Hidayatus Sholihah, Berani Keluar dari Zona Nyaman

×

Hidayatus Sholihah, Berani Keluar dari Zona Nyaman

Sebarkan artikel ini
Hidayatus Sholihah, Berani Keluar dari Zona Nyaman
Hidayatus Sholihah, perempuan asal Pamekasan yang mengibnspirasi. Foto Iyat for Mata Madura.

 

MataMaduraNews.com – PAMEKASAN - Hidayatus Sholihah adalah perempuan kelahiran Pamekasan, 06 Mei 1997. Perempuan yang biasa disapa Iyat tinggal Desa Samatan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Kini, ia berstatus sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Semseter V di kampus setempat.

Usut temu usut, gadis desa itu sempat mengenyam bangku kuliah Tadris Bahasa Inggris (TBI) di kampus yang sama selama dua semeter. Tapi, ia memutuskn untuk mendaftar baru dengan Program Studi (prodi) berbeda. Bukan berarti Iyat lemah dalam bidang kebahasaan asing (Inggris), melirik nilai selama dua semester, ia mampu meraih nilai IPK 3 lebih.

“Gak usah tahu spesifiknya lah,” ujarnya sambil ketawa.

Perempuan yang aktif di organisasi extra, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu, memutuskan pinda prodi agar mampu memiliki hidup yang lebih menjamin. Pandangannya mengenai Prodi TBI adalah sulit untuk mendapat pekerjaan.

“Jika tetap di TBI sulit cari kerja, sarjana Bahasa Inggris sudah numpuk dan setiap tahun peminatnya bertambah,” tegasnya.

Terbukti, sembari menjadi mahasiswa PGMI Semseter I pada tahun 2015, ia sudah mendapat kesempatan mengajar di MI Tarbiyatus Sibyan. Tidak bertahan lama di sekolah tersebut, ia mengajar di MI Nurul Yaqin, Desa Larangan Badung, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan.

Skillnya yang sudah semakin terasah, membuat ia diangkat menjadi Wali Kelas di MI Nurul Yaqin. “Sudah menjadi Wali Kelas juga di sini,” ucapnya.

“Pertama ngajar di sini saya langsung dipercayai sebagai Wali Kelas memang,” sambungnya.

Ternyata, mahasiswi murah senyum itu tidak memandang rutinitasnya itu sebagi profesi atau pekerjaan. Ia menggap sebagai ajang praktek dari ilmu yang di dapatkannya di bangku kuliah.

“Praktik sambil kuliah gitu,” singkatnya.

Ternyata, ia pindh prodi salah bukan hanya peluang menjadi guru Bahasa Inggris yang sulit, tapi lowongan mengajar sekolah tingkat dasar yang terbuka lebar pada tahun itu, ia manfaatkan. “Makanya saya bela-belain pinda prodi,” ujarnya.

Kini, Iyat sudah menikmati ketekatannya dalam mengambil keputusan. Ia mengajari agar tidak sembarang mengambil keputusan dan tidak takut untuk keluar dari zona yang disukai. “Jangan takut mengambil keputusan walau itu harus keluar dari zona nyaman. If you believe that something is right, just do it (jika kalian percaya keputusanmu adalah yang terbaik, lakukanlah, red),” kata Iyat.

Syahid, Mata Madura

KPU Bangkalan