matamaduranews.com-Kurang lengkap jika Anda mengunjungi kecamatan di sebelah barat Kota Sumenep apabila melewati kuliner bersejarah ini.
Berada dalam jarak kurang lebih 11 kilometer dari pusat Kota Sumenep, wilayah kecamatan yang disebut sebagai Kecamatan Lenteng ini menyimpan kelezatan kuliner tradisional yang masih eksis hingga saat ini.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Olet, begitulah masyarakat menyebutnya. Sebuah penganan lokal yang sudah menjadi ciri khas serta ikon kuliner Kecamatan Lenteng.
Begitu kental citarasa lokal dan iring sejarah Olet di dalam kehidupan masyarakat, hingga jika ada kuliner lain yang lebih menarik dan lebih enak sekalipun di kecamatan ini, orang tidak akan begitu mengenal kuliner tersebut.
Apalagi bagi masyarakat Desa Bilapora, Kecamatan Lenteng, Olet merupakan kuliner turun-temurun dari nenek moyang mereka yang wajib dilestarikan. Tak heran jika pembuatnya pun banyak tersebar di desa tersebut.
“Membuat Olet ini sudah dari orang tua saya dulu. Sewaktu kecil saya sudah tau bahwa ibu saya membuat Olet, saya hanya melanjutkan saja,†kata Mu’adah, salah satu pembuat Olet terkenal yang jualan di Pasar Lenteng.
Kue Olet sangat sederhana dan merakyat. Dengan bahan-bahan yang juga sederhana dan tradisional, kue ini mampu menyajikan kelezatan tersendiri di setiap lidah masyarakat.
Menurut Mu’adah, Olet dibuat dengan bahan utama Singkong, Ketan Hitam, Tangguli dan Kelapa. Sementara Daun Pisang hanya menjadi bahan pendukung dalam proses pembuatannya.
Cara membuat Olet pun juga sangat mudah. Mula-mula, kulit Singkong dikupas habis dan dicuci sampai bersih. Kemudian Singkong yang telah dicuci tersebut ditumbuk atau digiling hingga halus dan dikukus selama kurang lebih 2 jam.
Selesai dikukus, Olet setengah jadi itu dituang merata di sebuah ganddang (nampan tradisional) yang sudah diberi alas daun pisang, lalu ditaburi kukus Ketan Hitam dan didiamkan hingga dingin dan mengental.
Selama didiamkan, kata Mu’adah, tangguli juga disiapkan. Sekedar informasi, bahan yang terakhir ini memang sudah melalui prosses sendiri sedari awal. Ia merupakan bahan yang berasal dari air nira yang direbus sampai mengental.
Atau, tangguli juga bisa didapatkan dengan cara mencairkan kembali gula merah yang padat dengan proses peleburan. Sebagaimana beberapa penganan lokal, tangguli merupakan ciri khas dari Olet.
Jika dua langkah di atas selesai, Olet tinggal diiris kecil sesuai ukuran dan ditaruh di piring untuk ditaburi parutan kelapa serta disiram tangguli yang sebelumnya telah disediakan.
Selanjutnya, Olet yang super lezat pun siap disajikan dan membikin para pembaca ketagihan.
Bagimana Olet bisa didapatkan? Ini pula uniknya. Sebagai penganan lokal, Olet ini hanya dapat dibeli khusus di Pasar Lenteng. Tidak di tempat yang lain. Dan dijamin, setiap hari_terutama di hari Minggu_ pembaca Mata Sumenep dapat memburu kuliner ini disana dengan harga yang cukup terjangkau.
Satu porsi hanya dibandrol Rp 8000 atau juga bisa didapatkan seharga yang diinginkan, semisal Rp 5000 atau Rp 4000-an.
Menurut Mu’adah, membuat dan menjual Olet bukan hanya sebatas membuat makanan, melainkan melestarikan kebudayaan dan makanan daerah sebagai warisan.
Karena itulah, meski pendapatan dari Olet tidak seberapa, dengan alasan itu ia tetap setia membuat kuliner ini demi melestarikan makanan khas Kecamatan Lenteng agar tidak pudar.
Selain itu, memang patut diakui bahwa dengan paduan bahan-bahan di dalamnya, antara parutan kelapa dan tangguli yang membuat rebusan singkong ini menjadi makanan yang lezat, pada dasarnya Olet dapat menjadi kuliner pilihan yang menjanjikan.
Tekstur kenyal dan rasa nikmat dengan takaran manis yang pas dari setiap sajian, membangkitkan rasa ketagihan, terlebih bagi penyuka makanan yang manis-manis.
“Meskipun dicampur dengan berbagai bahan yang ada, rasa singkongnya tetap terasa,†kata seorang santri Khairul Muttaqin, Lenteng, yang suka membeli kue bikinan Mu’adah.
Karena itu, jika pembaca Mata Sumenep penasaran, buruan pergi ke Pasar Lenteng dan borong kue Olet ini kepada semua penjual. Dan rasakan kelezatan kuliner lokal yang bikin lidah ketagihan.
sumber; matasumenep