Advertorial

Kisah Pengusaha Rengginang Sukses Berkat BPRS

×

Kisah Pengusaha Rengginang Sukses Berkat BPRS

Sebarkan artikel ini
Kisah Pengusaha Rengginang Sukses Berkat BPRS
SUKSES: Hotimah (42) sedang menunjukkan produk Rengginangnya. (Foto/Dok. Mata Madura)

BPRS Bhakti Sumekar terus menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menangah) di Sumenep. Salah satu bukti adalah memberi bantuan modal usaha kepada pelaku UMKM sampai meraih sukses. Berikut kisah Hotimah (42) warga Dusun Pesisir, Desa Prenduan, Kecamataan Pragaan, Sumenep yang merintis usaha produksi rengginang dari nol sejak 2006.

SUKSES: Hotimah (42) sedang menunjukkan produk Rengginangnya. (Foto/Dok. Mata Madura)
SUKSES: Hotimah (42) sedang menunjukkan produk Rengginangnya. (Foto/Dok. Mata Madura)

MataMaduraNews.comSUMENEP-Sepanjang kanan kiri jalan raya Pragaan, pengguna jalan akan disuguhi pemandangan penjual rengginang. Mereka berjejer di lapak-lapak depan toko.

Di lahan-lahan kosong, samping jalan raya, juga terlihat proses pengeringan secara alami. Mereka para pelaku UMKM yang menjemur rengginang di terik panas matahari dengan alat seadanya.

Di tempat itu, ada puluhan pelaku usaha pembuatan rengginang. Bertempat di Dusun Pesisir, Desa Prenduan, Kecamataan Pragaan, Sumenep menjadi sentra pembuatan rengginang. Di tempat itu, ada aneka macam rengginang. Yang populer adalah rengginang lorjuk. Lorjuk adalah mollusca bercangkang ganda/kerang, biasa di sebut dengan kerang bambu. Rengginanag lorjuk memang asli karya masyarakat Madura, tepatnya di Pragaan, Sumenep.

Salah satu pelaku usaha rengginang lorjuk adalah Hotimah. Bersama sang suami, Kacong Salamet (45), ia buka  usaha produksi rengginang pada tahun 2006. Dengan modal tekun dan sabar dalam memasarkan produknya, ia bisa menuai sukses. Tentu setelah mendapat bantuan program pinjaman modal usaha UMKM di BPRS Bhakti Sumekar Cabang Pragaan. Usaha rengginangnya berjalan lancar.

Hotimah bercerita, awal mula usaha, ia produksi 30 Kg ketan yang dicampur ¼ Kg lorjuk. Dari jumlah itu ia hasilkan 2.400 biji rengginang. Lalu dikemas menjadi 60 kemasan yang terbagi dengan berbagai ukuran dengan tiga kualitas; ekonomis, standart dan super.

Sebagai pendatang baru di produk rengginang, Hotimah memberi merek Dua Merpati di setiap kemasan produk- nya. Dia bagi ukuran ekonomis menjadi ukuran kecil dan sedang. Harga ukuran kecil Rp 5 ribu. Ukuran sedang Rp 10.500. Sementara ukuran standart diberi harga Rp 13 ribu dan kualitas super harga Rp 15 ribu.

Sukses merancang produk, Hotimah mencari strategi pasar. Rengginang hasil produksinya ia tawarkan ke sejumlah tokoh di pasar-pasar tradisional.

Dimana sasaran pasarnya? Hotimah sengaja menyasar Pasar Kapedi yang tak jauh dari lokasi usaha. Ketika ditawari produknya, para pedagang pasar itu langsung merespon.

Langkah Hotimah terus melakukan ekspansi pasar. Area pasar terus di kembangkan ke pasar Anom Sumenep. Di pasar terbesar di Kota Sumenep ini, lagi-lagi respon pedagang menyambut baik. “Saya tambah semangat untuk terus memproduksi,” kenang Hotimah.

Seiring berjalannya waktu, pelanggan produk Hotimah bertambah. Para pengecer yang semula menunggu kiriman, mulai jemput bola. Pedagang memesan produk, lalu minta diantar. Sebagian pelanggan meminta agar menambah kualitas rasa. Dengan permintaan itu, Hotimah menambah komposisi bahan. Maka ditambah ikan teri putih halus sebagai campuran lorjuk.

Dengan perubahan komposisi tentu menambah rasa rengginang melekat di lidah. Merasakan renyah dan gurih di setiap gigitan. Tambahan bahan dasar membuat rasa dan aromanya sangat khas, lebih renyah dan nikmat. Kelebihan lain, rengginang produk Hotimah tanpa jemur langsung digoreng.

Pada tahun 2007, jumlah produksi ditambah menjadi 100 Kg per hari. Selain itu, Hotimah juga menambah nama merek Raja Jempol dan Ibu Jari.  Saban hari ia peroleh 7.500 biji kemudian ia kemas menjadi 187 bungkus dengan berbagai ukuran.

Pengembangan pasar terus dicari. Sasaran pasar bukan hanya daerah Sumenep. Pasar-pasra tradisional di Pamekasan dan Surabaya mulai dilirik. Hasilnya menggiurkan.

Grafis perhitungan Modal Rengginang produk Hotimah. (Grafis/A. Waris Mata Madura)
Grafis perhitungan Modal Rengginang produksi Hotimah. (Grafis/A. Waris Mata Madura)

Nah..sejak 2014, Hotimah mulai minta bantuan modal ke BPRS Bhakti Sumekar Cabang Pragaan. Di awal pinjaman ia sengaja meminjam Rp 10 juta sebagai tambahan modal.

Dengan tambahan modal itu, jumlah produksi ditambah menjadi 200 Kg beras ketan siap masak setiap hari. Dengan jumlah itu, ia berhasil memproduksi 437 bungkus dengan berbagai ukuran setiap hari.

Merasa kurang modal ia mengajukan pinjaman modal pada tahun 2016 sebesar Rp 20 juta. Dana segar itu ia gunakan untuk menambah produksi untuk memenuhi pesanan pasar.

“Tiap minggu, saya mengirim 150 bungkus dari berbagai ukuran untuk pasar Surabaya dan Suramadu. Tiap hari 150 bungkus untuk pasar Anom Sumenep . Untuk Pasar Kolpajung, Pamekasan sebanyak 500 bungkus setiap minggu,” terang Hotimah sumringah.

Dengan permintaan pasar yang menggiurkan, Hotimah menambah pekerja. Dia sengaja mengambil pekerja lokal sebanyak delapan orang yang dibagi sesuai dengan item pekerjaan.

Sejak pagi, jam 06.30 WIB, pekerja mulai memasak beras ketan. Kemudian mencetak ukuran rengginang dengan manual. Dengan menggunakan cetakan bulat dan dipipihkan menggunakan jari. Lalu dijemur secara manual selama dua hari.

“Setelah itu ada yang bertugas mengemas dengan berbagai ukuran. Lalu dikirim ke pemesan,” sambungnya.

| inforial

KPU Bangkalan

Respon (1)

  1. Memang,,, klo rengginang yang ada cap jempolx itu g ush d jemur, krna sya sudh beli, rasax enak, gak sepert yang lain, klo yang lain kn harus d jemur dlu klo mw d goreng, klo yg ini g usah d jemur lanfsung d goreng

Komentar ditutup.