Hukum dan Kriminal

Misteri 82 Menit di Rumah Irjen Ferdy Sambo

×

Misteri 82 Menit di Rumah Irjen Ferdy Sambo

Sebarkan artikel ini
Rumah Dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo (ANTARA)

Nah, demikian kira-kira kronologi yang dihasilkan CCTV. Dari Brigpol J diketahui hidup, hingga tewas (yang diperkirakan diketahui pada 17.11, saat PC melakukan telepon panik ke FS), ada jarak 82 menit.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

ANALISA:
Jarak 82 menit memang cukup panjang dan bisa membuat orang seperti Brigadir J yang segar bugar menjadi tewas dengan sekujur luka (pastinya berapa luka tembakan, atau adakah luka siksaan, menunggu hasil resmi otopsi saja).

Namun, baiknya kita menguji narasi “pelecehan berujung baku tembak” yang dirilis Polres Jakarta Selatan bersama Div Propam di awal pengumuman kasus pada 11 Juli lalu.

Dengan narasi PC dilecehkan, maka peristiwa “pelecehan berikut baku tembak” terjadi pada pukul 17.11 itu. Pertanyaannya, masuk akal kah narasi itu?

Mari kita lihat faktanya. PC sampai di kediaman pukul 17.10. Artinya hanya semenit sebelum melakukan telepon panik. Bisakah terjadi pelecehan dalam waktu semenit? Itu termasuk PC membuka pagar, membuka pintu, masuk kamar, berganti baju, kemudian tertidur, kemudian Brigadir J masuk kamar, meraba-raba paha (seperti dalam laporan di Polres Jaksel), menodongkan senjata ke kepala PC? Ini sangat janggal. Karena, dari keadaan hendak berbaring dan tertidur tentu butuh waktu beberapa menit.

Lagipula, segelap mata apa Brigadir J langsung masuk kamar dan hendak merudapaksa PC, ketika di dalam rumah itu, ada dua orang lainnya.

Lagipula, jika memperhitungkan ketibaan Irjen FS di TKP, maka seluruh rangkaian narasi itu, mulai dari terjadinya pelecehan hingga terjadi baku tembak yang menghabiskan 10 selongsong peluru itu, hanya terjadi dalam waktu 2 menit 40 detik.

Narasi “pelecehan berujung baku tembak” nyaris tak masuk akal. Mungkin inilah yang menjadikan masyarakat mengkritik dan mengawasi, meski berangkat dari logika spekulatif yang masuk akal: “mungkinkah seorang bintara bisa sedemikian celuthak (kurang ajar, Red) dan nekat melecehkan istri atasannya yang dikenal sebagai seorang jenderal sangar?”