Suhu Panas dan Kekeringan Telan Korban di Pulau Sapudi

×

Suhu Panas dan Kekeringan Telan Korban di Pulau Sapudi

Sebarkan artikel ini
Sapi-Sapi di Pulau Sapudi mengalami dehidrasi dan kelumpuhan akibat suhu panas dan kekeringan berkepanjangan melanda Pulau Sapudi (matamadura.ahmadi)

matamaduranews.comSUMENEP-Beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah Indonesia mengalami suhu udara yang sangat panas di siang hari.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Hasil pengamatan BMKG, suhu udara maksimum bisa mencapai lebih dari 39 derajat Celsius sejak 19 Oktober 2019.

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari, ada dua alasan kenapa cuaca di Indonesia begitu panas.

“Pertama, masih kemarau. Kedua, saat ini posisi semu matahari berada tepat di atas Indonesia (sekitar ekuator),” Indra Gustari.

Akibat cuaca panas yang berkepanjangan sudah ada korban terdampak. Yaitu, ada beberapa sapi di Pulau Sapudi, Sumenep, Jawa Timur yang mengalami kelumpuhan akibat kemarau dan suhu yang panas berkepanjangan.

Efek kemarau panjang banyak sumber mata air yang mengering di Pulau Sapudi. Sehingga beberapa ternak sapi mengalami dehidrasi (kekurangan air)

“Sekarang banyak ternak sapi warga yang tak kuat berdiri. Tiba-tiba jatuh. Mungkin kurang asupan bergizi. Atau kekurangan air,” ucap Burhan, salah satu peternak Sapi asal Desa Sokarame Paseser, Kecamatan Nonggunong, Sumenep, kepada Mata Madura, Rabu (23/10/2019).

Menurut pendamping ternak Ahmadi, fenomena sapi jatuh sendiri sedang mengalami kelumpuhan akibat tidak ada tenaga.

“Itu karena kekurangan asupan hijau pakan ternak. Sehingga ada kekeringan hormon di lutut karena asupan air juga kurang. Gilirannya sapi-sapi itu tidak kuat berdiri,” terang Ahmadi, kepada Mata Madura.

Melihat sapinya mengalami kelumpuan, Burhan dengan sigap membawa sapi ternaknya ke Kota Sumenep untuk dipotong. Hanya saja, harga jualnya terjun bebas.

“Kalau harga normal, di pasaran bisa mencapai Rp 8 juta. Karena kondisi sapi kurus dan mengalami kelumpuan, ya hanya laku Rp 1,5 juta,” cerita Burhan.

Dari pantauan Mata Madura, ada 3 ekor sapi yang mengalami kelumpuhan.

Seperti biasa, tak sedikit sapi mengalami hal serupa di musim kemarau panjang. Sebab, stok pakan habis.

Seperti biasa, peternak harus beli pakan ke daerah Situbondo. Dengan anggaran cukup besar. Atau menjual sebagian sapi ternaknya untuk biaya beli pakan selama musim kering.

Fenomena sapi lumpuh yang kerap terjadi setiap tahun mendapat atensi dari Jamal Riyadi. Aktivis dan pecinta Kerapan Sapi di Sapudi ini, berharap ada perhatian dari Dinas Peternakan Sumenep agar memberikan solusi ke para peternak sapi.

“Sapi lumpuh sudah biasa terjadi setiap tahun saat musim kemarau. Apakah fenomena ini akan dibiarkan? Kan kasihan para peternak yang miskin harus kehilangan sapi peliharaannya,,” terang Bang Riri-panggilan akrab Jamal Riyadi, kepada Mata Madura, Rabu.

Sementara, Kepala Dinas Peternakan Sumenep Bambang Heriyanto belum bisa dikonfirmasi.

Ahmadi, Kontributor Mata Madura