harga Tembakau Madura

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi/beritadaerah.co.id
Ilustrasi/beritadaerah.co.id

Oleh: Muzayyinatul Hamidia*

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Muzayyinatul Hamdia

Memasuki akhir bulan Juli, pertumbuhan tembakau Madura sudah mulai meninggi. Hal ini menjadi salah satu alasan rasa syukur para petani, mereka berharap dari tembakau itulah mereka bisa mengais rezki. Namun tingginya batang tanaman tembakau tidaklah menjamin mutu dan harga tembakau Madura yang di zaman Soeharto sempat menjadi tembakau terbaik di Indonesia.

Secara letak geografis, cuaca, dan kesuburan tanah, Madura memang sangat cocok untuk tanaman tembakau. Sehingga tidaklah heran jika tembakau menjadi komuditas utama di Madura. sayangnya, dewasa ini tidak sedikit dari petani tembakau yang memilih untuk menanam tanaman jenis lain seperti terong, cabai dan kacang ijo, bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka bisa memilih untuk berhenti menjadi petani dan merantau ke luar negeri.

Pertanyaannya, mengapa para petani tembakau Madura banyak yang berputus asa? Karena menurut mereka, bercocok tanam tembakau tidaklah mudah, butuh kerja ekstra seperti setiap hari harus bangun tengah malam (dini hari) untuk menyiram tembakau dari air sungai atau ledeng, jika tidak, mereka tidak kebagian air. Caranya menyiram pun tidak bisa menggunakan selang, tetapi harus dengan bakul atau ember yang dipikul.

Selain itu, modal yang mereka keluarkan pun tidaklah sedikit karena harus membeli pupuk dan membayar orang lain ketika memasuki masa panen. Meskipun kerja keras namun pada akhirnya yang didapat mereka bukanlah untung melainkan buntung. Mengapa demikian? karena ternyata tembakau Madura dibeli dengan harga murah oleh perusahaan rokok.

Menurut salah seorang petani tembakau Madura, Sah lan (60) yang sudah kurang lebih dua puluh tahun menjadi petani, merasa sangat kecewa dengan pemerintah setempat karena harga tembakau seakan-akan dibuat mainan.

Mengapa begitu? Karena menurutnya, terkadang untuk pertama kalinya perusahaan membeli tembakau Madura dengan harga yang mahal, namun bisa mendadak turun drastis setelah tiga atau dua hari. Sehingga para petani kebingungan dan pasti rugi jika harus menjual tembakau pada waktu perusahaan menetapkan harga yang murah di tiap kilogramnya. “Jadi, bagi petani tembakau,  pemerintah memang tidak bisa diandalkan, kecuali kasih sayang Allah swt,” paparnya.

Argumentasi Sahlan di atas dapat diinterpretasikan bahwa saat ini masyarakat Madura sudah tidak percaya lagi pada pemerintah atau pemegang kebijakan daerah setempat. Sehingga menurut hemat penulis, pemerintah kabupaten di Madura harus turun tangan ke lapangan guna mengetahui kualitas tembakau Madura. Selain itu kebijakan pemerintah tentunya akan berpengaruh besar terhadap perusahaan rokok dalam menetapkan harga tembakau.

Pada sisi yang berbeda, sisi religiusitas orang Madura tetaplah nampak. Artinya meskipun mereka kecewa dengan pemerintah terkait harga tembakau, tidak lantas berhenti begitu saja menjadi petani, namun keistiqomahan merekalah yang membuat mereka tetap bertahan.
Kondisi ini seharusnya dijadikan pelajaran bagi pemerintah setempat untuk segera mengambil tindakan. Jika dalam kondisi kecewa saja mereka tetap menanam tembakau apalagi jika pemerintah memberikan perhatian lebih terkait harga tembakau Madura.

Melakukan observasi dan survei ke lapangan adalah tindakan konkrit yang seharusnya segera dilakukan pemerintah Madura, agar para petani lebih perhatian untuk menjaga kesuburan tembakaunya. Menurut isu yang biasa terjadi di kalangan petani tembakau Madura, terkadang ada saja petani yang berbuat curang, seperti mencampur tembakaunya dengan gula agar quantitasnya bertambah ketika ditimbang.

Persaingan yang tidak sehat seperti itu seharusnya segera dicegah oleh pemerintah dengan cara sosialisasi dan pegawasan yang  ke tat, karena titik tekan masalah tersebut  itu bukanlah pada gula atau kuantitas tembakaunya namun lebih kepada nilai kejujurannya.

Sebagai orang Madura, penulis sangat prihatin terhadap cara pandang para petani tembakau Madura yang sudah tidak lagi percaya pada pemerintah. Jika sudah demikian, tidak menutup kemungkinan mereka bisa mogok bekerja atau berhenti total menanam tembakau, padahal kualitas tembakau Madura bisa bersaing dengan tembakau daerah lain.

Melalui   tulisan  ini, penulis berharap pemerintah Madura segera turun ke lapangan untuk memberikan perhatian yang lebih kepada petani tembakau guna menjamin mutu dan harga tembakau Madura. Mensejahterakan kehidupan petani adalah bagian dari kewajiban pemerintah, jika tidak sekarang, kapan lagi? Semoga!

*Mahasiswa asal Pamekasan sedang menyelesaikan Magister Pendidikan Bahasa  Inggris di Universitas Islam Malang.