matamaduranews.com–BANGKALAN-Para pedagang Pasar Baru Bancaran, Bangkalan, Madura, menyebut, penarikan retribusi ternyata tidak membawa manfaat bagi pedagang.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Dari pantauan Mata Madura, kondisi pasar semakin hari bertambah kotor dan berantakan. Jalan pasar makin becek dan memunculkan bau tak sedap saat mulai musim hujan tiba.
Komariah, salah satu pedagang cabai di Pasar Bancaran, mengatakan, biaya retribusi yang ditagih pengelola pasar tidak sebanding dengan apa yang didapat oleh para pedagang.
Ibu Komariah menyebut, fasilitas kebersihan sudah tidak layak. Kondisi jalan digenangi air membuat kondisi pasar sudah tidak lagi nyaman. Akibatnya, pembeli enggan datang ke pasar.
“Lihat saja mas, jalan saat ini sudah mulai becek. Ketinggian dataran pasar lebih tinggi bahu jalan. Jadi air mudah tergenang di bahu pasar, becek, bau lagi. Setiap kali ditagih retribusi, kami sering bilang tolong pasar ditata kembali. Petugas cuma jawab iya tanpa ada realisasinya,” certa Komariah wanita berusia 35 tahun ini, kepada Mata Madura.
Keluhan pedagang lain datang dari Ibu Latifah. “Saya setiap hari ditarik uang harian oleh petugas pasar sebesar Rp 2 ribu sampai Rp 4 ribu. Tetapi oleh petugas tidak diberikan karcis. Termasuk uang keamanan dan kebersihan. Beruntung petugas Pasar di sini kadang bisa mengerti kondisi kami para pedagang. Kalau melihat dagangan masih banyak, biasanya mereka tidak tagih dulu. Besoknya baru ditagih, tapi dua kali lipat,” cerita Ibu Latifah kepada Mata Madura, Rabu (13/11/2019).
Wanita penjual sayur ini mengatakan, selain membayar uang retribusi, dirinya juga membayar uang bulanan sebesar Rp 25 ribu tiap bulan.
Lapak jualan Ibu Latifah awalnya membeli kepada petugas Pasar Bancaran dengan harga Rp 2 Juta.
“Lambek gi nyapok mode nak. Mon setiah tak kerah olle 2 Juta mon melle lahan edinnak,” ujarnya saat ditemui Mata Madura, Rabu (13/11/2019) siang.
Pantuan Mata Madura, biaya retribusi para pedagang di pasar bervariasi. Sesuai dengan luas lapak dari masing-masing pedagang. Mulai dari yang paling murah Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu.
Syaiful, Mata Madura