matamaduranews.com–MADURA-Kerusuhan Wamena, Jayawijaya, Papua pada hari Senin (23/9/2019) pukul 09.00 WIT cukup menjadi tragedi nasional.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Sejumlah bangunan warga seperti rumah, ruko, dan rumah perkantor dan kantor bupati dibakar massa.
Kepolisian Resor Jayawijaya mencatat 31 korban tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Ada 10.000 warga yang mendaftar untuk dievakuasi ke Jayapura.
Sekitar 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena memilih ngungsi di markas Kodim.
Di tempat itu, para pengungsi butuh bantuan pakaian, makanan, dan barang-barang keperluan anak dan perempuan.
Kerusuhan Wamena menjadi diskusi hangat di sejumlah grup wa, kumpulan para aktivis Madura.
Dalam percakapan grup wa IKA PMII Madura Raya, banyak aktivis yang merespon kerusuhan Wamena.
Mathur Husyairi salah satu anggota grup wa yang mendesak kepada negara agar bisa bertindak tegas mengatasi para perusuh Wamena.
“Konon OAP sendiri dihajar jika tak ikut aksi atau mengusir pendatang. Ini ulah KKB, tidak semua OAP setuju,†cerita anggota DPRD Jatim asal Madura ini.
Mathur melihat, kerusuhan Wamena kental kepentingan politik. “Mau kayak Sambas dan Sampit?,†tulisnya via WhatsApp.
Irham, anggota grup wa lain mengatakan, “Negara tidak boleh diam dengan kejadian semacam ini. Jangan hanya pada yang radikal saja negara sok jago, tapi pada OPM malah diam,†tulisnya.
Hambali Rasidi