Ponpes Nurul Ulum Bangkalan; Cetak Generasi Tahan Goncangan Bergantinya Masa dan Model

×

Ponpes Nurul Ulum Bangkalan; Cetak Generasi Tahan Goncangan Bergantinya Masa dan Model

Sebarkan artikel ini
KOMPAK: Jajaran pengasuh dan tenaga pendidikan Ponpes Nurul Ulum Bator, Klampis, Bangkalan. (Foto Saiba for Mata Madura)

 

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Pesantren ini berada di Desa Bator, Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan. Berkomitmen mencetak generasi tahan cuaca, tidak tergoncang bergantinya masa dan model.

 

Periode Pendirian (1977-1985)

Periode ini merupakan masa pembibitan dan peletakan dasar berdirinya pondok pesantren yang dilakukan oleh HR. Abdullah Moenasyk MA, dengan dibantu beberapa tokoh-tokoh masyarakat dan beberapa orang yang mempunyai visi dan persepsi yang sama tentang pentingnya pendidikan bagi bangsa dan negara.

Alasan didirikannya Ponpes Nurul Ulum berawal dari latar belakang kehidupan sosial masyarakat sekitar pada saat itu sangat  kental dengan keterbelakangan mental spiritual dan jauh dari praktik-praktik sehat menurut norma ajaran Islam, sekalipun pada saat itu sebenarnya sudah ada bentuk bentuk pendidikan Islam, namun masih sangat tradisional bahkan cenderung terbelakang.

Sistem pengajaran pada saat itu dilaksanakan dengan sistem pengkajian kitab-kitab di surau maupun sistem ceramah, dan praktikum dipimpin langsung oleh oleh HR. Abdullah MA, melalui sarana yang ada pada masyarakat terutama pemahaman ilmu tauhid dan akhlak, dan dibantu sepenuhnya oleh istri beliau Hj. Siti Muzayyahah RH dalam hal pengkajian ilmu Al-Qur’an, fiqih atau syariat Islam. Sedangkan jumlah santri pada saat itu tercatat 7 orang.

 

Peletakan Dasar Sistem Pendidikan (1985-1995)

Pada tahun 1980 sampai tahun-tahun berikutnya, Ponpes Nurul Ulum mulai berkembang seiring dengan kondisi perekonomian masyarakat yang melatarbelakangi semakin bertambahnya jumlah santri atas dasar kesadaran masyarakat yang semakin terbuka wawasan pentingnya arti pendidikan bagi putra-putrinya.

”Penekanan dan penajaman materi yang dilakukan terhadap anak didik pada saat itu bertujuan untuk mencetak manusia-manusia muslim yang tahan cuaca, tidak tergoncang bergantinya masa dan model. Hatinya tetap erat merapat di sisi Allah SWT dalam keadaan situasi seperti apapun, jiwa dan mentalnya kuat menahan godaan hidup. Inilah Muslim,” kata Saiful  Abdullah, SH, putra pendiri ponpes, HR. Abdullah Moenasyk MA, sekaligus pengasuh saat ini.

Akibat dari penajaman dan penyempurnaan sistem pendidikan yang dilakukan pada saat itu, jumlah santripun sebagaimana yang dikatakan Saiful Abdullah semakin banyak, berkisar antara 40-50 orang.

Seiring dengan hal tersebut di atas, untuk mengakomodir keinginan dan tuntutan zaman, maka didirikanlah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum I, dan diiringi dengan madrasah Nurul Ulum II,III,IV dan pada tahun 2004 ini telah dibuka Taman Kanak-Kanak. Saat itu jumlah santri tercatat 200 orang.

Untuk mempertajam hasil yang hendak dicapai oleh santri maupun siswi-siswi Nurul Ulum, keterampilan maupun leadership (kepemimpinan) yang diberikan semakin diintensifkan seperti latihan organisasi dan pembekalan keterampilan.

AKTIVITAS: Salah satu kegiatan pesantren, Pra Seminar Nasab dan Sejarah Ulama Madura. (Foto Saiba for Mata Madura)

Pengembangan (1995-Sekarang)

Memasuki tahun 1995 sampai 1999 Ponpes Nurul Ulum dapat dikatakan mengalami stagnasi. Pada masa-masa itulah program-program dan kebijakan yang dicanangkan tidak mencapai perkembangan berarti, bahkan terkesan berjalan di tempat. Salah satu hal penyebab kondisi itu adalah aktifnya pengurus ponpes di berbagai kegiatan-kegiatan lainnya.

