matamaduranews.com–BANGKALAN-Rumah Advokasi Rakyat (RAR) mendatangi Gudang Bulog di Bangkalan, Madura, Kamis (23/1/2020).
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Risang Bima Wijaya selaku Nahkoda RAR menanyakan perihal bantuan Beras BPNT yang disalurkan melalui Bulog dengan kualitas Jelek serta tak layak Konsumsi.
Risang menyebut, banyak keluhan Penerima Keluarga Manfaat (KPM) BPNT akibat kualitas beras yang disalurkan banyak yang tak layak konsumsi.
Risang bercerita di hadapan Kepala Bulog Bangkalan bahwa ada banyak kejahatan yang dilakukan pelaku-pelaku penyalur BPNT. Seperti, beras jelek, tak layak konsumsi dan harga terlalu mahal.
Hal ini sengaja disampaikan RAR ke Bulog karena Bulog bermitra dengan perusahaan beras di Bangkalan yang menjadikan 11 suplier beras BPNT di Bangkalan.
Masih lanjut Risang, dirinya ‎katakan terdapat permainan dalam kegiatan penyaluran BNPT yang sudah berjalan lama untuk keuntungan individu dan kelompok. Sehingga merugikan masyarakat yang berhak menerima dan negara.
Risang menyebutkan sejumlah temuan ‎yang dimainkan mafia dalam kegiatan penyaluran BPNT, yaitu penipuan penyaluran beras kualitas medium plus tetapi jelek kualitasnya.
‎”Ini satu bentuk wujud nyata, beras disetor ke BPNT beras ini bukan premium plus, tetapi beras jelek tsk layak makan yang entah darimana asalnya,” tuturnya.
Temuan lain yang disebut Risang adalah pemakasaan terhadap masyarakat untuk menerima beras dengan kualitas buruk.
Jika tidak, para KPM diancam akan dihapus dari daftar penerima BPNT.‎ Selain itu, jumlah beras yang diterima masyarakat juga tidak sesuai dengan ketentuan.
Nasiruddin, aktivis yang ikut menemani nahkoda RAR mengatakan, kualitas beras yang diterima KPM ternyata sangat buruk dan tidak layak konsumsi.
“Kami sudah investigasi ke bawah, dan mengambil sampel dari Kecamatan Galis dan Modung. Ternyata kualitasnya jelek banget. Sepertinya tanpa dicampur antara beras kelas medium dan medium plus. Jadi langsung dijual, beras dari Bulog tanpa campuran beras yang lebih bagus,” kata Nasir sapaan akrabnya.
Dirinya berharap permasalahan ini akan ditindaklanjuti oleh satgas pangan dan kepolisan untuk mengungkap pelaku yang bermain dalam kegiatan BPNT.
“Praktik mafia tersebut tentunya merugikan masyarakat kecil dan negara, kami meminta segera diusut kasian KPM,” pintanya
Sedangkan Hayu Budiawan Kepala Gudang Bulog sub Bangkalan menjelaskan perusahaan Bulog ini masuk ke BPNT untuk mensupport beras terhitung mulai November 2019.
Menurutnya, beras yang ada di Bulog itu medium. Sedangkan aturan pemerintah untuk kelayakan harus medium plus berasal dari Dinsos dan Tikor.
“Jadi suplai beras BPNT 50 persen dari Bulog dan 50 Persen lagi dari suplier,” papar Hayu,
Lanjut Hayu bahwa peningkatan dari medium ke medium plus itu berasnya dioplos dari Bulog dan Suplier. Jika beras dari suplier jelek, itu bukan tanggung jawabnya. Dia menyebut sebatas bagian pengawasan.
“Jadi jika ada temuan beras jelek, itu bukan dari Bulog, melainkan dari suplier nakal,” dalihnya.
Hayu katakan sampai sejauh ini, pengambilan beras di Bulog cukup minim dari suplier. “Beras kami hanya berkurang 50 ton dari jumlah 1.900 ton yang seharusnya keluar 630 Ton,” tandasnya.
Syaiful, Mata Bangkalan