Bibit Sapi Kerap di Pulau Sapudi memang punya ciri khas. Ada bentuk khusus yang tak semua orang ngerti. Kecuali pecinta Kerapan Sapi yang sudah menjiwai.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!matamaduranews.com-Bapak Sannah, pecinta Kerapan Sapi yang diakui paling senior di Pulau Sapudi. Dia berdomisili di Desa Rosong, Kecamatan Nonggunong, Pulau Sapudi.
Pak Sana-biasa dipanggil, terjun ke dunia Kerapan Sapi sejak 1970.
Awal dia jadi panongkok (joki, red). Sana satu-satunya, joki Kerapan Sapi asal Sapudi yang diundang khusus oleh para pecinta Kerap Sapi ke Sumenep hingga Bangkalan.
Tahun 1975, Sana baru berhenti jadi panongkok. Dia mulai belajar memelihara Sapi Kerap.
Dari mencari bibit Sapi Kerap hingga mencetak bibit Sapi Kerap menjadi juara.
Sana banyak ngerti tentang bibit Sapi Kerap. Dia tahu betul ciri-ciri Sapi Kerap jika dipelihara, bisa jadi juara.
Bibit Sapi Kerap
Meski Pulau Sapudi bertumpuk sapi. Tidak semua desa bisa menghasilkan bibit Sapi Kerap yang punya nilai unggul.
Dari 18 desa di Pulau Sapudi, hanya 3 desa yang disebut Sana bisa menghasilkan bibit Sapi Kerap berkualitas unggul.
Tiga desa itu, Desa Rosong, Desa Talaga, dan Desa Sokaramme Paseser.
“Apabila bibit sapi berasal dari tiga desa itu, dijamin Sapi Kerap punya kecepatan larin sangat kencang,” cerita Sana, kepada Mata Madura, beberapa waktu lalu.
Sana menjelaskan ciri-ciri bibit Sapi Kerap unggul. Seperti, kulit tipis. Leher panjang. Dada tegak. Ekor panjang dan luntur. Kaki kering dan kecil.
“Tapi ini ciri-ciri saja. Tapi, puluhan tahun saya merawat Sapi Kerap terbukti saat di lapangan kerap,” ucap Sana.
Sana menjelaskan, bibit Sapi Kerap bisa diketahui sejak usia sapi 6 bulan.
Untuk dicetak sebagai Sapi Kerap, bibit sapi harus dilatih di lapangan kerap.
Menariknya, di Desa Rosong, Talaga dan Sokaramme Paseser tersedia lapangan kerap sebagai pusat latihan para bibit sapi itu.
Lapangan itu disediakan oleh para pecinta Kerapan Sapi secara swadaya.
“Setiap minggu pasti ada latihan Kerapan Sapi. Itu dilakukan untuk melatih laju Sapi Kerap. Nanti diketahui kecepatan larinya. Tiap latihan bisa dievaluasi,” terang Sana.
Selain latihan, bibit Sapi Kerap juga perlu dirawat khusus. Mulai dari memandikan hingga memberi pakan dan jamu. Termasuk menempatkan Sapi Kerap di tempat tertentu.
Perawatan ini sengaja diperlakukan istimewa, kata Sana, demi mejaga kesehatan dan kesegaran Sapi Kerap. Sehingga saat lomba kerapan bisa jadi juara.
Gurihnya Bisnis Sapi Kerap
Bagi Sana, merawat Sapi Kerap bukan sebatas hobi. Lebih dari itu, Sana melirik peluang bisnis dalam dunia Kerapan Sapi.
Sana membocorkan hasil jualan bibit Sapi Kerap hingga laku dijual ke pecinta Kerapan Sapi.
Sana memberi simulasi jika bibit Sapi Kerap bermodal Rp 30 juta untuk 1 pasang (2 ekor).
Harga itu untuk beli bibit usia 6 bulan. Selama 3 bulan, bibit Sapi Kerap harus dirawat dan dilatih berlari.
Biaya yang dibutuhkan dalam perawatan, meliputi; jamu.
Biaya jamu tiap bulan Rp 3 juta. Selama tiga bulan mencapai Rp 9 juta.
Biaya latihan, setiap minggu Rp 700 ribu. Sebulan Rp 2,8 juta. Jika tiga bulan mencapai Rp 8,4 juta.
Jika ditotal: biaya jamu dan latihan Rp 17,4 juta + Rp 30 juta (modal bibit), mencapai Rp 47,4 juta.
Modal itu tak menghitung biaya pakan dan jasa. Karena Sana merawat sendiri.
Lalu, bibit Sapi Kerap itu ditawar oleh pecinta Kerapan Sapi mencapai Rp 75 juta hingga Rp 100 juta.
“Tergantung gelar juara. Kalau juara di Pulau Sapudi, kisaran Rp 75 juta hingga Rp 100 juta,” terang Sana.
Angka jual Sapi Kerap itu khusus di Pulau Sapudi. Kata Sana, jika Sapi Kerap bisa menjuarai di tingkat Kabupaten Sumenep, harga jual bisa mencapai Rp 200 juta hingga Rp 400 juta.
“Jangan heran jika pemilik Sapi Kerap yang juara di tingkat kabupaten atau eks Karesidenan, rata-rata milik orang Madura (Bangkalan, Pamekasan Sumenep dan Sampang, red),” papar Sana.
Walau jualan bibit Sapi Kerap di Sapudi, Sana sudah bisa meraup untung antara Rp 30 juta hingga Rp 60 juta selama tiga bulan.
Bersambung……
Cyaiful Puja, Mata Madura