Nasional

PDI-P Berjuang Pencabutan TAP MPRS No XXV/1966 sejak 2003

×

PDI-P Berjuang Pencabutan TAP MPRS No XXV/1966 sejak 2003

Sebarkan artikel ini
PDI-P Berjuang Pencabutan TAP MPRS No XXV/1966 sejak 2003
Demonstrasi RUU HIP yang menolak ajaran komunisme kembali hadir di Indonesia.(pikiranrakyat)

matamaduranews.com-Upaya pencabutan TAP MPRS No. XXV/1966 tentang pembubaran PKI dan larangan terhadap ajaran Komunisme, Marxisme dan Leninisme di Indonesia bukan hanya di Rancangan Undang Undang Haluan Indonesia Pancasila (RUU HIP).

Sejak 2003, rencana pencabutan TAP MPRS No. XXV/1966 itu sudah bergulir jelanh Sidang Tahunan (ST) MPR awal Agustus 2003

Seperti dikutip Koran Harian Rakyat Merdeka, pada Selasa 29 Juli 2003 menurunkan sebuah laporan berjudul “PDIP Siap Berjuang Habis-habisan: Tarik-Menarik Soal Tap Komunisme” dan sebuah transkrip wawancara dengan Sekretaris Fraksi PDIP –yang saat ini menjabat sebagai Menteri PAN-RB– Tjahjo Kumolo.

Kliping berita tersebut, beberapa hari ini viral beredar di media sosial dan grup-grup WhatsApp.

Berikut isi berita dan wawancara yang dilansir Koran Harian Rakyat Merdeka:

PDIP Siap Berjuang Habis-habisan
Tarik-Menarik Soal Tap Komunisme

PDIP bakal berjuang keras agar Tap soal komunisme agar dicabut di Sidang Tahunan (ST) Agustus nanti.

Tapi, sejumlah fraksi DPR terutama yang berasal dari kelompok Islam menentang keras rencana tersebut.

Kelompok ini kabarnya mendapat sokongan penuh dari fraksi TNI/Polri.

Ada hal krusial yang akan dibahas dalam Sidang Tahunan (ST) MPR awal Agustus 2003 mendatang. Yakni, soal adanya keinginan dari Fraksi PDI Perjuangan untuk mencabut Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 soal larangan ajaran komunis.

Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Permadi, berjanji akan all out memperjuangankan peninjauan sejumlah Tap MPR. Antara lain, soal rehabilitasi nama Soekarno hingga pencabutan larangan ajaran komunis dan Leninisme.

”Kalau perlu kami akan berjuang lewat voting,” ujar sang paranormal yang kerap berbaju hitam ini.

Hal ini diakui Sekretaris Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo. Menurut dia, rehabilitasi nama Soekarno dan pencabutan Tap Komunis tersebut akan diperjuangkan habis-habisan di ST MPR.

”Saat ini sedang melakukan lobi-lobi. Tapi, belum ada keputusan resmi. Fraksi kami melihat masalah ini sangat signifikan diangkat dalam ST nanti,” ujar bekas anggota Golkar ini.

Indikasi sikap keras PDIP ini, menurut beberapa sumber Rakyat Merdeka, sudah terlihat sejak pembahasan soal Tap larangan ajaran komunis di Panitia Ad Hoc (PAH) II MPR.

Saat itu, sempat terjadi tarik menarik antar fraksi. Diungkapkan sumber itu, fraksi berlogo Banteng tersebut sangat ngotot agar Tap Larangan Ajaran Komunis dicabut.

Sedangkan Fraksi- MPR lain di PAH II (seperti F-PG, F-PPP, F-KB, Fraksi Reformasi, Fraksi Utusan Daerah, Fraksi Utusan Golongan, F-TNI/Polri, F-PBB dan F-KKI) menolak rencana itu.

”Masalah ini kini sedang deadlock sehingga kemungkinan besar akan dibawa dalam ST,” ujar sumber tadi.

Anggota PAH II MPR dari F-KB Syafrin Romas mengakui kalau pembahasan Tap MPRS XXV/MPRS/1966 masih alot.

Diungkapkan Syafrin, melalui juru bicara PDIP di PAH II, Soewarno, minta agar tap itu dicabut.

Anggota PDIP Permadi juga ngotot agar Tap dicabut. Alasan PDIP, ada unsur pelanggaran HAM dalam pelaksanaan Tap MPRS yang pernah menjadi senjata bagi pemerintahan Orba ini.

Misalnya, cucu oknum PKI terkena, maka besan dari orang yang PKI itu juga akan kena. ”Itu mereka anggap melanggar HAM. Makanya PDIP ngotot minta agar Tap itu dicabut,” imbuh Romas.

Menurut Syafrin, ada sekitar 139 Tap MPRS dan MPR dari tahun 1960 hingga 2002 yang akan ditinjau ulang dalam ST MPR mendatang.

Salah satu Tap MPRS yang ditinjau itu adalah Tap MPRS XXV/MPRS/1966 tentang Pelarangan Ajaran Komunisme.

Ditanya bagaimana reaksi Fraksi-Fraksi (di luar PDIP) saat pembahasan di PAH II, Syafrin mengatakan hampir semua fraksi (kecuali PDIP) menolak pencabutan Tap itu.

“Mulai dari F-PG, PPP, F-UD, F-UG hingga TNI/Polri menolak pencabutan tersebut. Kalau masalah ini dibawa di ST MPR, maka PDIP akan kalah,” ujar Ketua DPW PKB Lampung ini.