HR. Abdullah Moenasyik MA, selaku pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren, saat itu tenaga dan pikirannya terkuras di bidang pemerintahan. Maklum beliau menjabat Kacab Dinas P&K Daerah setempat. Sedangkan pelaksana harian sekaligus koordinator utama pondok pesantren, Saiful Abdullah, SH, pada saat itu tengah meneruskan pendidikannya di Universitas Bangkalan Madura yang secara kebetulan menjabat sebagai ketua parlemen kemahasiswaan (Badan Perwakilan Mahasiswa). Padahal, dia sebagai motor penggerak pondok pesantren. Otomatis, walaupun pengurus lainnya mempunyai peran yang sama terhadap ponpes, namun tidak bisa mengambilan keputusan dan kebijakan yang bersifat strategis.

Mengawali tahun 2002, seiring dengan purna tugasnya HR. Abdullah Moenasyk, MA, dari tugas-tugas pemerintahan dan selesainya masa studi Saiful Abdullah, SH, penataan kembali (reorganisasi) sistem maupun managemen yang ada mulai dibenahi. Hasilnya, jika pada kondisi sebelumnya Ponpes Nurul Ulum mengalami stagnasi, maka sekarang mulai menampakkan kebangkitannya yang dapat dilihat dari pembenahan bidang struktur organisasi, bentuk pendidikan, maupun dalam bidang sarana fisik.

 

Potensi dan Harapan Ponpes Nurul Ulum

Menurut Saiful Abdullah, potensi yang dimiliki Ponpes Nurul Ulum dalam menjaga keberlangsungannya dipengaruhi oleh hal-hal seperti letak Geografis Ponpes yang berjarak 500 meter dari ibukota kecamatan, menyebabkan Nurul Ulum sangat cepat berkomunikasi atau berhubungan dengan dunia luar.

Kendati Taman Kanak-Kanak Nurul Ulum masih belum memiliki gedung sendiri, namun kegiatan belajar mengajar bisa dengan menempati asrama putra. Sementara Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum I memiliki 1 gedung  madrasah (3 lokal) di lingkungan Pondok. Begitu juga Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum II sudah memiliki 2 gedung (4 lokal).

”Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum III yang masih belum memiliki gedung dan saat ini numpang di SDN Bator III,” kata pengasuh.

Sarana prasarana pesantren terdiri dari  1 Musholla, 1 kantor sekretariat, 1 asrama putra (dua kamar), 2 asrama putri (dua kamar), 1 unit sanyo pompa air, 1 unit kantin dan koperasi.

”Kalau jumlah santri putra 70 orang. Sementara jumlah santri putri 90 orang. Tenaga pengasuh 7  orang, tenaga pengajar  8  orang, dan tenaga administrasi  2  orang,” imbuh Saiful Abdullah, medio Maret lalu.

Perkembangan Nurul Ulum diyakini Saiful dan jajaran pengasuh serta pendidik akan semakin meningkat pesat seiring dengan potensi-potensi pendukung yang dimilikinya. Pada akhirnya akan menjadi sistem pendidikan yang menopang pembangunan bangsa, khususnya dalam penyediaan sumber daya manusia yang tangguh.

Kendati demikian, Saiful juga tak menampik akan keberadaan hambatan. Sebagaimana dimaklumi dalam pemaparan potensi yang dimiliki Nurul Ulum, terutama sarana fisik, menurutnya di sana sudah ada gambaran jelas. ”Harus diakui SDA sekaligus SDM masih perlu banyak pembenahan,” katanya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, lanjut Saiful, pada tataran riil jika potensi dan pendukung yang ada tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka cita-cita yang hendak dicapai tidak mustahil perkembangan Ponpes Nurul Ulum akan mengalami stagnasi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Demi tercapainya cita-cita bangsa dan negara sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945, khususnya rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, partisipasi maupun dukungan segenap pihak sangat diharapkan. Oleh karena itu, tanpa dukungan dan bantuan semua pihak maka cita-cita mulia pengurus Ponpes Nurul Ulum akan mengalami hambatan dan itu berarti terhambatnya pula tercapainya cita-cita bangsa ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

”Hanya itulah yang dapat diberikan oleh Pengurus Ponpes Nurul Ulum tanpa bermaksud mengharap sesutu untuk kepentingan pribadinya, yang ada adalah apa yang dapat diberikan kepada bengsa dan negara ini. Semoga Allah SWT meridloi, Amin,” tutup Saiful Abdullah.

R B M Farhan Muzammily (Diolah dari Profil Pesantren susunan Saiful Abdullah)