KH A. Warits Ilyas (1938 – 2014); Kiai & Politisi (1)

×

KH A. Warits Ilyas (1938 – 2014); Kiai & Politisi (1)

Sebarkan artikel ini
KH A. Warits Ilyas (1938 – 2014); Kiai & Politisi (1)
KH. A. Warits Ilyas, Pengasuh PP Annuqayah Daerah Lubangsa, Guluk-Guluk, Sumenep (matamadura)

matamaduranews.com-Drs KH A. Warits Ilyas salah satu pengasuh Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura yang tenar dalam jagat politik nasional di era orde baru. Pada tahun 1992, Kiai Warits menjabat anggota MPR RI.

Kiai Warits lahir di Guluk-Guluk Sumenep pada tanggal 12 November 1938. Beliau putra dari pasangan KH Mohammad Ilyas Syarqawi dengan Nyai ‘Arfiyah binti Zainuddin.

Mengenai huruf “A” di awal namanya merupakan singkatan dari kata ‘Abd atau ‘Abdul. Sehingga lengkapnya ialah ‘Abdul Warits Ilyas. Namun menurut salah satu keluarga almaghfurlah, Ahmad Irfan AW, beliau memang lebih membiasakan menulis namanya dengan A. Warits Ilyas.

Latar belakang keluarganya merupakan keluarga elit pesantren yang mengakar kuat di Sumenep pada khususnya.

Ayahnya, Kiai Ilyas merupakan putra pendiri pesantren Annuqayah, yakni KH Mohammad Syarqawi al-Qudusi. Sebuah pesantren besar yang memiliki sejarah panjang dan berdiri dengan awal yang nyaris tanpa disengaja.

Disebut tanpa sengaja karena proses berdirinya dimulai dengan pertemuan dua orang sahabat di sebuah kapal dalam perjalanan menuju tanah suci Makkah pada sekitar pertengahan tahun 1800-an. Yang satu ialah tokoh saudagar ‘alim dari desa Prenduan bernama Kiai Gemma (nama aslinya Abuddin) dan satunya lagi seorang pemuda ‘alim asal Kudus bernama Muhammad Syarqawi.

Singkat cerita, di masa hampir datangnya ajal akibat sakit keras, Kiai Gemma berwasiat kepada Kiai Syarqawi agar sudi menikahi isterinya jika Kiai Gemma meninggal dunia di tanah suci. Dan setelah selesai masa ‘iddah sang isteri, kemudian untuk selanjutnya diminta bersedia membawa pulang isterinya yang bernama Nyai Khadijah itu ke Prenduan.

Wasiat Kiai Gemma ini bukan tanpa dasar, dasar yang utama ialah beliau sangat terkesan oleh pribadi dan keluasan ilmu dari seorang ‘alim muda dari negeri Kudus tersebut.

Setelah menikah dan tiba di Prenduan, akibat tekanan sosial yang dialami Kiai Syarqawi selaku pendatang, lama-kelamaan sang Kiai pun merasa tidak betah tinggal di daerah pesisir selatan Sumenep itu.

Lalu setelah melalui istikharah dan istisyarah, beliau sekeluarga hijrah ke utara Prenduan (sekitar ± 117 meter dari permukaan laut), dan menempati bekas kandang kuda di Desa Guluk-Guluk, yang selanjutnya menjadi cikal-bakal berdirinya pesantren tersebut di tahun 1887 Masehi.

Dari pihak keluarga ibunya, Kiai Warits merupakan cucu Kiai Zainuddin bin Ruham. Kiai Zainuddin ini bersaudara dengan Kiai Syamsul ‘Arifin, ayah Kiai As’ad Sukorejo, Situbondo.

Di masa kini, ikatan keluarga Bani Ruham memiliki akar yang kuat bersamaan dengan ikatan keluarga Syarqawi yang beberapa di antaranya merupakan sub dari bani Ruham.

Seperti yang diketahui kemudian, keluarga bani Syarqawi ini mulai mendominasi dunia politik dan pemerintahan di Sumenep sejak tahun 1999 kemarin. Sebut saja nama KH Mohammad Ramdlan Siradj (mantan Bupati Sumenep, yang dari pihak ibunya ia merupakan cucu Kiai Ilyas Syarqawi), KH Unais ‘Ali Hisyam (Ketua PKB Sumenep, yang neneknya merupakan cucu dari Kiai Syarqawi), dan tentu saja almaghfurlah almarhum KH A Warits Ilyas sendiri, yang memiliki karir politik relatif panjang.

Kiprah dan Perjuangan
Sepeninggal KH Mohammad Syarqawi pada tahun 1910 Masehi (bertepatan dengan 20 Muharram 1329 Hijriah), estafet pengasuh turun pada kedua putranya dari Nyai Khadijah (bekas janda Kiai Gemma), yakni Kiai Bukhari dan Kiyai Idris.

Sementara putra lain masih menempuh pendidikan di beberapa pesantren. Seperti diantaranya Kiai Mohammad Ilyas dan Kiai ‘Abdullah Sajjad (keduanya putra Kiai Syarqawi dari isteri bernama Nyai Mariyah).

Baru sekitar kurang lebih satu dasawarsa pasca ditinggal Kiai Syarqawi, putra-putra dan menantu beliau mulai mendirikan pesantren-pesantren yang masih di sekitar area pesantren inti peninggalan Kiai Syarqawi (saat ini disebut Dhalem Tengnga), yakni daerah Lubangsa (didirikan Kiai Ilyas) dan daerah Latee (didirikan Kiai ‘Abdullah Sajjad).

Selanjutnya disusul oleh pesantren Nirmala (didirikan Kiai Hasan, menantu Kiyai Ilyas), dan daerah Lubangsa Selatan (didirikan oleh Kiai ‘Ishomuddin bin ‘Abdullah Sajjad, yang juga menantu Kiai Ilyas).

Sebelum dua daerah terakhir, berdiri juga pesantren al-Furqan oleh Kiai Husain (menantu Kiai Syarqawi), namun letaknya diluar daerah inti, tepatnya di kampung Sawajarin.

Sementara Kiai Warits sendiri resmi mengasuh Ponpes Annuqayah daerah Lubangsa sejak tahun 1972 hingga beliau berpulang ke rahmatullah.

Sebelum beliau, ponpes Lubangsa diasuh oleh almarhum almaghfurlah KH Mohammad ‘Ishomuddin AS (mantan Rais Syuriah PCNU Sumenep), yang masih saudara sepupu sekaligus iparnya.

bersambung…

RB Moh Farhan Muzammily

KPU Bangkalan