Judul : Tuhan dalam Secangkir Kopi
Penulis : Denny Siregar
Penerbit : Noura Books
Terbit : Mei 2016
Tebal : xvii + 200 Halaman
ISBN : 978-602-385-112-6

Peresensi : Nurul Yaqin*
Mengetahui Tuhan berarti juga mengetahui ajaran agamanya. Pemahaman agama yang mendalam menjadi jembatan untuk mengetahui Tuhan yang sebenarnya.
Namun, persoalan agama merupakan hal yang sangat sakral, terlebih bagi mereka yang berpikir konservatif. Agama seolah pakaian yang tidak boleh terkena kotoran sedikitpun.
Sedikit saja pakaian itu terkena tampias lumpur jalanan maka tak segan pemiliknya mengumpat dengan sumpah-serapah.
Padahal, agama adalah pondasi utama untuk membangun perdamaian, bukan pertikaian.
Maka dari itu memahami agama tidak hanya dari kulit luar saja, akan tetapi perlu diselami lebih mendalam agar tidak terjadi gesekan yang bisa menimbulkan perpecahan.
Sebagian orang menganggap agama lemah sehingga perlu dibela. Sebagian kecil menganggap payung besar untuk berlindung di bawahnya.
Sebagian orang menganggap agama itu senjata. Hanya sebagian kecil yang menganggapnya pusaka. Sebagian orang menganggap agama itu Tuhan.
Sebagian kecil saja yang sadar bahwa sama saja itu menyekutukan-Nya. Agama bukan apa yang tampak di permukaan, karena mutiaranya bertebaran di kedalaman.
Untuk itulah kita disuruh mengkaji, karena membaca saja belum tentu punya arti (hal : 35).
Mereka yang menyelami ilmu agama tidak akan merasa tinggi. Semakin dalam ilmunya, semakin merendah dia di hadapan manusia lain, bukannya semakin tinggi.
“Nilailah seseorang yang berakal dari bagaimana cara dia memahami agamanya. Karena periwayat ilmu banyak, tapi sedikit yang memahami†(Imam Ali r.a) (hal : 46).
Berbeda dengan kondisi saat ini, ketika orang sudah tahu sedikit tentang agama, dengan gampangnya mereka menganggap dirinya paling benar dan yang lain salah.
Sikap toleran antar agama semakin redup. Ketika orang berbeda agama melakukan sedikit kesalahan yang berseberangan dengan agama kita, spontan nyawa akan menjadi taruhan.
Memang, konflik berlatar agama kerap terjadi di negeri ini, karena agama bersifat sensitif dan mempunyai daya stimulus tinggi untuk memancing kericuhan.
Tidak sedikit ditemukan di tengah-tengah kita kesenjangan-kesenjangan lantaran dangkalnya imu agama. Dari tindakan radikalisme hingga kasus terorisme berkedok agama.
Sungguh ironis jika permasalahan antar agama harus berujung retaknya hubungan sosial.
Peran agama sebagai rahmatan lil alamin seharusnya menjadikan pemeluknya berfikir untuk duduk bersama dalam mengatasi segala problema.
Jika semua permasalahan bisa diatasi dengan pikiran jernih dan tenang serta dipacu dengan ilmu agama yang mumpuni maka akan terwujud kehidupan yang rukun dan harmonis antar umat beragama.
Sepatutnya kita mencontoh manusia teladan nabi Muhammad SAW. Beliau tidak pernah merasa dendam, bahkan kepada pengemis buta beragama Yahudi yang selalu menghina dan menjelek-jelekkannya di depan setiap orang yang lewat.
Beliau dengan penuh kasih tetap menyuapi makanan kepada pengemis tersebut setiap hari tanpa henti. Yang pada akhirnya pengemis itu memperoleh hidayah.
Orang-orang yang mengerti agamanya dengan baik akan sulit berpikir bahwa orang lain masuk neraka.
Karena dia paham, apa untungnya jika orang lain masuk neraka, sedangkan dia sendiri belum dijamin penuh masuk surga?
Neraka dan surga adalah punishment dan reward atas usaha manusia di dunia. Biarlah Tuhan yang menghitungnya. Itu bukan urusan manusia (hal : 3).
Buku “Tuhan dalam secangkir kopi†karya Denny Siregar memaparkan segala pemahaman tentang Tuhan, agama, dan ajarannya dengan bahasa yang santai, lugas, jenaka dan mudah dimengerti.
Mengganti pemikiran tabu dan primordial dengan bahasa yang renyah dan ringan.
Mengajarkan kita bagaimana menyampaikan ide tanpa mendoktrin, menyetujui suatu hal tanpa menjatuhkan yang berseberangan, menolak gagasan tanpa menghina, dan yang terpenting mengajari serta menasihati tanpa perlu menggurui (hal : 196).
Tujuannya, agar memahami Tuhan, agama, dan ajarannya tak seberat mengangkat besi, tapi terasa nikmat seperti minum kopi.
Oleh karena itu, buku ini patut dikonsumsi bagi siapa saja, terlebih mereka yang ingin memahami Tuhan, agama, dan ajarannya dengan cara ringan dan penuh canda tanpa mengurangi esensinya, sehingga lebih mudah diterima.
*Guru MI Unggulan Daarul Fikri, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat. Asal Sumenep. Email: mutiarayaqin@gmail.com