Catatan

Perempuan; Tanya Parlemen dan Pilkada Sumenep

×

Perempuan; Tanya Parlemen dan Pilkada Sumenep

Sebarkan artikel ini
Perempuan; Tanya Parlemen dan Pilkada Sumenep
Ilustrasi Parlemen. Insert: Riska Febriyanti, SP. (Foto: Ist/Wardi/Mata Madura)

Catatan: Riska Febriyanti, SP*

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Sumenep adalah kabupaten paling ujung timur dari Pulau Madura. Meski paling ujung tidak jenuh mata memandang kota ini. Mengapa demikian?

Tentu saja, karena keindahan wisata yang ada di kotanya selalu mampu menarik orang luar untuk berkunjung. Namun, selain keindahan tersebut, kota ini pastinya berpenghuni seorang perempuan. Hal yang tak kalah menarik untuk dipandang.

Ketika berbicara seorang perempuan, sayangnya tak sekadar soal keindahan. Makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini sangat kompleks masalahnya, sehingga perlu kita urai.

Dari sekian persoalan kaum hawa itu, penulis mencoba mengetengahkan satu di antaranya. Hal ini erat kaitannya dengan peran perempuan secara lebih luas, dalam politik, dalam pemerintahan; pasca Pileg, juga jelang Pilkada Sumenep 2020 mendatang.

Melalui tulisan ini, penulis berharap perempuan yang ada di Sumenep tidak lagi hanya menjadi “pemuas” dan “pelengkap penderita” saja. Terlebih pada perempuan-perempuan yang mengabdikan dirinya di Kursi Parlemen.

Harusnya perempuan tidak dipandang sebelah mata untuk menduduki kursi ketua dalam kursi parlemen. Namun apa mau dikata, faktanya masih sama perempuan di parlemen hanya menjadi pelengkap kuota 30% saja.

Ada apa sebenarnya dengan perempuan, sehingga kaumku ini tidak bisa bergerak maju menjadi seorang pemimpin di kursi parlemen? Demikian pertanyaan besarnya. Tanya yang muncul pasca Pemilu Legislatif (Pileg) yang memilih hanya 4 wakil rakyat perempuan dari 50 anggota DPRD Sumenep untuk Periode 2019-2024.

Tak hanya itu, sebentar lagi Kabupaten Sumenep juga akan menghadapi Pilkada, yakni Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati untuk Periode 2020-2025. Pertanyaannya juga masih sama; tidak adakah para politisi perempuan tergerak hatinya untuk maju sebagai pemimpin di kabupaten ini?

Ada, katanya. Kata desas-desus atau perbincangan di warung kopi hingga dunia maya yang menyebutkan sejumlah nama supaya (mungkin pantas) maju di Pilkada Sumenep 2020 nanti. Tapi, juga masih belum ada gerakan pasti yang bisa diyakini.

Penulis sendiri pun masih ambigu, adakah perempuan yang mau terjun aktif untuk daerahnya sendiri. Meski dalam kosa kata gender perempuan harus lebih unggul dari pada laki-laki. Sebenarnya tanpa bermaksud menyamakan atau bahkan sampai mengungguli laki-laki, perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin.

Secara keahlian ketika perempuan mampu menjadi seorang pemimpin, dia akan lebih jeli, berpikir, ulet, dan pekerja keras. Apalagi sudah banyak contoh nyata, di mana pemimpin perempuan sukses menakhodai daerahnya. Sehingga, tak ada alasan untuk meragukan kapasitas dan kapabilitas perempuan dalam konteks ini.

Namun, akhirnya hanya tinggal harapan. Mungkin dengan adanya tulisan ini, nantinya ada pembaca perempuan yang tergerak hatinya untuk mengabdikan diri untuk Kabupaten Sumenep sebagai seorang pemimpin perempuan.

* Aktivis Perempuan, tinggal di Sumenep.

Dhimam Abror
Catatan

matamaduranews.com-PWI DUA kubu. Konflik PWI tentu berefek pada…