PUSAWI; Bapak AD/ART PMII itu Berpulang

×

PUSAWI; Bapak AD/ART PMII itu Berpulang

Sebarkan artikel ini
Almarhum Pusawi

matamaduranews.comSUMENEP-Pusawi,35, mantan Ketua PC PMII Sumenep berpulang menghadap Ilahi Rabbi, di RSUD Sumenep, Minggu pagi, (3/11/2019).

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Jenazah langsung dibawa ke Pulau Sapudi untuk dikebumikan. Sebelum menyeberangi lautan lewat Pelabuhan Dungkek. Jenazah Pusawi disucikan di rumah sahabat almarhum kemudian dishalatkan di Masjid Parsanga.

Aktivis asal Pulau Sapudi ini telah lama menderita sakit setelah menjalani operasi liver di Provinsi Bali. Berulangkali keluar masuk rumah sakit menjalani perawatan kesehatan.

Mantan Ketua Panwas Nonggunong ini, pernah menjalani rawat inap di Puskesmas Nonggunong setelah menderita vertigo akut pasca Pileg April 2019.

Kabar duka Pusawi menghentak para aktivis PMII Sumenep. Sejak Minggu pagi, grup wa IKA PMII Sumenep memuat testimoni almarhum.

Man maata fiil ahad ahlul ahad, seorang muslim yang meninggal di Ahad maka ahlu LAA ILAAHA ILLAAH MUHAMMADUR RASUULULLAAH, dia husnul khatimat, kami bersaksi dia orang baik dan husnul khatimah. Selamat jalan sahabat kami yang kami cintai dan sayangi, surga menunggumu pejuang,” tulis Subairi, salah satu senior almarhum memberi testimoni.

Menurut Subairi, banyak Ulama NU yang bercita-cita wafat di hari Ahad. Di antaranya KH Mas Abd Alim, Sidogiri dan KH Habibullaah Rois Kalabaan, Guluk-Guluk.

“Kami bersaksi sahabat Pusawi orang baik, husnul khatimah, ahli tauhid dan ahli surga, selamat jalan pejuang,” tambahnya.

Ketua IKA PMII Sumenep, Joko Suhardi menghimbau kepada para kader dan alumni PMII untuk menyempatkan waktu sejenak menggelar shalat ghaib dan memanjatkan doa kepada almarhum Pusawi.

Testimoni para kader PMII dan alumni STKIP Sumenep tempat menempa almarhum kuliah, memberi kesaksian bahwa selama hidup alamrhamhum memiliki perilaku baik. Konsisten dan tegas menolak kemunkaran.

Berikut Testimoni Abd. Mufid, Kader alm. Pusawi di Komisariat PMII STKIP PGRI Sumenep Angkatan 2005.

PUSAWI BERPULANG

Cepat sekali dirimu berpulang, Sahabat! Tanpa pamit dan tanda-tanda pula.

Masih teriang ingatan ini saat-saat bersamamu dulu. Saat kita masih bersama, ngopi bersama, makan senampan bersama, bersenda gurau dalam tawa.

Sahabat-sahabat menyebutmu Bapak AD/ART. Itu tak salah. Sebab begitulah dirimu. Dan mungkin pula caramu mencintai almamater.

Bila sudah menyinggung AD/ART PMII, dirimulah yg paling kukuh, kekeh tanpa tawar meruwat idealitas itu. “Bila PMII menemui soal, kembalikan saja pada AD/ART. Gitu saja.” Begitu ujarmu.

Kita semua menjadi saksi bahwa, baktimu pada organisasi, kesungguhanmu merawat kader, dan konsistensimu pada nilai kebenaran, adalah karakter latenmu tak tergugah. “Mun lah sala ye sala. Sapaah beih”. Timpalmu. Dengan raut wajah yg khas.

Memang, tak jarang tingkahmu mengusik suasana, celotehmu menyulut emosi mengundang lara, tapi, di situlah justru kelebihanmu tiada tara. Memegang teguh prinsip.

Satu hal kisahmu yg tak mungkin ku lupa, Sahabat. Pernah suatu ketika, di mana krisis rokok melanda. Kita patungan rokok, lalu menghisapnya sama-sama. Dirimu memulai, diriku selanjutnya. Kita bergantian. Bergiliran sama-rata, sama-rasa. Hingga akhirnya sampai pada isapan terakhir _(kareh sakecrotan),_ kamu pun masih menyodorkannya itu rokok padaku. _”Ini lek. Patade’ pas. Jereah begiennah be’nah.”ujarnya, penuh tawa.

Saya pun sambut rokok yg sejatinya tinggal seuprit itu. Meskipun dg suasana bercanda, tapi hati saya bergumam, ini ka’ Pusawi, dia bercanda tapi mungkin juga serius. Barangkali begitu cara dia hendak mengajarkan arti menggunakan hak/kewajiban yg baik dan benar. Besit hati saya.

Tapi hari ini semua itu tinggal cerita, kak Pus. Cerita yang menyadarkan kita bahwa, sampai kapanpun kebaikan tetaplah kebaikan yg harus kita junjung tinggi. Bahkan, bila kelak ada kadermu bertanya; “apa perlu idealismu itu kita usung mati-matian bahkan sampai mati?” Saya jawab; “HARUS! Kita punya teladan senior yg baik. Ka’ Pusawi. Dia sungguh konsisten memikul idealismenya hingga mati.”

Sahabat, Tuhan lekas menjemputku barangkali adalah caraNya agar timbangan kebaikanmu tetap lebih berat dari pada dosa-dosamu.

Selamat Jalan, Sahabat. Kisahmu abadi. Semoga Engkau damai di sisi-Nya. Amin

Redaksi