Lantas, bagaimana tanggapan Fraksi-Fraksi atas ngototnya FPDIP MPR yang ingin mencabut Tap MPRS XXV/MPRS/1966?

Dari peta fraksi di Senayan, hampir semua fraksi akan menolak pencabutan itu.

Fraksi Partai Golkar misalnya, berjanji tetap mempertahankan Tap tersebut. Anggota MPR dari F-PG Marzuki Ahmad mengungkapkan fraksinya di MPR menilai keberadaan Tap MPRS XXV soal larangan ajaran komunis, masih relevan.

Kalaupun ada fraksi yang berkeinginan untuk mencabut, menurut Marzuki, Fraksi-Fraksi lain di MPR tentu akan menentang habis-habisan.

”Saya kira bukan kita saja yang akan menolak pencabutan Tap itu, tapi fraksi-fraksi lain akan mempertahankanTap MPRS XXV itu. Tidak ada alasan untuk mencabutnya,” tegas Marzuki.

Lebih lanjut Marzuki mengatakan, lahirnya Tap tersebut karena ada peristiwa berdarah yang membawa banyak korban. Selain itu, peristiwa tersebut melanggar konstitusi.

”Kenapa kita mesti mencabutnya? Kalau dicabut, berarti sama saja, kita menghidupkan kembali ajaran tersebut,” ujar Marzuki yang juga Ketua Fraksi F-PG DPR.

Hal senada dikatakan, anggota DPR/MPR dari F-PPP Ahmad Muqoam. Menurut dia, masalah Tap MPRS XXV itu harus dicermati secara sungguh-sungguh.

”Jangan sampai masalah Tap tersebut menimbulkan konflik baru, imbuhnya.”

Ditanya apakah F-PPP akan menolak pencabutan tersebut, Muqoam menjawab,”kecenderungannya kami (F-PPP) akan menolak.” Sikap yang keras telah ditunjukkan oleh Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais. Dengan lantang menyuarakan agar Tap MPRS XXV/MPRS/1966 soal larangan ajaran komunis itu, tidak dicabut.

Menurut bekas dosen UGM ini, bangsa Indonesia sungguh bodoh apabila mengizinkan kembali ajaran komunis atau Marxisme atau Leninisme.

Ditekankan, kasus PKI di Madiun (1948) dan pengkhianatan G 30 S PKI (1966), patut dijadikan pelajaran.

”Kambing congek saja tidak akan membenturkan kepalanya dua kali. Kalau kita belum bisa mengambil pelajaran dari dua peristiwa bersejarah tersebut, ya kita lebih bodoh dari kambing,” kata Amien.

Wawancara Sekretaris Fraksi PDIP  Tjahjo Kumolo

Dalam sidang tahunan MPR yang dimulai 1 Agustus mendatang, ada dua Ketetapan MPR yang akan dibahas fraksi-fraksi di DPR. Yakni, soal pencabutan Tap tentang komunis serta Tap rehabilitas nama Soekarno.

Lalu bagaimana persiapan yang telah dilakukan. Menurut Sekretaris F-PDIP Tjahjo Kumolo, tim yang beranggotakan politisi PDIP, gencar melakukan lobi terhadap tokoh-tokoh elit parpol.

Pasalnya, dua hal tersebut memiliki tingkat sensitifitas yang sangat tinggi serta rentan dengan politisasi. Berikut petikan wawancaranya.

Benarkah, Fraksi Anda telah mempersiapkan dua agenda utama dalam ST MPR 2003, yaitu pencabutan Tap MPR tentang komunis serta Tap Rehabilitasi Soekarno?

Ya, betul sekali. Kami telah membentuk tim kerja yang dipimpin Arifin Panigoro. Tugas utamanya adalah menggolkan dua hal itu. Saat ini, lobi-lobi sedang gencar dilakukan guna menyamakan persepsi di antara kawan-kawan anggota MPR.

Bagaimana suara dari kelompok Islam garis keras? Bukankah mereka yang paling keras menentang soal pencabutan Tap MPR tentang komunis?

Uaduh, terus terang saya tidak tahu bagaimana perkembangannya, secara mendetail. Yang jelas, keputusannya memang belum ada. Saya kira, adanya perbedaan, biasa-biasa saja. Ini kan dalam kerangka demokrasi. Nggak usah dibesar-bersakanlah

Artinya, kelompok yang tidak setuju dengan gagasan PDIP besar juga?

Saya nggak ngomong begitu, lho. Kalau memang ada yang pro dan kontra, biasa sajalah. Marilah kita membiasakan diri dengan adanya perbedaan. Begini ya, adanya suara yang berkembang dalam pembahasan tersebut, membuat kami sadar.

Soal usulan agar nama Soekarno direhabilitasi, apakah untuk menaikkan pamor PDIP?

Ah, jangan dikait-kaitkanlah semuanya dengan PDIP. Kami melihat, nama baik Soekarno memang pantas untuk diperbaiki. Kita semua tahu, bagaimana kepemimpinan serta sepak terjang Bung Karno. Beliau adalah negarawan yang patut diteladani. Dan, semua rakyatpun tahu itu. Saya kira, mereka pun setuju kalau Soekarno mendapatkan rehabilitasi.

Bagaimana dengan pencabutan Tap MPR soal komunis?

Kita seharusnya melihat bagaimana perjuangan yang telah dilakukan Bung Karno. Berbagai masalah dilalui serta diselesaikannya dengan damai dan aman-aman saja.

sumber: faktakini.net

KPU Bangkalan