Budaya

Batu Hitam; Petilasan Ra Lilur di Pantai Tengket Dipercaya Cepat Terkabul Doa

×

Batu Hitam; Petilasan Ra Lilur di Pantai Tengket Dipercaya Cepat Terkabul Doa

Sebarkan artikel ini
Batu Hitam; Petilasan Ra Lilur di Pantai Tengket Dipercaya Cepat Terkabul Doa
Pantai Tengket Sepuluh jadi Objek Wisata ditolak warga karena menjadi Kawasan Sakral dekat petilasan alm. Ra Lilur (matamadura.syaiful)

matamaduranews.comBANGKALAN-Ra Lilur selalu dirindu. Mendengar namanya pasti mengenang karomahnya.

Sebagai salah satu cicit Syechona Kholil, Bangkalan- KH. Kholilurrahman yang populer sebutan Ra Lilur-memiliki banyak kisah karomah.

Salah satunya Batu Hitam, sebagai objek petilasan Ra Lilur di Pantai Tengket, Desa Maneron, Kecamatan Sepulu, Bangkalan.

Kisah mistis ini terungkap lewat buku berjudul, Ra Lilur; Antara Dimensi dan Wali Sufi yang ditulis Team Asschol Media.

Dalam buku itu diceritakan, saat itu, pada hari Jum’at sekitar jam 10 siang.

H Hairus, salah satu khadam (orang dekat) Ra Lilur, bertawassul di petilasan KH. Imron bin Syaichona Cholil Bangkalan.

Tanpa disangka Ra Lilur mengajak H Hairus pergi ke laut. Tanpa banyak pikir, H Hairus langsung mengiyakan ajakan Ra Lilur.

Mereka berdua pergi ke lautan menaiki perahu layar. Tanpa mesin, perahu menuju ke arah barat, tepatnya Pantai Tengket, Desa Maneron, Kecamatan Sepulu.

Di tengah perjalanan menuju Pantai Tengket, Ra Lilur yang berada di sisi kiri perahu yang dinaiki dawuh ke H Hairus:

“Cicik, ayo kita berlomba. Jika perahu ini belok ke arah kanan, berarti kamu kalah. Jika belok ke arah kiri, maka saya yang kalah,” tutur Ra Lilur seperti diceritakan H Hairus.

Tanpa ingin tahu banyak maksud dawuh Ra Lilur, saat itu H Hairus hanya manggut-manggut mendengar dawuhnya.

H Hairus melihat perahu yang dinaikinya semakin kencang. Saat berada di dekat pantai Tengket, Sepulu. Ra Lilur merintah perahu yang dinaikinya untuk belok ke arah kiri. Perahu seperti manut mendengar perintah Ra Lilur.

Dengan kecepatan super cepat, perahu kecil itu kandas di bibir Pantai Tengket. Separuh badan perahu naik ke pasir pantai.

Di bibir Pantai Tengket itu, Ra Lilur membuang dayung dan langsung berlari ke arah barat sepanjang 250 meter.

Tanpa banyak bertanya, H Hairus mengikuti arah Ra Lilur.

Sekitar 50 meter dari lokasi perahu kandas. Ada sungai kecil menuju ke  laut. Air sungai itu bening dan bersih.

Ra Lilur dan H Hairus berhenti. Keduanya berwudhu.

Di tempat itu, Ra Lilur melepas sandal yang dipakai.

Lalu berjalan kaki tanpa alas kaki.  Setelah 30 meter berjalan, Ra Lilur menuju ke arah selatan.

Sekitar 20 meter, Ra Lilur mengajak H Hairus untuk shalat.

Saat tahiyat akhir, H Hairus ngantuk dan tertidur. Baru terjaga saat Ra Lilur mengucapkan salam.

Ketika keduanya shalat salah sorang warga menyaksikan dari dekat ada sebuah mushalla berukuran 5 x 7 m. Mushalla itu terlihat ada hiasan ornamen yang sangat indah.

Usai itu, keduanya pergi ke arah selatan. Sekitar 20 meter ada sebuah Batu Hitam.

Batu Hitam itu, sebelumnya menjadi tempat untuk mengikat hewan gembalaan warga.

Kemudian Ra Lilur berkata, “Cik, disini merupakan asal muasal tempat permusyawaratan para wali Allah yang menjaga dunia. Apabila dunia ada masalah besar dan kalau masuk ke sini  ada tata kramanya. Dari arah barat lewat di selatan batu, kemudian masuk dari arah timur. Jika bertawassul jarak dari Batu 1,5 meter menghadap barat daya,” dawuh Ra Lilur seperti diceritakan H Hairus.

Sejak kejadian itu, tidak ada lagi warga yang berani mengikatkan hewan piarannya ke Batu Hitam dimaksud.

Nyai Hj. Alfiyah istri H. Hairus memberi testimoni jika Batu Hitam itu menjadi salah satu tempat Istijabah.

Bila berdoa di tempat itu akan cepat dikabulkan doanya oleh Allah Swt.

Hj Alfiyah sudah membuktikannya.

Dulu, Hj Alfiyah mengaku tak memiliki apa-apa. Rumah tinggalnya hanya terbuat dari bambu.

“Alhamdulillah, saat sudah berdiri bangunan megah lantai dua lengkap dengan madrasah dan mushalla,” ucapnya memberi testimoni.

“Isyarat Ra Lilur, siapa saja yang ingin bertawassul di tempat itu dianjurkan pada hari Senin,” tambahnya.

Hj Alfiyah bercerita, suatu waktu ada pegawai KUA sowan ke Ra Lilur. Saat itu, si pegawai KUA bercerita dapat jatah naik haji secara gratis.

Namun dia gusar karena tak bisa menunaikan ibadah haji bersama istrinya.

Ingin mengajak sang istri tak punya ongkos selain jatah berangkat gratis dari Depag.

Ra Lilur menyarankan si pegawai KUA agar bertawassul di Batu Hitam di Pantai Tengket Maneron. Tempat pertemuan para wali Allah.

“Kuasa Allah pada tahun itu dia dan istrinya sama-sama bisa menunaikan ibadah haji ke tanah Suci Mekkah,”.

Syaiful, Mata Madura

KPU Bangkalan