Catatan

Edy Rasiyadi; Tidak Populer, tapi Disukai

×

Edy Rasiyadi; Tidak Populer, tapi Disukai

Sebarkan artikel ini

Catatan: Hambali Rasidi

Edy Rasiyadi
Wabup Sumenep Kiai Imam Hasyim saat memberi kue ulang tahun ke 60 ke Edy Rasiyadi, Jumat kemarin 8 Agustus 2025.(FOTO ISTIMEWA)

matamaduranews.com-Tanggal 8 Agustus 1965. Itu hari kelahiran Edy Rasiyadi. Kemarin, Jumat 8 Agustus 2025. Hari Ulang Tahun Terakhir Edy sebagai Sekda Sumenep. Karena tanggal 1 September 2025, nama Edy Rasiyadi resmi hilang dari daftar ASN Sumenep. Dia pensiun.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Banyak kenangan yang tersisa—suka dan duka selama berpuluh-tahun mengabdi di Pemkab Sumenep. Para ASN, aktivis, LSM, akademisi, tokoh masyarakat, politisi dan wartawan yang pernah berinteraksi dengan Edy Rasiyadi pasti punya cerita.

M Muhri, Ketua Komisi III DPRD Sumenep membuat testimoni tentang sosok Edy Rasiyadi. Politisi PKB ini menulis singkat apa yang ia tahu selama berinteraksi dengan Edy. Tulisan Muhri  dikirim ke penulis untuk bahan materi kenangan Jalan Sunyi Pengabdian Edy Rasiyadi.

Berikut testimoni Muhri tentang sosok Edy Rasiyadi:

“Kalau boleh saya melihat dari sudut pandang pribadi, Pak Edy Rasiyadi bagi saya bukan hanya seorang Sekretaris Daerah. Beliau lebih dari itu—bagi saya pribadi, beliau adalah sosok orang tua, sahabat, dan teladan hidup,”.

“Sering kali saya justru datang kepada beliau untuk meminta nasihat. Kami banyak berdiskusi dan berbagi pandangan. Dan hebatnya, beliau tidak hanya memberi wejangan, tapi juga mau menerima pendapat dari siapa pun, termasuk dari orang yang lebih muda atau jabatannya di bawah beliau. Itu menunjukkan kerendahan hati dan kebijaksanaan beliau,”

“Pak Edy adalah birokrat yang santun dan sederhana. Gaya hidupnya apa adanya. Dalam penampilan maupun tutur katanya, beliau menunjukkan keteladanan. Maaf kalau saya sedikit berlebihan, tapi menurut saya beliau punya jiwa santri—dalam makna akhlak dan perilaku. Seperti kata Gus Mus, santri itu bukan hanya soal mondok, tapi soal kepribadian: santun, bijak, dan rendah hati. Dan semua itu ada pada Pak Edy,”

Bagi saya pribadi, beliau adalah orang tua, kadang saudara, kadang sahabat yang bisa diajak berbagi dalam suasana nyaman. Beliau selalu terbuka, siap mendengarkan, dan memberikan solusi dengan kepala dingin. Sosok seperti ini sangat langka di birokrasi. Beliau akan selalu dikenang, bukan hanya karena jabatannya, tetapi karena karakternya yang luhur dan membumi.”

Tidak banyak orang Sumenep yang kenal Edy Rasiyadi. Namanya jauh dari hiruk-pikuk politik lokal. Kalau diukur popularitasnya, mungkin cuma 3 persen. Tapi bagi yang pernah bertemu dan berinteraksi dengannya, tingkat kesukaan bisa mencapai 70 persen ke atas.

Begitulah Edy. Sosok ASN yang memilih jalan sunyi dalam mengabdi. Dari awal karir hingga mencapai puncak sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep, Edy selalu di belakang layar. Baginya, bekerja di kantor sama dengan melayani masyarakat. Kalau pun ada yang butuh penjelasan soal program pemerintah, dia berikan penjelasan secara sederhana.

Berkali-kali penulis bertanya, apa saja yang sudah dilakukan Sekda selama memimpin roda pemerintahan. Edy hanya tersenyum, lalu menyarankan untuk bertanya langsung ke Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo.

Begitu juga ketika saya usulkan menulis buku tentang perjalanan karirnya. Dia menolak halus. “Yang perlu ditulis itu Bupati, bukan saya, Mas,” katanya tiga bulan lalu.

Edy selalu menempatkan diri di posisi yang tepat. Tidak pernah menonjolkan diri, padahal kontribusinya untuk kemajuan pemerintahan Sumenep tidak sedikit.

Begitulah Edy Rasiyadi. Dia lalui dengan jalan sunyi dalam mengabdi sebagai ASN Pemkab Sumenep (bersambung)