Budaya

Sekian Lama Tertimbun, Puluhan Makam Kuna Ditemukan di Bukit Batang-batang, Jiratnya Khas Madura dan Jawa

×

Sekian Lama Tertimbun, Puluhan Makam Kuna Ditemukan di Bukit Batang-batang, Jiratnya Khas Madura dan Jawa

Sebarkan artikel ini
Salah satu situs makam kuna di Bukit Pal Batang-batang. (Foto/RM Farhan)

matamaduranews.com-SUMENEP-Puluhan makam lawas di sebuah perbukitan, di Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Madura, berhasil digali setelah sekian lama tertimbun tanah. Kebanyakan jirat (nisan) maupun badan kuburan sudah tidak lagi utuh.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Penemuan itu diawali dari petunjuk atau wangsit yang datang pada salah satu warga di sana. Warga itu sempat merantau ke luar kota.

Petunjuk itu lantas diperkuat dengan hasil terawang seseorang berkemampuan khusus. Laila namanya. Nama samaran. Laila seorang wanita indigo. Kabarnya ia bisa berkomunikasi dengan “yang gaib-gaib”.

Camat Batang-batang, Ir Joko Suwarno, M.M, bersama warga membabat penemuan makam kuna di Bukit Pal. (Foto/Yudi dan Wardi)

Peristiwa itu direspon serius oleh Camat Batang-batang, Ir Joko Suwarno, M.M. Pihaknya lantas turun langsung untuk memantau dan membantu membabat lokasi, yang sebelumnya dilakukan warga.

“Hasilnya, puluhan makam kuna berhasil ditemukan. Untuk selanjutnya kita akan berkoordinasi dengan pihak terkait dan para ahli di bidang arkeologi,” tegasnya, Kamis (09/04/2020) lalu.

Jika nanti memang terbukti di lokasi itu termasuk cagar budaya yang mesti dilindungi dan dilestarikan, Joko mengaku akan membentuk penjaga situs dan berkoordinasi dengan Disbudparpora dalam teknis pelaksanannya.

“Kami sudah mengumpulkan dua kepala desa, yaitu kades Batang-batang Daya dan Batang-batang Lao’, untuk membangun sinergi dan menindaklajuti penemuan situs ini bersama,” ungkap Joko.

Seperti disebut di muka, kompleks makam itu terletak di area perbukitan. Bukit Pal namanya. Berada sekitar 100 meter di belakang bangunan SMPN 1 Batang-batang.

Untuk menuju ke sana, pengunjung mesti melewati pintu masuk sekolah menengah tersebut. Menyisir jalan setapak yang disela sedikit tanjakan ringan, hingga sampai di sebuah kompleks pemakaman.

Saat Mata Madura sampai di sana, lokasi itu terlihat baru dibersihkan. Khususnya semak belukar, dan terdapat bekas-bekas galian. Nisan-nisan lama juga terlihat sudah tertata agak rapi.

Komunitas Ngoser (Ngopi Sejarah), Sumenep Tempo Dulu (STD), dan anggota TACB Sumenep saat meneliti situs Bukit Pal. (Foto/RM Farhan)

Terlihat juga beberapa terpal memayungi sebagian area. Menurut salah satu warga yang kebetulan ada di sana, malam sebelumnya digelar istighasah bersama. “Tadi malam istighasah atau doa bersama di pemakaman kuna ini,” kata seorang wanita paruh baya, warga sekitar makam, Sabtu (11/04/2020).

Dari penelusuran Mata Madura bersama Komunitas Ngoser (Ngopi Sejarah), Sumenep Tempo Dulu (STD), dan TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Sumenep, diketahui bahan dasar jirat makam kuna di sana kebanyakan dari jenis batu kapur.

“Nisan-nisan itu dihiasi lambang dan ornamen makam yang khas. Bertuliskan huruf arab, namun kebanyakan sudah tidak begitu jelas,” kata Ja’far Shadiq, salah satu personel Ngoser yang juga turun ke lokasi

Jika dilihat dari kondisi makam, bahan dan sedikit hasil identifikasi, perkiraan atau dugaan kuatnya makam-makam kuna di situ termasuk tipe makam yang berusia belakangan. Sekitar abad 18 hingga pertengahan abad 20.

Sedikitnya ada sekitar 3 hingga 5 makam yang paling tua, di antara puluhan makam itu.

Sayangnya, makam-makam yang diperkirakan lebih tua itu tidak memiliki penanda berupa prasasti pada nisannya. Nisannya juga sederhana. Sehingga praktis tak ada petunjuk sama sekali perihal identifikasi tokoh maupun masanya.

Namun uniknya ada dinding yang berbentuk gunungan di belakang nisan bagian kepala. Lengkap dengan simbol-simbolnya. Seperti simbol bulan sabit. Langgam tersebut khas Sumenep.

Ada dua makam yang dipastikan memiliki dinding berbentuk gunungan itu.

“Estimasi tahunnya belum bisa dipastikan. Diperkirakan eranya pasca Mataram Islam. Hanya yang jelas, gaya atau langgamnya ini khas Madura,” jelas Hairil Anwar, dari TACB Sumenep.

Sementara nisan lainnya memiliki corak dan langgam Jawa, dengan estimasi tahun yang lebih muda.

RM Farhan