Catatan: Hambali Rasidi
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!matamaduranews.com-Saya punya keinginan. Pilkada Sumenep 2020 ada calon bupati dari kepulauan. Atau calon wakil bupati mewakili anak pulau. Bisa berkoalisi darat-pulau. Mengawinkan pulau darat. Atau perkawinan darat-pulau.
Kenapa? Bupati Kiai Busyro sudah tak bisa mencalonkan kembali. Atau arah politik Kiai Busyro masih ngambang.
Bagaimana dengan Bunda Fitri? Keputusan nyalon juga subhat. Masih menunggu perintah DPP PKB. Secara rasional, Bunda Fitri bisa konsern di Indrapura. Menghabiskan masa jabatan anggota DPRD Jatim.
Atau menunggu akrobat politik dari Kiai Busyro. Kapan? Ya sekitar tiga bulan sebelum pencoblosan.
Apa kaitan dengan calon dari pulau? Ini yang saya maksud panorama baru. Peluang emas bagi orang pulau untuk rebut kekuasaan.
Potensi suara pulau 40% perlu disatukan. Mengantarkan calon untuk rebut posisi bupati atau wakil bupati Sumenep.
Setelah Kiai Busyro tak jelas arah politik di Pilkada 2020. Suara kepulauan terombang-ambing.
Kenapa? Figur bakal calon yang muncul saat ini tak bisa mencengkram di semua pulau. Kalau pun ada, hanya satu kecamatan di pulau. Tidak semua kecamatan di kepulauan mampu direbut.
Kalau 40% potensi suara itu hanya menjadi suporter penentu kemenangan Calon Bupati daratan. Apa tidak sia-sia?
Solusinya, perlu satukan langkah. Ajukan figur yang kualifide. Baik itu mampu secara cost politik. Atau mampu menyatukan suara kepulauan.
Dalam kondisi politik saat ini, tak perlu ideal menentukan figur utusan pulau. Yang penting bisa menjadi perekat emosi antar pulau.
Apa resep perekat itu? Tentu orang yang mampu mengkonsilidir titik-titik suara di pulau.
Geografis pulau berkejauhan perlu sarana perekat. Bentuk sarana beragam. Bisa jadi komitmen yang dibangun. Atau meyakinan lewat logistik.
Pilkada Sumenep 2020 tak bisa lepas dari suara kepulauan. Potensi kepulauan bisa menjadi penentu kemenangan Paslon.
Sejak 2005. Kemenangan Paslon ada limpahan suara pulau.
Pilkada 2015, Paslon Busyro-Fauzi menang 10 ribu-an suara dari ZeVa. Kalah telak di Kangean. Tapi ditembel suara lebih di kepulauan Sapudi dan Raas.
Bagaimana dengan Pilkada 2020? Siklus 10 tahun lalu seperti akan dimulai kembali. Seperti Pilkada 2010.
Pilkada 2010, Cabup asal kepulauan mampu menggeser 8 Paslon. Hingga Pilkada Sumenep jadi dua putaran.
Sayang, di putaran kedua arus dukungan terpecah. Cabup Kepulaun kalah tipis. Tak mampu menahan hempasan gelombang lawan politik.
Pilkada 2020, perlu figur anak pulau yang mampu menahan hempasan gelombang.
Lalu siapa figur anak pulau yang dimaksud?
Sudah mulai mengkrucut. Walau dari Kangean, Sapeken, Sapudi dan Raas, sama-sama memunculkan nama. Figur itu sekarang mulai terseleksi.
Secara alami, kemampuan figur itu terseleksi dari efek politik. Entar dari Parpol atau respon para agen suara di sejumlah pulau.
Kamamppuan cost politik menjadi salah satu indikasi kebertahanan itu.
Siapa namanya? Entar masih nyari bocoran dari Jakarta. Sepertinya, anak pulau ini akan menjadi kepanjangan orang partai. Elit partai yang perlu penyambung kepentingannya.
bersambung…
Pesona Satelit, 4 Desember 2019