Hasan memberanikan diri menanam pohon Sengon. Menerapkan teknologi supaya lebih efektif dan efisien.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!MataMaduraNews.com, BANGKALAN-Terinspirasi dari gurunya sewaktu mondok di Pare, Kediri, Hasan Iraqi mencoba peruntungan menanam pohon Sengon. Hasan pertama kali menanam pohon Sengon saat putri sulungnya berangkat nyantri ke Pondok Pesantren An-Nur Bululawang, Malang. Ketika itu, ia berniat pohon Sengon akan digunakan untuk biaya pendidikan putrinya. Tidak lama lagi putrinya akan lulus dan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. â€Semoga saja ada rezeki lain, biar ini tambah besar dulu,†katanya sambil membersihkan tanaman pengganggu di sekitar pohon Sengon.
Usaha yang ia jalani sejak 3 tahun silam ini sangat menjanjikan. Satu pohon Sengon dengan diameter 7 cm per meter kubik, harganya bisa mencapai 175.000. Sedangkan pohon Sengon kategori Log Super yang berdiameter di atas 20 cm harganya bisa 900.000 per meter kubik. Untuk pemasaran, Hasan membidik daerah Pasuruan sampai Banyuwangi.
Hasan menggunakan metode tumpang sari. Dengan metode ini, Hasan menggunakan lahannya semaksimal mungkin. Selain menanam pohon Sengon, ia juga menanam jagung hingga dua kali panen dikarenakan pohon Sengon belum terlalu besar saat itu. Setelah panen jagung yang kedua, di sekitar pohon Sengon masih bisa ditanami Bentoel atau tanaman sejenis. Kelebihan pohon Sengon adalah akarnya yang mengeluarkan oksigen, sehingga membantu pertumbuhan Bentoel. â€Jujur saya bukan orang yang punya banyak biaya, tapi saya melakukan banyak cara untuk sebuah harapan,†ungkapnya kepada Mata Madura.
Hasan sempat mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja. Karena mayoritas masyarakat di sekitar belum memahami cara merawat pohon Sengon, terpaksa ia mempekerjakan orang asal Jember yang kebetulan ada di daerahnya. Untuk menjaga kondisi tanah agar tetap subur, Hasan menggunakan pupuk kandang olahan dari kotoran ayam ternak milik rekannya. â€Sangat ekonomis dan ramah lingkungan,†kata Ra Hasan, panggilan akrabnya.

Hasan juga menggunakan peralatan modern seperti mesin bor tanah Tasco IMB-430. Traktor Agrindo Mini Tiller KB 60B2 yang didapat dari kelompok tani di desanya juga digunakan untuk penggemburan tanah. Peralatan tersebut mampu menghemat biaya dan waktu dibandingkan dengan pengerjaan secara manual. Traktor tersebut semula tidak berfungsi. Hasan lalu meminta izin untuk memperbaiki dan menggunakannya. â€Alhamdulilah hidup dan bisa saya fungsikan untuk penggemburan lahan pertanian pohon Sengon saya,†katanya, awal November lalu.
Awalnya banyak masyarakat di daerahnya yang pesimis saat Hasan menanam pohon Sengon. Namun ternyata pohon Sengon yang ia tanam tumbuh dengan subur dan bagus. Dengan penerapan teknologi dan alat yang canggih, menurutnya bertani bisa dilakukan kapan pun. â€Saya bukan petani, tapi alhamdulilah saya bisa merawat pertanian saya, ya tentu sambil belajar,†ujarnya merendah.
Selain telaten belajar dari berbagai sumber, Hasan memiliki resep andalan. Setiap hari ia selalu membicarakan pertaniannya minimal kepada dua orang. Setiap ada masalah yang ia temukan di lapangan, selalu ada orang yang bisa memberikan solusi. Misalnya ketika ia membutuhkan mesin penggembur tanah, tidak berselang lama ia dipertemukan dengan kelompok tani yang memiliki alat tersebut, dan kemudian ia perbaiki.
Hingga saat ini, Hasan memiliki sekitar 3500 pohon Sengon dalam berbagai usia yang tersebar di Desa Kramat, Desa Ujung Piring dan Desa Sembilangan, Bangkalan. Lahan-lahan tersebut adalah lahan tidur milik saudaranya yang sudah lebih dari 10 tahun tak termanfaatkan. Pemangkasan ia lakukan secara rutin. Daun hasil pemangkasan ia gunakan untuk pakan ternak sapi dan kambing. â€Daun Sengon mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga sangat bagus untuk hewan ternak seperti sapi dan kambing,†jelasnya kepada Mata Madura.
Hasan berharap adanya alat teknologi tepat guna untuk membantu para petani di daerahnya. Selain itu tenaga reparasi juga dinanti agar petani bisa memperbaiki alat atau mesin pertanian yang rusak. â€Kalau alat rusak, petani bingung mau diperbaiki ke mana, sehingga dibiarkan saja. Bantuan pemerintah diharapkan bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat secara luas,†katanya.
Hasin, Mata Bangkalan