
MataMaduraNews.com–SAMPANG-Sejak awal tahun 2016, kabar tentang menurunnya kesehatan Bupati Sampang, KH A. Fannan Hasib mulai terdengar. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Mata Madura, orang nomor satu di Kabupaten Sampang itu menderita penyakit paru-paru.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Dari awal tahun hingga September, Bupati Fannan sudah beberapa kali bolak-balik ke Surabaya dan Singapura untuk melakukan pengobatan dan medical check up. Februari hingga awal Maret, Fannan dua kali melakukan medical check up ke Singapura terkait penyakit paru-paru yang dideritanya. Ia ke Negeri Singa itu didampingi oleh dokter spesialis.
Di pekan keempat Mei lalu, Fannan kembali melakukan perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Surabaya, di lantai 7 kamar 701. Informasi yang beredar kala itu, politisi yang selalu memakai peci ini mengalami sakit jantung. Meski awal Juni sudah boleh pulang, ia memutuskan untuk istirahat di Malang dan baru kembali ke Pendopo Bupati pada pekan ketiga Juni.
Kabar sakitnya bupati ini membuat sejumlah anggota DPRD harap-harap cemas. Pasalnya, pada 26 Juni lalu DPRD dijadwalkan melakukan sidang paripurna yang semestinya dihadiri oleh Bupati. Namun rupanya, di tengah kondisi kesehatannya yang menurun, Bupati Fannan tetap menghadiri sidang paripurna. Ia hadir dalam keadaan pucat didampingi oleh istri, tim medis dan Kepala Satpol PP. Meski begitu, dalam sidang yang dipimpin oleh Fauzan Adzima itu, Fannan irit bicara.
Tak lama berselang, Fannan kembali dibawa ke RSUD Surabaya pada pekan pertama Juli. Ia dijadwalkan melakukan endoscopy untuk memeriksa saluran cerna atas dan bawah dan dirawat di kamar 605. Tim dari RSUD Sampang yang dipimpin oleh Firman Pria Abadi turut mendampingi. Sebagai respon atas kesehatan Bupati yang sedang tidak fit, spanduk bertuliskan “Kawasan Bebas Asap Rokok†terbentang di Pendopo Bupati.
Kesehatan Bupati Sampang belum juga berada pada kondisi terbaiknya. Bahkan pada pekan ketiga Agustus, Fannan kembali diterbangkan ke Singapura untuk melakukan medical check up. Bupati Fannan lalu menunjuk wakilnya, Fadhilah Budiono untuk bertindak sebagai Pelaksana Tugas Harian (Plh) Bupati Sampang selama ia menjalani pengobatan ke Negeri Singa hingga pertengahan September. Setelah menjalani medical check up selama hampir tiga minggu, Bupati Fannan kembali ke Sampang. Ia memperpanjang penugasan Fadhilah sebagai Plh dari 19-28 September.
Menurut Fadhilah, selama ia menjalani tugas sebagai Plh Bupati Sampang, tidak banyak yang bisa ia lakukan. Karena sebagai Plh ia tidak bisa membuat kebijakan strategis dan hanya menjalankan tugas sehari-hari. “Biasa saja, Mas. Hanya status yang berubah, ya tanda tangan dan menjalankan tugas sehari-hari. Kalau kebijakan yang sifatnya urgen seperti mutasi itu tidak boleh,†kata Fadhilah, pekan lalu.
Dalam penunjukannya sebagai Plh Bupati Sampang, Fadhilah menyampaikan ada empat catatan pengecualian dalam melaksanakan kebijakan. Diantaranya pengelolaan keuangan, pengelolaan hibah dan bantuan sosial, penerbitan SK mutasi dan SK jabatan serta pengelolaan BUMD. “Kami upayakan bekerja secara maksimal,†ucapnya.
Banyak kalangan yang menilai bahwa penunjukan Wakil Bupati sebagai Plh hanya sekadar formalitas. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Ketua DPRD Sampang, Fauzan Adzima. Menurutnya, kewenangan yang dimiliki oleh Plh terbatas. Ia melanjutkan, lebih bijaksana apabila Bupati menunjuk Fadhilah sebagai pelaksana tugas, bukan sebagai Plh. Sehingga Wabup bisa bekerja lebih maksimal saat Bupati berhalangan. “Di tengah keterperukan kondisi keuangan, bupati seharusnya memberikan kewenangan penuh, bukan setengah hati,†katanya.
Saat Mata Madura menanyakan perihal kondisi kesehatan Bupati, Kabag Humas Pemkab Sampang, Yulis Juwaidi enggan berkomentar dan mengarahkan untuk bertanya ke Kabag Tata Pemerintahan. Sementara Kabag Tata Pemerintahan, Anang Djoenaedi hanya berkomentar bahwa sakitnya bupati tidak akan menggangu jalannya pemerintahan. “Kalau kebijakan strategis harus menunggu,†katanya. (Jamal Mata Sampang)