NU memutuskan mundur dari dunia politik dalam wadah PPP melalui keputusan Muktamar pada 1984 yang digelar di Situbondo, Jawa Timur.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Dalam keputusan muktamar itu, NU menyatakan kembali ke khittah 1926 yaitu sebagai organisasi sosial kemasyarakatan keagamaan.
Ketika itu para politisi NU yang kecewa melakukan gerakan yang populer disebut sebagai penggembosan PPP.
Akibat aksi penggembosan itu perolehan suara PPP pada Pemilu 1988 merosot hingga hanya mencapai 15,6 persen. Padahal pada Pemilu 1982, PPP meraih suara nasional sebanyak 27,78 persen.
Karena perolehan suara yang jeblok, John Naro akhirnya dicopot dari posisi ketua umum pada Muktamar PPP 1989.
Dia digantikan oleh Ismail Hasan Metareum yang dikenal sebagai politisi yang sejuk.
Di bawah kepemipinan Metareum PPP praktis adem ayem.
Pada era reformasi konflik internal pecah lagi.
Menjelang pemilihan presiden 2014 terjadi perebutan kekuasaan antara Ketua Umum Surya Darma Ali (SDA) melawan kubu anak-anak muda yang dipelopori Romahurmuzy.
SDA yang ketika itu menjadi menteri agama di kabinet SBY ditangkap oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam kasus korupsi dana haji.
SDA divonis dan dihukum penjara. PPP pecah menjadi dua, kubu SDA memilih Djan Faridz sebagai ketua dan kubu lain memunculkan Romahurmuzy sebagai ketua.
Dua kubu terlibat saling gugat sampai selama bertahun-tahun.
Nasib Romahurmuzy kemudian sama dengan SDA ditangkap KPK dalam kasus gratifikasi di Departemen Agama, dan Romahurmuzy dijatuhi hukuman penjara.