MataMaduraNews.com–SUMENEP-Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim menghadiri pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Dasar Barisan Ansor Serbaguna (Diklatsar Banser) yang bertempat di Pondok Pesantren Al-Hidayah Kecamatan Arjasa, Kepulauan Kangean, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Kamis (15/03/2018).
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Bupati Busyro Karim terlihat mengenakan seragam Ansor saat memberi sambutan dalam Diklatsar tersebut. Di depan calon Banser, ia mengajak seluruh kader Nahdatul Ulama (NU) beserta seluruh pengurus, baik yang ada struktur ataupun kultural, wajib menjadi panutan bangsa.
Sebab, kata orang nomor satu di Sumenep itu, era sekarang tidak hanya krisis di bidang ekonomi ataupun politik, tetapi juga mengalami yang namanya krisis figur.
“Ironisnya semakin banyak tontonan, namun tuntunan semakin berkurang, yang pada akhirnya tontonan menjadi tuntunan,†ungkapnya.
Oleh sebab itu, suami Nurfitriana tersebut mengajak seluruh kader muda NU supaya bangkit dan mengisi pos-pos penting dalam kehidupan berbangsa. Kader NU jangan hanya fokus pada bidang politik saja, akan tetapi semua bidang harus terisi.
“Kebangkitan muda NU patut diapresiasi, karena berdasar penelitian Kementerian Agama dari 755 pesantren yang disurvei, ternyata 34 persen atau 253 pesantren dipimpin oleh kiai dengan rata-rata usia 41-50 tahun,†terangnya.
Bupati dua periode tersebut juga meminta supaya dalam menyampaikan syiar-syiar agama, NU harus bisa mengikuti perkembangan zaman saat ini. Sehingga, Islam tetap kuat sampai akhir masa.
Disebutkan, dalam menyampaikan dakwahnya orang-orang NU misalnya harus mampu memaksimalkan media sosial (medsos).
“Itu dilakukan karena berdasarkan survei pengguna internet dunia mencapai 3,8 miliar atau 51 persen dari total populasi dunia, dan pengguna internet di Indonesia mencapai 137 juta,†ungkap mantan Ketua DPRD itu.
Bupati Busyro Karim pun menaruh harapan besar kepada para generasi muda NU. Yaitu agar ke depan kader NU tetap mempertahankan tradisi warisan leluhur dan para muassis NU. Seperti tahlilan dan Maulid Nabi Muhammad SAW dan paham Ahlussunnah wal Jamaah.
“Berdasarkan data survei Alvara Center, ritual keagamaan milenial muslim di Indonesia saat ini melakukan tahlilan 87 persen, merayakan Maulid Nabi sebanyak 91, 4 persen, melakukan qunut subuh 75,4 persen dan melakukan ziarah ke makam ulama 59,8 persen. Tentu ini menunjukkan masyarakat negeri ini secara kultural adalah NU,†jelas mantan aktivis PMII itu.
Rusydiyono, Mata Madura