Oleh: Om JO
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!matamaduranews.com-Pada abad ke-17 dan ke-18 M, model negara kerajaan mulai berguguran di Eropa dan diganti dengan bentuk negara bangsa.
Perancis dan Amerika adalah dua negara yang pertamakali mempelopori bangkitnya model negara bangsa dengan nasionalisme sebagai perekat utama.
Nasionalisme pulalah yang mendorong banyak wilayah-wilayah Islam kemudian memberontak terhadap khilafah yang berpusat di Turki, untuk kemudian mendirikan negara bangsa yang merdeka.
Sebaliknya, Indonesia yang tadinya terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil, kemudian bergabung menjadi satu dalam wadah negara bangsa yang bernama Indonesia.
Sebab, hanya dengan cara itu bangsa kita dapat merebut kemerdekaannya.
Sejalan dengan perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam masyarakat Eropa sejak abad ke-13 hingga ke-15, yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Model negara kerajaan dianggap tidak mampu mewadahi atau bahkan menghambat laju perubahan-perubahan tersebut.
Akibat dari perubahan-perubahan itu, salah satu dampaknya adalah pertumbuhan yang sangat cepat dalam dunia bisnis.
Sekarang kita bisa menemukan beberapa perusahaan multinasional yang asetnya lebih besar dari anggaran belanja sebuah negara, dan bekerja dengan jaringan global yang jauh lebih efektif.
Para pakar pemasaran dunia, seperti PhilipKotler, meramalkan bahwa pada abad ke-21 ini, orang-orang tidak akan menanyakan kewarganegaraan Anda, dan juga tidak akan menanyakan paspor Anda.
Mereka akan menanyakan di perusahaan mana Anda bekerja.
Maka upaya mencari wadah yang lebih mumpuni akan menjadi fenomena abad ini.
Eropa kembali menyatu dalam wadah Uni Eropa.
Amerika membuat berbagai aliansi strategis.
Misalnya; aliansi NAFTA untuk kawasan Amerika Utara, Kanada dan Amerika Latin.
Atau APEC untuk kawasan Asia Pacific, yang menyatukan Amerika Utara dengan kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.
Semangat ini juga yang melatari upaya unifikasi negara-negara Islam, yang mungkin tidak dalam bentuk negara khilafah. Tapi yang pasti melampaui model negara bangsa.
Jadi, ada upaya yang serius untuk mencari sebuah format baru dari model negara bangsa, yang mungkin untuk menyederhanakannya dapat kita sebut sebagai post nation state.
Dalam bahasa Samuel Huntington disebut sebagai peradaban;kecilannya adalah etnis, dan besarannya adalah peradaban.
Kepentingan strategis dalam bidang ekonomi, menyatu dalam kerangka kepentingan peradaban tersebut.
Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita menyiapkan generasi yang siap “menantang” peradaban tersebut ?
Teringatlah saya dengan wasiat Imam Ali Ra;”Jangan paksakan anakmu untuk jadi seperti kamu, karena dia diciptakan untuk sebuah zaman yang bukan zamanmu.”
Nah !
Bagaimana ?
Om JO
Pesona Satelit, 5 Oktober 2019