Jauh hari, Tim Penilai Sumenep Award sudah menobatkan Taufikkurrahman untuk menerima anugerah Bupati Award atas kreasi dan dedikasi yang membawa nama harum Sumenep di dunia seni tari. Sayang, anugerah belum diterima maestro dunia seni tari di Madura. Ajal mendahului menjemputnya.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
matamaduranews.com-SUMENEP-R.P. Taufikurrahman menghembusakan nafas terakhir di RSUD Moh Anwar Sumenep, Selasa pagi, 20 November 2018, bertepatan dengan 12 Robiul Awal 1439 H. Almarhum dikebumikan sore hari 15.30 WIB di pemakaman Bujuk Panglengur, Desa Pabian, Sumenep.
Kabar duka atas wafatya maestro dunia seni tari Madura ini, tentu memeras otak tim penilai Bupati Award untuk menggali data lebih jauh tentang siapa Taufikurrahman.
Langkah Pertama,tim Sumenep Award bentukan Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim harus mencari informasi tentang keluarga besarnya. Dari informasi itu, tim harus menggali kembali sumber informasi yang banyak mengerti tentang kehidupan yang digeluti almarhum.
Dari Innasyakuru, cucu keponakan Taufik, tim baru dapat mengetahui beberapa prestasi yang pernah diperoleh almarhum Taufik.
Diceritakan, tahun 1986, Taufik masuk dalam 10 Besar di Festival Pakaian Khas Daerah Jawa Timur. Meraih Juara II Sepuluh Penyaji Terbaik Non Rangking Lomba Tari Dolanan Anak se-Jawa Timur Tahun 1995.
Dilanjut tahun 2001, Taufik masuk dalam 10 Penyaji Terbaik Non Rangking Festival Upacara Adat se-Jatim. Tahun 2003, meraih 10 Penyaji Unggulan Festival Karya Tari dalam rangka Festival Budaya Jawa Timur. Taufik juga meraih Cak Durasim Award 2008 dari Taman Budaya Provinsi Jawa Timur. Serta meraih penghargaan sebagai Tokoh Berdedikasi Bidang Seni dan Budaya dari Pempov Jatim tahun 2013.
Selain pengahargaan di atas, diceritakan Innasyakuru, bahwa Taufik juga mendapat undangan kehormatan dari Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono untuk menampilkan Tari Mowang Sangkal Massal di Peresmian Jembatan Suramadu 10 Juni 2009.
Melalui karya seninya, Taufik juga kerap kali menghadiri acara-acara kesenian mewakili Sumenep dan Indonesia ke beberapa Negara, seperti ke Amerika dan Den Haag Netherland. Di Amerika dia diminta untuk menampilkan Tari Mowang Sangkal.
Dari tanggal 14 hingga 28 Juni 2000, Pemkab Sumenep memberangkatkan Sanggar Tari “Bumi Jokotole†ke Den Haag Netherland sebagai perwakilan Madura untuk menghadiri acara Pasar Malam Tong-Tong. Saat itu, Taufik sebagai koreografer merangkap penari bersama 6 orang penari asuhannya mendapat kesempatan tampil di acara tersebut.
Masih di acara tersebut, Inna (panggilan Innasyakuru) menceritakan, bahwa ada 6 karya tari Taufik yang ditampilkan, diantaranya, Tari Cundrik Sumekar, Tari Moang Sangkal, Tari Topeng Potre, Tari Sape Sono’, dan Tari Gambhu.
Tidak hanya Tari Mowang Sangkal, termasuk seni tari lainnya ciptaan taufik, sudah melanglang buana ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan ke luar negeri, seperti ke negara-negara Eropa, Belanda, Prancis, Belgia, Inggris termasuk ke berbagai negara Asia, seperti China, Taiwan dan Singapura.
Menurut pengakuan Innasyakuru, di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, Tari Moang Sangkal dimasukkan mata kuliah, seperti di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta, ISI Solo, ISI Kalimantan, dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Bahkan Taufik sering diundang untuk mengisi mata kuliah tersebut untuk menjelaskan Tari Mowang Sangkal.
Terima kasih Almarhum Taufikurrahman atas dedikasinya mengharumkan nama Sumenep. Semoga semua yang telah dikaryakan untuk Sumenep menjadi bukti bhaktimu.
Khoirul Anwar, Mata Madura