matamaduranews.com–SUMENEP-Tak lama lagi, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyyah (STIT) Al Karimiyyah Beraji, Gapura, Sumenep dipastikan akan beralih bentuk menjadi institut dengan menyandang nama Institut Kariman Wirayudha (INKADHA).
Isu yang telah menyebar luas sejak akhir tahun 2017 pasca akreditasi program studi (prodi) ini, makin menguat setelah tim asesor dari BAN-PT mendatangi STIT Al Karimiyyah pada tanggal 16 Desember lalu.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Selama tiga hari hingga tanggal 18 Desember, tim asesor yang terdiri dari Dr. H. A. Lutfi Hamidi, M. Ag, Nazia Anastasia, SH. M. Kn, dan Aris Irawan, SE itu, melakukan visitasi di Kampus PATOT.
Namun sebelum itu, proses untuk beralih bentuk sudah melalui jalan terjal nan panjang. Selayaknya pepatah ‘tak semudah membalikkan telapak tangan’, status institut tak akan dicapai dengan cara instan.
Terbukti, meski pihak civitas mengambil langkah cepat dengan membuka sejumlah prodi pada medio 2018 lalu sebagai langkah utama, visitasi alih bentuk oleh tim asesor BAN-PT baru dilakukan di akhir tahun 2019 ini.
Dimulai dengan Menambah Prodi
Seperti disebutkan tadi, demi mewujudkan mimpinya menjadi institut, STIT Al Karimiyyah mengambil langkah cepat dengan membuka sejumlah prodi baru di awal tahun akademik 2019/2020. Empat prodi baru tersebut adalah Manajemen Bisnis Syariah (S1), Pemikiran Politik Islam (S1), Psikologi Islam (S1), dan Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam (S2).
Tindakan itu merupakan langkah serius pihak civitas akademik untuk mewujudkan keinginannya yang dimulai pada pertengahan tahun lalu. Dikutip dari Bulletin Kreasi IV/April 2019, sejumlah persiapan untuk pembukaan prodi yang nantinya menjadi fakultas dibahas dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al Karimiyyah KH. A. Busyro Karim pada Maret 2018.
Mulai dari administasi, SDM, sarpras, tak terkecuali pendanaan, waktu itu dibahas dalam Forum Group Discussion (FGD) yang alot dan serius. Selanjutnya, langkah pasti diwujudkan ke dalam pembentukan tim yang akan mengurus Proposal Pembukaan Prodi.
Berdasarkan penuturan Kepala Statistik STIT Al Karimiyyah, Fawaid Zaini, M.Pd.I, waktu itu tim yang menggarap Proposal Pembukaan Prodi terdiri dari tujuh orang. Mereka adalah Dr. Ach. Syaiful, M.Pd.I, Kacung Wahyudi, M.Pd.I, Zainullah, M.Pd.I, Rasuki, M.Fil.I, Anwar Rudi, M.Pd.I, Amiruddin, M.Pd.I dan Mukhlis, M.Pd.I.
“Jadi untuk mencapai visitasi yang dilakukan beberapa hari lalu itu tidak mudah. Prosesnya sudah lama,†ujar Fawaid, Jumat (20/12/2019).
Ya, proses awal tersebut memang tak begitu saja dapat digarap dengan mulus. Sebab untuk memenuhi syarat alih bentuk ada hal yang paling urgen harus dipersiapkan, yaitu kualitas tenaga pendidik yang harus dibenahi oleh pihak akademik.
Untuk menjadi institut yang di dalamnya ada program pascasarjana menuntut perguruan tinggi minimal harus memiliki enam dosen yang bertitel doktor atau profesor. Sementara untuk memenuhi syarat tersebut, kata Ketua STIT Al Karimiyyah, Ach. Syaiful, tidaklah mudah.
“Dosen merupakan hal penting yang harus dibenahi. Karena sebagus apapun kampus dan dananya, bila dosen tidak berkualitas, maka tidak baik juga,†tuturnya masih dikutip dari Buletin Kreasi LPM Dialektika.
Optimis Beralih Bentuk
Keinginan menjadi institut kian menjadi nyata baru di bulan Desember 2019 ini. Pasalnya, usai melalui perjalanan panjang dan usaha yang tak gampang, STIT Al Karimiyyah akhirnya didatangi tim asesor untuk visitasi. Seperti diungkap di muka tulisan ini, visitasi alih bentuk tersebut terjadwal selama tiga hari, yakni terhitung dari tanggal 16-18 Desember 2019.
