matamaduranews.com-SUMENEP– Baru-baru ini, DPC PKB Sumenep merekomendasi tiga politisi PKB untuk menduduki kursi Ketua DPRD Sumenep, periode 2019-2024. Ketiga politisi yang terpilih sebagai anggota DPRD Sumenep ini baru selesai mengikuti uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) di DPP PKB.
Tiga politisi PKB itu, Dulsiam, Abd. Hamid Ali Munir dan Risnawi. Diantara tiga politisi itu, memiliki peluang yang sama.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Ketua DPC PKB Sumenep, KH Imam Hasyim menegaskan, keputusan DPP PKB untuk memilih siapa yang akan ditunjuk sebagai Ketua DPRD Sumenep adalah murni. Tanpa intervensi dari DPC PKB Sumenep.
Pernyataan Kiai Imam ini untuk menepis wacana siapa yang berpeluang direkom DPP sebagai ketua DPRD Sumenep.
“Ketiga anggota dewan dari PKB itu, punya peluang yang sama. Tergantung DPP siapa yang akan ditunjuk sebagai Ketua DPRD Sumenep,â€terang Kiai Imam, kepada Mata Madura, usai silaturrahmi dengan PC NU Sumenep, beberapa hari lalu.
Risnawi, salah politisi PKB yang ikut uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) di DPP PKB, diprediksi jadi ‘kuda hitam’ diantara Dulsiam dan Hamid Ali Munir. Meski Dulsiam dan Hamid Ali Munir juga bepotensi terpilih karena sama-sama memiliki kelebihan di mata DPP PKB.
Risnawi saat ditanya peluang ditunjuk DPP PKB sebagai Ketua DPRD Sumenep, menjawab dengan nada tertawa. Bagi Risnawi, jabatan Ketua DPRD tak terbayang dalam hidupnya. “Tiba-tiba, saya disuruh berangkat untuk ikut test ke DPP. Ya..saya berangkat,†ucap Risnawi saat ditelpon Mata Madura, Rabu (17/7/2019).
Saat ditanya, bagaimana jika DPP PKB menunjuk sebagai Ketua DPRD Sumenep? Risnawi menjawab diplomatis. “Kalau memang tugas partai demikian, apa daya. Apa pun keputusan DPP, saya siap menerima dengan ikhlas,” ujar Risnawi sambil mengakhiri pembicaraan via telpon.
Politisi yang lahir di Pulau Giliyang, Dungkek, 41 tahun lalu ini, sempat diramal bakal menduduki Ketua DPRD Sumenep pasca H Herman Dali Kusuma. Ramalam itu berdasar pertimbangan rasional dan irrasional.
Riyadi, salah satu kolega Risnawi pernah membisikkan kepada Mata Madura tentang peluang Risnawi ditunjuk sebagai Ketua DPRD Sumenep. “Dari ramalan dan pertimbangan sesuatu, Risnawi bisa terpilih sebagai Ketua DPRD Sumenep,â€ucapnya. Ada beberapa ungkapan Riyadi yang tak elok disebut dalam tulisan ini.
Selain menjabat anggota DPRD Sumenep, Risnawi juga disibukkan di dunia usaha. Salah satu usaha yang digeloti adalah SPBU di Pulau Raas. Selain menjadi agen sejumlah bahan pokok kebutuhan warga Pulau Raas.
Sepak terjang Risnawi belum banyak diketahui. Maklum, selain tergolong politisi muda. Keperibadian Risnawi apa adanya. Sehingga dalam percaturan di DPRD Sumenep, kiprahnya luput dari perhatian.
Salah satu kelebihan Risnawi adalah komitmen ke-NU-an yang tertanam sejak muda. Suryadi, salah satu teman kuliah Risnawi di Unija memberi testimoni soal komitmen itu.
“Risnawi pernah menjabat Ketua Ranting NU di Desa Jungkat, Raas hingga menghantarkannya sebagai anggota DPRD Sumenep,†ucap Suryadi memberi testimony kepada Mata Madura.
Kepedulian tinggi ke NU, kata Suryadi, tak lepas dari dunia pesantren yang dilalui saat muda. “Risnawi ditempa di Ponpes Sukorejo Situbondo. Risnawi sempat diasuh langsung oleh alm KHR. Fawaid Samsul Arfin. Di Pesantren inilah Risnawi banyak belajar agama, berorganisasi. Termasuk berproses sebagai santri hingga tamat SMU Ibrahimy pada tahun 2000,†sambung Suryadi.
Pada saat kuliah, Risnawi juga dikenal mudah berkomunikasi. Saat aktif di PMII Unija, Risnawi dekat ke sejumlah senior PMII untuk menimba banyak ilmu. “Dari PMII, Risnawi juga terbentuk bagaimana berorganisasi,†aku Suryadi.
Risnawi juga dekat dengan para kader PMII. Tak sedikit para aktivis yang selalu menemuinya untuk sekedar diskusi banyak hal. Terutama terkait isu terkini yang banyak dibahas oleh para aktivis kampus.
“Cak Risnawi memang begitu peduli ke PMII. Wajar jika para kader selalu menemuinya untuk sekedar diskusi. Dan Risnawi sampai sekarang dipercaya sebagai pengurus di IKA PMII Sumenep,†papar Suryadi.
Khoirul Anwar, Mata Madura