matamaduranews.com-Saya tak terbayang. Jika ada pelaku sineas tertarik membuat Film MH Said Abdullah. Jika tidak. Minimal ada penulis beken. Mengisahkan MH Said Abdullah.
Saya hanya membayangkan. Jika Film MH Said Abdullah terwujud. Meski berbentuk film indie, misalnya. Atau ada novelis terkenal. Mendeskripsikan sosok MH Said Abdullah yang membuat orang menjadi terinspirasi. Pada beberapa tahun berikut, sosok MH Said Abdullah menjadi legend. Kerap dikisahkan seperti tokoh tokoh Madura tempo dulu.
Apakah sosok MH Said Abdullah melahirkan inspirasi?
Saya lama mengenal MH Said Abdullah. Dia pun mengenal saya. Tapi mengenal dari jauh. Dalam arti, jika bertemu sekedar salaman. Tutur sapa. Kalau berbicara hanya beberapa menit.
Singkatnya. Saya bukan orang dekatnya. Saya tak banyak mengerti siapa sosok MH Said Abdullah yang kini menjabat Ketua Banggar DPR RI.
Jika orang jauh mengetahui MH Said Abdullah berdasar medsos atau media online. MH Said Abdullah adalah sosok kontroversi.
Brand yang terbangun di pikiran banyak orang, MH Said Abdullah adalah politisi tajir. Politisi royal. Politisi yang selalu bagi-bagi uang dan paket sembako kepada konstituennya. Yang dibagi itu, jika ditotal puluhan miliar. Berulangkali. Dalam setahun.
Jika orang yang ada di Madura. Terutama orang Sumenep. Mengenal nama MH Said Abdullah bukan sekedar sering bagi-bagi uang dan paket sembako.
Lebih dari itu.
Setiap bulan. Dan ini sudah berjalan lebih dua tahun. MH Said mentransfer uang ke rekening ratusan guru ngaji.
Juga bantuan uang tunai ke ratusan anak-anak yatim. Tersebar di berbagai desa dan kecamatan di Sumenep. Juga setiap bulan.
Info ini tak terendus media. Emang tak pernah dipublish. Saya dapat info dari banyak orang. Salah satunya, info dari H Hasan, pengusaha tembakau di Kecamatan Guluk-Guluk. Dia pernah bercerita. Jika di sebelah desanya. Puluhan anak yatim. Setiap bulan. Diberi bantuan oleh MH Said Abdullah.
Sifat sosial dan royal MH Said Abdullah juga menjadi cerita warga yang terus diperbincangkan. Ketika waktu itu, MH Said Abdullah mengadakan reses di Pulau Sapudi. Lalu dilanjut dengan gelaran kerapan sapi.
MH Said Abdullah datang ke lokasi kerapan sapi itu. Bukan sekedar menonton. Tapi ia berjalan memutar lapangan kerapan sapi. Sambil memberi uang Rp 100 ribu kepada setiap orang yang berjualan di seputar lapangan kerapan sapi. Anda bisa bayangkan. Berapa ratus orang yang berjualan itu.
Kejadian itu, 10 tahun lalu. Saya dengar langsung cerita warga di sana.
Bermalam di Pulau Sapudi. MH Said mengadakan pertemuan. Di luar pagar tempat pertemuan itu. Anak-anak muda dan orang dewasa yang sekedar duduk santai. Juga diberi uang cash oleh MH Said Abdullah.
Sifat royal MH Said Abdullah menjadi cerita warga Sapudi. “tak kabuwek onggu pessena Pak Said. Sabben bede orang e berri pesse,”. Begitu obrolan warga Sapudi yang saya dengar.
Pada kesempatan lain waktu. 9 tahun lalu. MH Said Abdullah juga pernah ke Pulau Gili Raja, Kecamatan Gili Genting, Sumenep. Mengadakan reses. Mendengar ada masjid yang butuh bantuan biaya pembangunan. MH Said datang ke lokasi itu. Bertemu dengan pengurus masjid.
Usai berbincang. Lalu mengeluarkan uang cash Rp 500 juta. Sisa Rp 200 juta. Utusan panitia pembangunan masjid diajak untuk ikut MH Said ke Sumenep. Mengambil sisa uang bantuan yang dijanjikan.
Dan masih banyak cerita-cerita bantuan MH Said Abdullah yang tak terendus media. Baru dua hari lalu. Saya menyaksikan langsung acara reses MH Said Abdullah. Baru pertama ikut. Diajak teman.
Semula ajakan teman itu, saya anggap prank. Karena pagi-pagi ngabarin. Dalam bathin bergumam: Tumben saya diajak ke acara reses MH Said Abdullah.
Saya WA Mas Abe. Orang dekat MH Said juga sohib saya dulu ketika aktif di koran jawa pos grup. Mas Abe membalas WA saya: ikut saja.