Selain kedatangan tim asesor dari BAN-PT yang terdiri dari Dr. H. A. Lutfi Hamidi, M. Ag, Nazia Anastasia, SH. M. Kn, dan Aris Irawan, SE, Kampus Kuning itu juga mendapatkan tamu dari Tim Road Show Kelembagaan Subdit Kelembagaan Kementerian Agama RI.
“Tim Road Show terdiri dari M. Abid Abdushomad, Ph.D Kasubdit Kelembagaan Kerjasama, Dr. A. Rafiq Zainul Mu’im, M.Fil, Kasi Pembinaan PTKIS dan Lelis Tsuroya, M.Si,†kata Syaiful, Kamis (19/12/2019) kemarin.
Saat visitasi berlangsung, di dalamya banyak membahas tentang pelayanan standar. Mulai dari sarana prasana, kurikulum, tenaga pendidik, hingga pendanaan. Dari berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pihak akademik, Syaiful optimis STIT Al Karimiyyah akan beralih bentuk menjadi institut.
“Kita Optimis. Kalau pertama yang diajukan proposal borang insyaallah sudah masuk dan layak,†ujar Syaiful saat ditemui di ruangannya.
Ketika resmi menjadi institut nanti, Ketua STIT Al Karimiyyah yang kini juga menjabat Ketua Dewan Pendidikan Sumenep (DPKS) itu, berkomitmen akan melakukan berbagai capaian di perguruan tinggi yang dipimpinnya. Yang pertama, kata dia, akan menata kelembagaan dan struktural.
Lalu berdasar pada Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Syaiful juga akan menjalankan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) supaya pelayanan di kampus PATOT berjalan secara maksimal. Rencana itu merupakan agenda pencapaian besar selanjutnya yang akan dikejar setelah melakukan penataan.
“Menata kelembagaan dan struktural dulu, yang kedua SPMI,†tegas dia.
Menunggu Peresmian, Genjot Pembangunan
Berbagai macam usaha untuk beralih status menjadi isntitut tidak berakhir sampai di sana. Usaha yang dilakukan pihak akademik juga disusul dengan agenda pembangunan gedung. Mata Madura melihat di dalam Kantor STIT Al Karimiyyah yang baru tampak terpajang miniatur gedung kampus yang rencananya dibangun di awal tahun nanti.
“Pembangunan gedungnya tahun 2020,†kata Syaiful.
Miniatur tersebut tampak gagah berjejer rapi di dalam kaca di dekat ruang Ketua STIT Al Karimiyyah. Pada miniatur juga terlihat jelas ada lima bangunan berlantai dua bercap blok A hingga E. Di pojok miniatur terpampang nama Institut Kariman Wirayudha Sumenep.
Meski begitu, dalam penyelenggaraan pendidikan ada sejumlah komponen yang sangat urgen untuk dipenuhi. Selain gedung, Syaiful menyebut kualitas tenaga pendidik merupakan tonggak utama keberhasilan dalam mentransfer pengetahuan.
“Yang paling pentingkan dosen, prasarana, dan kurikulum,†jelasnya.
Untuk mengimbangi peralihan bentuk menjadi INKADHA, persiapan juga dilakukan di pusat baca mahasiwa. Sejak tahun ajaran sebelumnya, perpustakaan yang terletak di ujung selatan gedung lama Kampus PATOT tersebut telah menggunakan basis Online Public Acces Catalog (OPAC).
Mengutip Sajian Utama Buletin Kreasi, upaya itu dilakukan agar mempermudah layanan bagi mahasiswa ingin meminjam dan mengembalikan buku. Di samping, kata Kepala Perpustakaan STIT Al Karimiyyah, Sahmari, pihaknya juga terus melakukan penambahankoleksi buku untuk memenuhi kebutuhan literatur mahasiswa.
Dua upaya di atas pun tidak percuma. Sebab saat visitasi kemarin, rekomendasi tim asesor untuk membenahi perpustakaan hanya terkait infrastruktur semata. Selebihnya, hanya masukan pengelolan manajemen perpustakaan berbasis OPAC agar lebih ditingkatkan.
“Gedung perpustakaan kurang lebar,†tutur Syaiful.
Tapi untuk itu, pihaknya tidak ambil pusing. Sebab pembangunan gedung baru pada tahun 2020, ruangannya juga bisa digunakan untuk perpustakaan.
“Pembangunan gedungnya tahun 2020,†tegas Syaiful.
Rafiqi, Mata Madura