Catatan: Hambali Rasidi
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!TIBA-tiba publik Sumenep disuguhi berita; Nurus Salam, anggota DPRD Sumenep bagi-bagi sepeda motor.
Sempat tak percaya. Karena masih asing. Yang lumrah. Pak Dewan itu. Bagi-bagi uang. Atau bagi-bagi proyek hibah, dll.
Kok ada istilah bagi-bagi sepeda motor. Saya baca berita di sejumlah media online.
“Kok tumben Oyock, gak kasih info. Apa sudah lupa atau…apa lah,” sambil gumam dalam bathin.
Orang banyak memanggil Oyock daripada Nurus Salam. Termasuk saya yang lama kenal.
Tapi, saya tak diundang. Atau sengaja diundang khusus untuk nerima mobil, hehe
Setelah baca sana sini. Saya baru ngerti. Ternyata Oyock lagi syukuran atas kemenangan dirinya saat Pileg lalu.
Oyock memberi award ke para timsesnya. Tapi kok gede banget awardnya? Ngalahin timses Pilkades. Hehe…
Sabtu, kemarin, ada lima sepeda motor Scoopy yang diberikan kepada para relawannya.
Ada ratusan timses yang dilist Oyock untuk diberi sepeda motor Scoopy.
Setiap bulan hingga akhir 2023, Oyock harus memberi lima hingga sepuluh unit sepeda motor.
Bahkan, pada Maret 2020 hingga 2025 Oyock berjanji tiap bulan akan membagi mobil. Jumlah total mencapai 48 unit mobil anyar.
Wih…Gak Ngibul?
Dari mana duitnya? Emang Oyock dapat harta karun?
Itu respon anggota grup wa setelah viral berita rencana Oyock hendak bagi ratusan sepeda motor dan puluhan mobil gress.
Karena penasaran, saya tanya langsung. Bagaimana modelnya? Apa tiap penerima gratis Nol rupiah?
Setelah diskusi sana-sini, ternyata Oyock sedang bermain teori dan bondo pasrah alias raje ate.
Sepeda motor Scoopy itu ternyata bukan milik pribadi. Tapi milik kelompok.
Per kelompok ada 12 anggota. Tiap bulan direncanakan 5 unit Scoopy. Berarti ada 5 kelompok.
Satu bulan 5 kelompok × 12 anggota= 60 anggota. Kalau sampai Pileg 2024, berjumlah 3.600 anggota dengan 300 kelompok.
Kalau diuangkan, per unit Scoopy Rp 20 juta X 300 unit sepeda = Rp 6 miliar.
Lain uang mobil anyar untuk timses yang berkelompok.
Oyock merencakan 48 unit mobil. Jika diuangkan, @Rp 190 juta X 48= Rp 9,1 miliar.
Eh…beneran Oyock bisa ngeluarin duit belasan miliar? Syukuran Pileg apa mau Nyabup? Hehe
Ditanya darimana sumber uangnya, Oyock hanya bilang Rp 6 juta yang dibebankan ke per kelompok. Rp 14 juta disubsidi oleh Oyock.
“Setelah lunas Rp 6 juta. BPKB langsung dipegang kelompok,” ucap Oyock.
Tapi kan masih buutuh Rp 4,2 miliar untuk subsidi? “Hehhee,” Oyock hanya menjawab tertawa.
Dari sini, saya baru sadar.
Ini bukan maqam saya. Biar Oyock berhitung sendiri.
Katanya, tiap bulan subsidi itu akan diambilkan dari gaji di dewan untuk melunasi. Tanpa kredit.
Anda percaya?
Tambah gak percaya, bulan Maret saya suruh nunggu pembagian mobil anyar…
Bingung?
Saya juga bingung, hehe
Baru ketemu politisi bagi-bagi sepeda motor.
Sumenep, 6 Oktober 2019