Mengenal Sosok Rudy Susanto, Paduan Birokrat dan Entrepreneur

×

Mengenal Sosok Rudy Susanto, Paduan Birokrat dan Entrepreneur

Sebarkan artikel ini
Mengenal Sosok Rudy Susanto, Paduan Birokrat dan Entrepreneur
PADUAN BIROKTRAT DAN ENTREPRENEUR: H. Rudy Susanto (dua dari kiri) di tengah masyarakat dalam sebuah kesempatan. (Foto for Mata Madura)
PADUAN BIROKTRAT DAN ENTREPRENEUR: H. Rudy Susanto (dua dari kiri) di tengah masyarakat dalam sebuah kesempatan. (Foto for Mata Madura)
PADUAN BIROKTRAT DAN ENTREPRENEUR: H. Rudy Susanto (dua dari kiri) di tengah masyarakat dalam sebuah kesempatan. (Foto for Mata Madura)

MataMaduraNews.comPAMEKASAN – Haji Rudy Susanto menyatakan tak main-main maju dalam kontestasi politik Pamekasan kali ini. Selain sebagai bentuk rasa syukur, ada dua pengalaman yang siap ia padukan guna membawa perubahan agar Pamekasan menjadi lebih baik. Apakah itu?

”Ada dua hal yang ingin saya persembahkan buat Pamekasan. Pengalaman saya sebagai seorang birokrat dan pengalaman saya sebagai seorang pengusaha,” katanya kepada Mata Madura, medio September lalu.

Rudy, panggilannya, merasa sudah cukup pencapaian duniawi yang berhasil digapainya. Meski dinilai peluang dunia usahanya masih sangat besar. Ia memegang teguh satu pesan dari guru ngaji yang tak disebutkan namanya, bahwa ”Manusia itu harus punya batas yang harus ditetapkan dalam perjalanan hidupnya. Manusia tidak bisa terus terseret dalam nafsu keduniawian yang akan menjauhkan kita dari tujuan hidup yang sebenarnya,” katanya, soal pesan moral tersebut.

Karena itulah, ia sudah mantap maju maju dalam kontestasi pilkada setelah melakukan rembuk di dalam keluarga. Berikut hasil wawancara Johar Maknun dari Mata Madura dengan Haji Rudi.

***

Apa yang melatarbelakangi Pak Rudy maju dalam kontestasi Pilkada Pamekasan 2018?

Sebenarnya saya ini adalah orang yang tak pernah punya keinginan untuk maju dalam kontestasi Pilkada 2018. Bahkan bermimpi menjadi Bupati pun tidak pernah.  Keputusan untuk maju dalam kontestasi Pilkada diawali dengan pertemuan saya dengan komunitas teman-teman sekolah saya dua tahun yang lalu. Waktu itu teman saya berkata, ”Rud, kamu pulang ke Pamekasan. Bangun Pamekasan.”

Permintaan teman-teman saya itu tentu saja tidak serta-merta saya amini. Saya bilang ke teman-teman, ”Ijinkan saya berpikir, shalat istikharah,  dan meminta ijin kepada orang tua saya.”

Dalam proses perenungan itu, saya sampai pada pemeikiran betapa Allah telah begitu baik kepada saya; memberikan saya karunia yang begitu besar. Di birokrasi, alhamdulillah saya telah sampai pada pencapaian yang saya syukuri. Di bidang bisnis, Allah juga telah memberikan saya kesejahteraan yang menurut saya cukup untuk kehidupan saya dan keluarga saya. Jika saya maju dalam kontestasi Pilkada, saya  harus menjadikannya sebagai wujud rasa syukur saya pencapaian saya. Dengan kata lain, saya tak boleh punya niatan lain kecuali sebagai darmabakti pengalaman saya baik di birokrasi maupun dalam dunia usaha untuk kesejahteraan masyarakat Pamekasan.

Dari proses shalat istikharah saya, ternyata Allah memberikan sinyal posistif kepada saya untuk terus maju. Demikian juga saya saat saya minta ijin kepada orang tua,  orang tua saya mengijinkan.

Mengapa Pak Rudy tidak terus berkarier di birokrasi dan juga mengembangkan bisnisnya? Bukankah peluang Pak Rudy untuk itu terbuka lebar dan ini sebenarnya lebih mudah ketimbang berlaga di kontestasi pilkada?

