matamaduranews,com-Selasa tengah malam (11/5/2021). Ketika banyak orang sibuk menyambut lebaran Idul Fitri.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!UBA (41) seorang guru ngaji di Masjid Al Hadid, Kampung Cinyosong, Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, masih kepikiran untuk indehoy dengan muridnya, SO (15).
“Saya kangen,” begitu isi WhatsApp yang dikirim UBA ke SO.
SO yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) langsung membalas pesan si guru ngajinya.
SO pun keluar rumah tanpa pamit ke ortunya.
SO bergegas ke warung dekat rumahnya sambil nunggu jemputan si guru ngaji.
Sesaat kemudian si guru ngaji tiba.
UBA bawa sepeda motor menjemput SO.
UBA dan SO berkeliling naik sepeda motor.
Di atas sepeda itu, SO diiming-imingi akan dibelikan mukena atau baju dan uang jajan Rp 400 ribu.
SO tergoda.
Sekitar pukul 00.00 WIB, Â UBA parkir sepeda motornya di halaman samping Masjid Al Hadid.
UBA masuk ke dalam ruangan masjid samping mimbar.
Kamar itu jadi tempat tinggal UBA sebagai marbot Masjid Al-Hadad.
Selain mengajar ngaji ke anak-anak sekitar masjid, UBA juga bertindak sebagai marbot masjid.
Beberapa menit kemudian, SO menghampiri si guru ngaji yang berada di dalam kamar.
Di kamar samping mimbar Masjid Al Hadid itu, si guru tergoda syahwatnya.
Si guru ngaji mencium bagian sensitif SO.
Sejurus kemudian, seluruh pakaian SO dilepas.
Maka terjadi hubungan terlarang.
Saat asyik indehoy. Telpon SO terus berdering.
Ternyata itu panggilan dari kakaknya-agar SO cepat pulang karena sudah larut malam.
Rabu (12/3/2021) sekitar pukul 00.30 WIB-UBA dan SO keluar kamar.
SO bergegas pulang ke rumahnya seorang diri dengan berjalan kaki.
UBA melihat dari kejauhan sambil membuntuti agar tak menaruh curiga banyak orang.
Rabu dini hari sekitar jam 01.00 WIB, SO tiba di rumahnya.
Kakak SO menaruh curiga. Selain pulang larut malam. SO diketahui pulang tanpa mengenakan pakaian dalam.
Saat didesak apa yang terjadi. SO baru bercerita.
Kakak SO kaget mendengar pencabulan yang baru dilakukan guru ngajinya.
Malam itu juga si kakak langsung melapor perbuatan si guru ngaji cabul ke polisi.
Mendapat laporan dari kakak korban, polisi langsung bergerak mengejar pelaku.
Beberapa jam kemudian, jelang subuh pelaku pun ditangkap.
Dari hasil pemeriksaan, terungkap bahwa pelaku mencabuli SO sebanyak lima kali.
Kapolsek Setu AKP Mukmin melalui Kanit Reskrim Polsek Setu Iptu Kukuh Setio Utomo mengatakan, si guru ngaji mencabuli SO empat kali di kamar dalam masjid.
Menurut Kukuh, pebcabulan kali pertama dilakukan di tengah kebun.
Katanya, saat dieksekusi pertama kali, SO diberi uang jajan Rp 50 ribu oleh UBA.
Selain itu, si guru ngaji juga ngancam kalau nolak melayani indehoy kan pulang tak mau ngajar ngaji lagi.
“Kalau kamu enggak mau begini, melayani saya, ya sudah saya tinggalkan kamu, saya pulang kampung ke Tasik. Kamu urusin saja murid-murid saya yang pada ngaji, kamu yang ngurusin biar kamu tahu’,” cerita Kukuh seperti dikutip detik, Senin (17/5/2021).
Karena SO diam tak bercerita ke orang lain. Si guru ngaji mencari cara untuk indehoy lagi.
Terakhir, lewat kata-kata kangen yang dikirim via WhatsApp ke SO.
Menurut Kukuh, kondisi korban kini mengalami tekanan psikologis.
“Korban depresi. Saya kan hubungi kakaknya sebagai pelapor, masih depresi, kalau ditanya sering nangis,” ujarnya.
Dikatakan, UBA bisa dijerat dengan hukuman maksimum karena memenuhi semua unsur pada Pasal 82 ayat 1, 2, dan 3 Undang-undang Perlindungan Anak.
“Ancaman hukuman ayat 1 dan 2 itu 15 tahun, tapi pengecualian ayat 3-nya karena dia guru ngaji, pembimbing, tenaga pengajar, bisa ditambah sepertiga hukumannya jadi 20 tahun,” pungkas Kukuh. (**)