Karena acara usai shalat Jumat. Saya sarungan. Sempat ditegur oleh si teman. Tapi waktu berangkat mepet. Ya apa adanya. Anggap santri, hehe…
Selama dua hari ikut reses. Saya baru menyaksikan langsung. MH Said memberi bantuan. Dua hari itu, Jumat dan Sabtu kemarin. Ada 4 pertemuan. Setiap hari dua pertemuan.
Setiap pertemuan ada bantuan untuk guru ngaji dan petani yang tergabung dalam Gapoktan.
Setiap desa ada 4 sampai 5 mushalla. Juga Gapoktan. Yang diberi uang cash Rp 2 juta. Jika ditotal setiap desa. Rata-rata Rp 18 juta. Lain uang transport untuk yang hadir.
Setiap desa, anggap sekitar Rp 23 juta. MH Said berjanji akan memberi bantuan kepada guru ngaji (mushalla) dan petani di setiap desa selama reses. Bisa dijumlah saja semua desa di Sumenep. Berapa miliar bantuan itu.
Saat memberi sambutan di reses. MH Said menyampaikan: bantuan Rp 2 juta untuk setiap mushalla dan Gapoktan sengaja diberikan sebagai bentuk pangestoh, katanya. “Peduli. Bagi-bagi rezeki,” sebutnya sambil tersenyum.
Menurut MH Said: kesejahteraan guru ngaji perlu diperhatikan. Banyak anak-anak di desa yang mengerti mengaji al-quran karena peran guru ngaji. Jasa guru ngaji cukup besar dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Tapi kesejahteraan-nya. Luput dari perhatian pemerintah.
MH Said terpanggil sebagai wakil rakyat. Dirinya perlu memikirkan nasib peran masyarakat yang banyak memberi konstribusi atas kemajuan bangsa. Termasuk juga para petani. Perlu disejahterahkan. Karena peran petani ikut mensukseskan swasembada pangan.
Bagi-bagi bantuan kepada masyarakat di acara reses sepertinya tak diikuti oleh anggota DPR RI lain yang dari Dapil Madura. Saya jarang mendengar reses anggota DPR RI menyalurkan kepeduliannya kepada warga Madura secara massif dan berulang kali.
Kalau pun ada reses seperti sekedar memenuhi SPJ. Tak meniru apa yang dilakukan MH Said Abdullah.
Itulah salah satu yang menjadi orang terinspirasi-seperti yang dimaksud tulisan di atas. Kepedulian MH Said Abdullah kepada segenap lapisan masyarakat yang diwakilinya. Warga se Madura yang diperhatikan. Bukan hanya warga dekat rumah kelahirannya-yang menjadi perhatian MH Said Abdullah. Yang beda soal volume. Kuantitas dan kualitas bantuan itu.
Itu yang saya anggap masih belum ada yang meniru MH Said Abdullah.
Eet. Tapi ada yang meniru, namanya Mathur Husyairi. Yang ditiru bukan soal bagi-bagi bantuan. Soal menyapa konstituennya di empat kabupaten se Pulau Madura.
Bahkan Mathur telaten datang ke pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumenep. Padahal Mathur bertempat tinggal di Bangkalan. Yang milih hingga duduk di DPRD Jawa Timur kebanyakan orang Bangkalan. Orang Sumenep bisa segelintir saja. Atau tak ada yang milih.
Mathur tak berpikir demikian. Tak berpikir orang itu nyoblos dirinya atau tidak saat Pileg.
Bagi Mathur, menyandang wakil rakyat punya kewajiban untuk menyapa rakyat di Dapil-nya.
Karena itu, jelang pencalonan dewan untuk Pileg 2024 Mathur berdoa setelah shalat: Ya Allah, lemahkan semangat saya untuk menjadi caleg manakala selama menjadi anggota DPRD ini tidak bermanfaat untuk orang banyak.
Doa itu dikutip Dahlan Iskan lewat tulisan di disway.id beberapa bulan lalu. Saat itu, Dahlan Iskan yang dikenal maha suhu jurnalis itu mengundang Mathur Husyairi untuk wawancara. Hasil wawancaranya dibuat catatan Dahlan Iskan. Yang biasa terbit tiap hari di situs disway.id.
Garis besar tulisan Dahlan menggambarkan sosok Mathur sebagai politisi hebat. Yang merangkak dari aktivis anti korupsi sampai terpilih menjadi anggota DPRD Jatim. Gairah aktivis anti korupsi menurut Dahlan tetap dipegang Mathur meski berada di lingkaran dalam kekuasaan.
Tapi Mathur baru satu periode menjabat anggota DPRD Provinsi. Sudah melahirkan inspirasi bagi generasi yang bakal terjun ke dunia politik praktis.
Untuk menjadi legend. Perlu berperiode-periode. Apalagi gairah menyapa konstituen-nya. Meniru MH Said Abdullah. Meski separuh-nya. (hambalirasidi)