Memang kesempatan dan peluang untuk terus berkarier dan mengembangkan bisnis masih terbuka lebar. Tapi, guru ngaji saya mengajarkan pesan moral kepada saya, bahwa manusia itu harus punya batas yang harus ditetapkan dalam perjalanan hidupnya. Manusia tidak bisa terus terseret dalam nafsu keduniawian yang akan menjauhkan kita dari tujuan hidup yang sebenarnya. Karena itulah, sebelum saya memutuskan maju dalam kontestasi pilkada, saya bicara dengan keluarga saya bahwa pencarian saya di bidang keduniawian sudah harus dicukupkan sampai di sini. Saya ingin mendarmabaktikan apa yang telah Allah berikan kepada saya untuk kesejahteraan masyarakat Pamekasan.

H. Rudy Susanto (dua dari kiri) saat mendaftar Cabup di PPP beberapa waktu lalu. (Foto Istemewa/Media Madura)
H. Rudy Susanto (dua dari kiri) saat mendaftar Cabup di PPP beberapa waktu lalu. (Foto Istemewa/Media Madura)

Bukankah dengan menjadi Bupati, justru peluang keduniawian itu makin terbuka, Pak?

Inilah mindset yang harus diluruskan. Saat orang memutuskan untuk jadi pemimpin daerah, maka sejak saat itulah ia harus mengamputasi nafsu kepemilikannya terhadap harta. Maaf, saya tidak main-main soal ini. Anda tahu kenapa banyak kepala daerah tersangkut kasus korupsi, itu karena ia masih terus memelihara nafsu kepemilikannya terhadap harta.

Oh ya, dunia politik ini kan dunia baru bagi, Pak Rudy. Apa Pak Rudy merasa mampu?

Dalam kepemimpinan daerah, kewenangan politik bupati itu hanya sebagian kecil dari seluruh kewenangan yang melekat pada seorang Bupati. Selebihnya ada kewenangan keuangan, kewenangan pembangunan, kewenangan birokrasi dan kepegawaian, dan kewenangan-kewenangan lainnya. Selain itu, sudah banyak contoh banyak pemimpin dunia yang tidak berasal dari dunia politik, misalnya Donald Trump dari dunia usaha,  SBY dari dunia militer, Jokowi dari seorang tukang mebel, juga Ridwan Kamil seorang arsitek.

Memangnya apa yang ingin Pak Rudy darmabaktikan untuk Pamekasan?

Ada dua hal yang ingin saya persembahkan buat Pamekasan. Pengalaman saya sebagai seorang birokrat dan pengalaman saya sebagai seorang pengusaha.

Lalu, apa nilai strategisnya dua kompetensi yang Bapak miliki, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pengalaman birokrasi dan kompetensi yang berkaiatan dengan dunia usaha?

Begini, Bupati itu adalah pemimpin pemerintahan kabupaten. Dengan kata lain, dia menjadi pemimpin dari sebuah organisasi  birokrasi yang bernama pemerintah kabupaten. Dengan demikian, sebagaimana teori kepeimpinan yang lazim, tugas Bupati adalah menggerakkan seluruh organ yang dipimpinnya yaitu birokrasi untuk mencapai tujuan atau visi yang telah bupati tancapkan. Di sinilah pengalaman kepemimpinan birokrasi menjadi sangat penting agar tercipta kepemimpinan yang efektif.

Mengapa kepemimpinan yang efektif, banyak Bupati yang terpilih itu hanya berfungsi secara administratif. Hanya menjadi penandatangan. Dia tidak mampu menggerakkan seluruh organ yang dipimpimpinnya untuk bergerak secara efektif, efisien, dan dinamis untuk mencapai  visinya. Karena itu, jika saya ditakdirkan oleh Allah untuk memimpin Pamekasan, maka yang akan saya lakukan pertama kali adalah melakukan upgrade dengan  mengembangkan sebuah budaya organisasi yang efektif, efisien, profrsional, transparan, dan akuntabel pada organisasi birokrasi. Kenapa demikian? Karena tidak mungkin saya mampu menggerakkan roda organisasi birokrasi secara efektif, efisien, profesional, transparan, dan akuntabel apabila budaya organisasinya masih belum mencapai grade yang diinginkan.

Lalu berkaitan dengan pengalaman Pak Rudy sebagai seorang entrepreneur ?

