Sebagai orang Sumenep atau Madura, kurang afdal rasanya jika tak pernah berkunjung ke Pulau Sapi. Di Pulau itu, jumlah penduduk, masih kalah dengan jumlah Sapi. Kok bisa? Karena penasaran, saya berkunjung ke Pulau Sapi itu.
matamaduranews.com-Menuju ke Pulau Sapi atau Pulau Sapudi dari Kota Sumenep, ada dua rute yang bisa dilalui. Pertama, pelayaran dari Pelabuhan Kalianget. Di pelabuhan itu, ada dua pelabuhan yang biasa melayani rute pelayaran ke Pulau Sapudi atau dikenal Pulau Sapi.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Pelabuhan yang dikelola ASDP, penumpang bisa menggunakan mobil dan sepeda motor. Ada Kapal Dharma Kartika dan Dharma Bakti Sumekar. Dua kapal ini punya jadwal, Minggu, Kamis dan Jumat menuju Pulau Sapudi.
Pelabuhan Rakyat di Gresik Putih, dikelola swasta biasa jadi labuhan perahu motor. Di pelabuhan itu, bercampur antara perahu angkut barang dan penumpang. Jadwal pemberangkatan, Selasa dan Rabu.
Waktu perjalanan dari Pelabuhan Kalianget ditempuh berkisar 2,5 hingga 3 Â jam jika menggunakan kapal fery. Kalau menggunakan perahu rakyat bisa 3-4 jam.
Kedua, Pelabuhan Dungkek. Pelabuhan itu milik pemerintah hanya dilalui perahu rakyat. Waktu tempuh menuju ke Pulau Sapi sekitar 1,5 hingga 2 jam. Jadwal pemberangkatan, dua kali sehari. Jam 10.00 WIB dan Jam 15.00 WIB.
Saya memilih naik perahu rakyat dari Pelabuhan Dungkek. Dari terminal Bangkal, saya menaiki MPU jurusan Pelabuhan Dungkek, jam 08.00 WIB. Ongkos MPU Rp 15 ribu untuk jarak 25 Km.
Di Pelabuhan Dungkek, harus menaiki perahu kecil. Orang Madura mengenal tambengan. Bayar ongkos tambengan Rp 5 ribu. Baru naik perahu rakyat jurusan Sapudi.
Tepat jam 10.30 WIB, perahu layar rakyat berangkat. Dengan tarif perahu Rp 50 ribu, tanpa karcis resmi.
Tiba di Pelabuhan Sokarame. Saya mampir di Rumah Dinas Camat Nonggunong. Rupanya Pak Camat, baru menjabat. Dia ramah dan telaten atas kehadiran saya. Lalu dia menyiapkan sarana transportasi untuk keliling Pulau Sapi.
Tapi, saya tolak dengan halus. Saya memilih ditemani Gus Mang dan Ahmadi. Dua orang ini yang banyak bercerita tentang keberadaan sapi-sapi di Pulau Sapudi.
Menurut Ahmadi, memang jumlah Sapi tak terhitung jumlahnya. Belum ada angka pasti, berapa jumlah sapi di Pulau Sapudi. Hanya dia bercerita, setiap minggu ada dua kali pengiriman ke Situbondo, Pulau Jawa. Seminggu sekali pengiriman ke Kota Sumenep, Madura.
Saya kian penasaran jika disebut jumlah sapi di Pulau Sapudi melimpah. Padahal, di jalan-jalan yang saya lewati, tak terlihat sapi berkeliaran.
Saya ingat, catatan buku karya Sofyan Sudrajat yang menjelaskan bahwa Pulau Sapudi memang terkenal sebagai Pulau Sapi sejak masa Penjajahan Belanda.
Di Pulau Sapudi ada dua Kecamatan. Kecamatan Gayam dan Nonggunong. Dalam buku itu, populasi sapi di Pulau Sapudi pada tahun 1918 sebanyak 713.126 ekor. Wih…kayak, kalah jumlah pendudukan Kabupaten Sumenep yang di tahun itu.
Dalam buku Sapi di Pulau Sapudi itu, juga menjelaskan peningkatan populasi sapi yang meningkat tiga tahun berikutnya.Tepatnya tahun 1921, jumlah sapi, tiap kilometer rata-rata terdapat 112 ekor.
“Angka ini setara dengan salah satu provinsi di Belanda pada waktu itu dengan jumlah sapi tiap kilometernya mencapai 115 ekor,†jelas Sofyan Sudrajat dalam bukunya.
Sementara jumlah penduduk dua kecamatan di Pulau Sapudi kisaran 60 ribu. Dalam Pileg 2019, DPT yang berhak nyoblos berkisar 40 ribu.
bersambung……
Cyaiful Puja, Mata Madura