matamaduranews.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana mengembangkan market intelligence di sektor jasa keuangan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Hal itu disampaikan, Head of Financial Services Monitoring Division OJK Eko Rizanoordibyo dalam acara Indonesia Banking & Finance Summit di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Eko mengatakan, pengembangan market AI dilakukan untuk mendorong produktivitas dan efisiensi jasa keuangan.
Selain itu, pengembangan ini juga dipercaya dapat mengurangi risiko dengan layanan jasa keuangan yang lebih baik.
“Pemanfaatan kecerdasan buatan di sektor jasa keuangan tentunya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, mengurangi risiko, serta memberikan layanan yang lebih baik kepada para stakeholders,” ungkapnya.
Ia meyakini, dengan kolaborasi yang dilakukan regulator dan pelaku industri, tantangan yang lahir dari pemanfaatan AI bisa dimitigasi. Sehingga, keuntungan industri dapat dioptimalkan.
“Dengan kolaborasi antara regulator, pelaku industri jasa keuangan, dan para pemangku kepentingan pada ekosistem jasa keuangan, kita dapat memanfaatkan AI untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif, efisien, dan aman bagi kita semua,” tutupnya.
Dian mengutip survei McKinsey & Company pada tahun 2023 yang mengungkapkan pemanfaatan AI di sektor jasa keuangan tersebar pada fungsi layanan, pemantauan resiko, dan fungsi pengembangan produk
Lebih lanjut, pemanfaatan generative AI pada industri perbankan di proyeksi memberikan kenaikan pendapatan sekitar 2,8% hingga 4,7%,” tambahnya.
Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), akan dilakukan pada periode 2025-2026 sambil lalu menyempurnakan big data dan AI.
“Bahwa pada periode 2025-2026, OJK akan mengembangkan sistem market intelligence sektor jasa keuangan dengan memanfaatkan big data dan artificial intelligence,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asbisindo Hery Gunardi mengungkapkan bahwa perbankan memang dari sisi digitalisasi termasuk AI sudah menjadi keharusan. Artinya, penggunaan AI perlu dimulai dari sekarang.
Memang, ia tak memungkiri bahwa ada risiko yang ada dengan adanya transformasi digital yang dilakukan perbankan. Oleh karenanya, pengembangan seperti penggunaan AI perlu juga diikuti dengan memperkuat bisnis model.
“Resiliensi bank terhadap tantangan tekno ke depan terutama terkait dengan penetrasi bank ke sistem,” ujarnya. (detikfinance)