Begini, dalam dunia usaha ada values atau nilai-nilai yang menjadi keunggulan yaitu efektif, efisien, akuntabilitas, profitabilitas, berwawasan ke depan, dan keberanian terhadap risiko. Semua nilai-nilai ini hampir sama dengan dengan organisasi birokrasi. Tapi, saya ingin membahas soal keberanian terhadap risiko. Mengapa keberanian terhadap risiko menjadi penting  ketika menjadi Bupati? Output nilai ini adalah cermat dalam melakukan perhitungan, dan terdepan ketika terjadi risiko. Jujur, pengalaman saya di organisasi birokrasi, banyak program tidak jalan karena ketakutan mendera para pelaksana program. Sebagai seorang pemimpin, saya tidak akan membiarkan ini. Di sinlah keberanian dibutuhkan, keberanian menghadapi tekanan, keberanian, untuk tetap pada garis yang telah ditetapkan. Karena untuk berbuat benar, butuh nyali yang lebih besar.  Banyak Bupati yang sesungguhnya punya karakter yang baik, namun karena nyalinya kecil, ia kalah terhadap tekanan, akhirnya ia terjebak dalam pusaran korupsi.

Di sisi lain, elaborasi seorang pengusaha ketika menjadi pemimpin daerah adalah pada dua hal yaitu: pengembangan dunia investasi di daerah dan social entrepreneur.

Penjelasannya bagaimana, Pak, tentang pengembangan dunia investasi dan social entrepreneur?

Dunia investasi dan social entrepreneur adalah dua hal yang berbeda. Dua-duanya sama-sama penting. Mengapa? Membangun daerah itu tidak bisa hanya mengandalkan uang negara. Banyak daerah maju justru investorlah yang melakukan pembangunan besar-besaran. Hotel, manufaktur, infrastruktur IT, dan lain lainnya banyak dibangun oleh pihak swasta. Kita membutuhkan investor untuk melipatgandakan kemajuan Pamekasan. Selain untuk infrastruktur, pembangunan oleh investor dapat mengurangi laju inflasi secara signifikan. Banyak tenaga kerja yang terserap. Contohnya adalah Lamongan. Dulu Lamongan itu identik sebagai kota tertinggal. Tapi investor telah mengubahnya menjadi kota dengan kemajuan yang signifikan. Demikian juga Banyuwangi.

Lalu mengapa kita membutuhkan social entrepreneur? Dengan konsep social entrepreneur  kita akan mendorong agar  tumbuh usaha kecil dan menengah yang digerakkan oleh masyarakat. Salah satu program unggulan saya untuk social entrepreneur adalah membentuk Lembaga Inkubator Bisnis. Lembaga ini selain tempat untuk menggodok konsep-konsep bisnis, juga sebagai gudangnya pendamping usaha kecil, dan aneka tools bisnis yang bisa digunakan oleh usaha kecil dan menengah. Banyak bisnis itu gagal, karena tidak adanya pendamping yangbisa memebimbing  bussines start up  atau bisnis yang baru tumbuh.

Sebagaimana yang pak Rudy ketahui, Pamekasan ini  dikenal sebagai masyarakat yang religius bahkan dikenal dengan kekuatan kultural para ulama yang berbasis pesantren. Bahkan kita mengenal konsep kota Gerbang Salam. Bagaimana pak Rudy memandang hal ini ?

Kekuatan kultural para ulama yang berbasis pesantren  dan konsep Gerbang Salam  itu adalah sebuah keunggulan sekaligus harus dijadikan sebagai basis pembangunan di Pamekasan. Dengan kata lain, seluruh rangkaian kegiatan pembangunan harus dijiwai dengan semangat religiositas Islami yang terkandung dalam visi kota Gerbang Salam.

Misalnya, terkait dengan kepemimpinan, kita bisa menjadikan konsep kepemimpinan Rasulullah SAW yaitu  shiddiq, tabligh, amanah, fatonah,  sebagai nilai-nilai dasar yang harus ditetapkan pada setiap level kepemimpinan di kabupaten Pamekasan. Demikian juga pembiasaan nilai-nilai Islami, harus dikuatkan.

Terkait dengan integrasi nilai-nilai Islami dalam penyelenggaraan pendidikan di kabupaten Pamekasan, sebenarnya LP2SI sudah menyiapkan pedomannya. Hanya yang saya lihat, tiga tahun terakhir ini,  LP2SI  harus diperkuat. [*]

KPU Bangkalan