CatatanPolitik

Cak Firman Sosok Petarung

×

Cak Firman Sosok Petarung

Sebarkan artikel ini

Catatan: Sanusi Muhtar Fadhilah*

Cak Firman alias Firman Syah Ali

Ketika sedang santai sore hari membuka facebook, di wall saya lewat status fb yunior saya, Firman Syah Ali. Saya tertarik karena biasanya dia bikin status yang lucu-lucu, tapi sekarang kok datar dan serius.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Akhirnya saya buka wall FB-nya secara utuh. Ooh rupanya dia sedang digadang-gadang sebagai Bakal Calon Walikota Surabaya.

Sebagai seniornya di NU dan PMII, saya sudah lama mengamati sepak terjang Bakal Calon Walikota Surabaya ini. Cak Firman yang punya nama lengkap Firman Syah Ali ini merupakan kader NU spesies petarung. Hal ini saya dapatkan dari rekam jejaknya.

Tahun 1993 Cak Firman dilantik sebagai Ketua FP3I IPNU/IPPNU Pamekasan. FP3I adalah singkatan dari Forum Pembinaan Potensi Pemuda Islam, sebuah organ taktis bentukan IPNU/IPPNU Cabang Pamekasan yang bertugas merekrut para pelajar berprestasi dari sekolah-sekolah favorit ke dalam IPNU/IPPNU.

Sebagaimana kita ketahui bersama, waktu itu anggota IPNU terdiri dari pelajar sekolah-sekolah pesantren tradisional. Sedangkan pelajar sekolah-sekolah favorit nyaris tidak ada yang mau masuk IPNU/IPPNU, mereka cenderung ikut kelompok-kelompok pengajian yang berafiliasi dengan Salafi dan Ikhwanul Muslimin.

Disitulah Cak Firman bertempur habis-habisan, meng-IPNU-kan sekolah-sekolah favorit.

Tidak percuma Cak Firman berjuang. Banyak sekali pelajar sekolah favorit yang berhasil di-IPNU-kan. Dalam artian diikutkan kaderisasi dan dibaiat setia pada NU.

Setelah lulus SMA, cak Firman aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, yang biasa disingkat PMII. Di PMII Cak Firman menjadi Ketua Rayon termuda pada masanya. Dan jenjang pengabdiannya sampai ke tingkatan Pengurus Besar di Jakarta.

Selama menjadi aktivis PMII (1994-1999), waktu Cak Firman dihabiskan untuk aksi jalanan menentang Orde Baru. Cak Firman membentuk organ kejuangan bernama Gerakan Mahasiswa Pecinta Rakyat yang disingkat GEMPAR.

Gempar beranggotakan para tokoh aktivis mahasiswa dari berbagai elemen, diantaranya HMI, PMII, GMNI, PMKRI, GMKI dan tokoh2 pesantren. Di dalam GEMPAR semua bendera Ormawa tidak berlaku, hanya ada satu bendera yaitu GEMPAR.

Satu kata satu komando dari Jenderal Lapangan GEMPAR, Cak Firman. Orator tetap selain Cak Firman antara lain Popon, Boim, Zainul Munasichin, Sudarisman, Dwi Rubiyanti, Budi Khordiat, Anis Hidayah dan Gus Mamak dll.

Pada era Orde Baru, haram hukumnya bicara Partai Politik selain PPP, Golkar dan PDI. Pada tahun 1996, Cak Firman malah proklamasi berdirinya Partai Rakyat Progresif yang disingkat PR Pro.

Partai yang berhaluan radikal ini mendapat tekanan luar biasa dari militer, sehingga ketua Cabang PMII setempat. Taufik Al Amien melakukan pendekatan khusus ke Cak Firman agar Cak Firman menghentikan aktivitas Partai tersebut. Cak Firman memperhatikan pendekatan Ketua Cabang PMII tersebut dan menghentikan aktivitas PR Pro.

Berikutnya Cak Firman fokus pada kesatuan aksi GEMPAR sampai dengan lengsernya Presiden Soeharto.

Lengsernya Presiden Soeharto melahirkan era reformasi. Di mana hampir semua tokoh reformasi panen kue politik, banyak wong kere munggah bale. Namun Cak Firman bukan bagian dari penikmat panen raya tersebut.

Cak Firman melakukan moratorium sejak tahun 2001 hingga tahun 2009 (8 tahun). Selama 8 tahun masa moratorium tersebut, cak Firman sempat aktif di Ikatan Sarjana NU (ISNU) yang waktu itu masih embrio.

Tahun 2009, Cak Firman kembali masuk ring tinju. Waktu itu medsos mulai perang asimetris NU Vs Radikalis. Cak Firman menjadi lokomotif dalam perjuangan melawan kelompok radikalis tersebut.

Cak Firman membuat think tank yang diberi nama Kenthirdiningrat. Kenthirdingrat tersebut aktif memproduk status medsos dan komen-komen perlawanan terhadap narasi-narasi yang dikembangkan oleh kelompok radikal penganut teologi kebenaran tunggal.

Tentu saja Cak Firman tidak sendirian. Di samping Kenthirdiningrat ada Komunitas Terong Gosong pimpinan Gus Yahya Cholil Staquf. Warkop Mbah Lalar pimpinan Kyai Zainal Maarif Rembang. Lesehan Kenthir (Senthir) pimpinan Gus Riyad Yudhana Tulungagung. Sarjana Kuburan (Sarkub) pimpinan KH Thobary Sadzili dan Almarhum KH Cecep Karim Hasyim Tebuireng.

Komunitas-komunitas Ahli Bid’ah Wal Jamaah tersebut bertempur habis-habisan dengan berbagai risiko. Baik nyata maupun maya.

Pertempuran kedua kelompok tersebut berlanjut hingga Pilgub DKI 2012. Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

Pada saat Pilgub DKI, anak-anak muda NU belum memiliki cyber army. Waktu itu cyber army yang terkenal hanya Jasmev. Dan itu bukan milik anak-anak muda NU.

Waktu itu anak-anak muda NU termasuk Cak Firman bertempur secara Sporadis.

Peperangan dunia maya tidaklah mudah. Kita berhadapan dengan hacker dan cyber monsters lainnya, tak terkecuali cak Firman. Selain akunnya sering dilenyapkan lawan diskusi. Juga di alam nyata sering mendapat ancaman fisik dll.

Saking derasnya arus pasukan medsos pendukung Cak Firman, sampai-sampai Ketum PP GP Ansor Gus Yaqut Cholil Qoumas menjuluki Cak Firman sebagai Ketua GP Ansor Dunia Maya. Dan Abu Janda dijuluki sebagai Wakil Ketua.

Di luar gelanggang medsos, Cak Firman sehari-hari berbakti di Badan Pengurus Harian PW LP Maarif NU Jatim. Badan Pengurus Harian PW IKA PMII Jatim. Badan Pertimbangan Organisasi DPP HKTI Jatim dan Penasehat GMNU Jawa Timur.

Selain itu Cak Firman merupakan Ketua Pengurus Koordinatoriat Sahabat Mahfud MD Jawa Timur.

Berdasarkan pengalaman organisasi dan rekam juang yang sedemikian heroik, saya kira Cak Firman layak memimpin kota pahlawan. Kota perlawanan, kota revolusioner, di mana energi tempur Cak Firman bisa digunakan untuk berperang melawan kesenjangan pembangunan. Dekadensi moral dan kesemrawutan lalu lintas.

*Wakil Ketua DPC PPP Jember/Ketua LAZIZNU Jember/Ketua Barikade Gusdur (BGD) Jember/PC IKA PMII Jember