Soal Adzan Jihad, MUI Sampang Tak Mempersoalkan

×

Soal Adzan Jihad, MUI Sampang Tak Mempersoalkan

Sebarkan artikel ini
Kantor MUI Sampang (matamadura.jamal)

matamaduranews.comSAMPANG-Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, akhirnya menanggapi video panggilan adzan jihad yang viral di media sosial (medsos) beberapa hari terakhir.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Seruan adzan jihad itu bikin resah di kalangan masyarakat karena isi adzan tidak seperti pada umumnya.

Seperti diketahui, video viral adzan berbeda sang muadzin tidak melantunkan ‘Hayya ‘alashshalaah’ seperti pada umumnya. Tetapi diganti dengan ajakan jihad, ‘Hayya Alasjihad.’

Dari beberapa video viral itu, salah satunya diduga kuat berlokasi di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat (Jabar).

Hal itu terlihat dari spanduk yang ada di ruangan tempat video adzan itu diambil.

Dalam spanduk itu, terlihat tulisan Kecamatan Argapura, yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Majalengka.

Dalam video berdurasi 0,43 menit itu, tampak beberapa orang berada di belakang sang muadzin.

Sang muadzin sendiri. Selain ‘Hayya Alasjihad,’ lafaz adzan lainnya sama persis dengan adzan-adzan yang biasa terdengar.

Diketahui, ada lebih dari tiga video yang viral di media sosial terkait hal ini.

Semua video menampilkan sekelompok jemaah mengganti Adzan Salat ‘Hayya ‘alashshalaah menjadi ‘Hayya Alajihad’.

Tak hanya itu, ada juga jemaah yang membawa pedang ketika shalat seperti di masa Nabi melakukan perang dengan kaum kafir.

Menangapi isi adzan jihad itu,
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)  Sampang, KH Bukhori Maksum tidak mempermasalahkan.

Kiai Bukhori menilai, video seruan adzan jihad yang menjadi polemik di medsos sebatas seruan semata.

“Isi adzan jihad tidak ada masalah karena sebatas meniru saja,” terangnya kepada Mata Madura, Jumat (4/11/2020).

Kiai Bukhori mengatakan, adzan jihad yang viral di medsos itu sebatas meniru dari kelompok oposisi Arab Saudi.

Katanya, kondisi Kerajaan Arab Saudi sedang melakukan reformasi total yang kental ajaran syari’atnya.

“Seperti tutup muka, tutup hidung dan semuanya ditutup, malah sekarang dibuka bebas, maka terbentuk komunitas dari para ulama yang ada dengan memproduksi adzan hayya’alasholah diganti Hayya Alajihad,” tambah Kiai Bukhori.

“MUI Sampang tidak melarang hal itu dan juga tidak menyuruh untuk mengikutinya,” sambungnya.

Dalam konteks pemahaman jihad, Kiai Bukhori tidak setuju jika dikaitkan dengan mengangkat senjata di medan perang.

Jihad bagi Kiai Bukhori adalah sesuatu perubahan dari yang tidak baik menjadi baik

“Jihad tegakkan sholat, puasa, bantu masyarakat yang lemah, yang miskin juga dibantu, santuni anak yatim dan orang gila diobati. Itu semua jihad. Jadi perlu juga diluruskan agar masyarakat awam tidak sembarangan mengartikan jihad itu apa,” tuturnya.

Kiai Bukhori beserta pengurus MUI Sampang berharap masyarakat  Sampang selalu mewaspadai dan berhati-hati terhadap provokasi yang mengancam kesatuan Nagara Republik indonesia (NKRI).

“Himbauan saya kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menghadapi masalah seperti itu, harus pintar menyaring hoaxs dengan ilmu dan ahlak agar tidak mudah terseret,” tutupnya.

Jamal, Mata Madura