BeritaPendidikan

Ternyata Ini Alasan Bupati Memondokkan Putranya di Pesantren Paramaan

×

Ternyata Ini Alasan Bupati Memondokkan Putranya di Pesantren Paramaan

Sebarkan artikel ini
MK Khuluq, putra keempat Bupati Busyro, sedang muthola'ah di Ponpes Paramaan, Gapura Barat, Gapura, Sumenep. (Foto/A. Warits Muhshi)
MK Khuluq, putra keempat Bupati Busyro, sedang muthola'ah di Ponpes Paramaan, Gapura Barat, Gapura, Sumenep. (Foto/A. Warits Muhshi)
MK Khuluq, putra keempat Bupati Busyro, sedang muthola'ah di Ponpes Paramaan, Gapura Barat, Gapura, Sumenep. (Foto/A. Warits Muhshi)
MK Khuluq, putra keempat Bupati Busyro, sedang muthola’ah di Ponpes Paramaan, Gapura Barat, Gapura, Sumenep. (Foto/A. Warits Muhshi)

MataMaduraNews.com, SUMENEP – Wajar jika para orang tua selektif dalam urusan memilih lembaga pendidikan bagi anaknya. Tetapi mahal dan mewah tak musti jadi pertimbangan. Seperti sikap dan komitmen Bupati Sumenep, KH A Busyro Karim yang memilih Pondok Pesantren Paramaan, Desa Gapura Barat, Gapura Sumenep, bagi putra keempatnya tahun lalu.

Ya, orang nomor satu di kota kuda terbang yang sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al Karimiyyah Beraji, Gapura ini memilih pesantren kecil di pedesaan sebagai tempat menempa Mumamad Kamalil Khuluq. Sehingga banyak orang heran atas pilihan tersebut karena melihat statusnya selaku bupati yang juga seorang kiai.

Tidak hanya keheranan. Sebagaimana cerita Bupati Busyro ketika mengisi kuliah umum di STIT Al Karimiyyah Beraji, Gapura, Selasa (06/09) kemarin, dimana kebetulan membahas pendidikan Islam, sebagian mahasiswa malah mempertanyakan langsung tentang pilihannya itu. Mengapa seorang bupati yang juga kiai justru memilih Ponpes Paramaan untuk memondokkan Ra Khuluq _orang memanggil putra Kiai Busyro, untuk belajar ilmu agama. Jawaban mantan Ketua DPRD Sumenep dua priode itu singkat, yakni semata-mata karena pendidikan karakter.

“Banyak orang heran dan bertanya kenapa saya lebih memilih memondokkan anak saya ke Ponpes kecil yang santrinya hanya belasan orang di pelosok lagi? Jawaban saya hanya satu, karena pendidikan karakter,” jelas Kiai Busyro kepada mahasiswa yang mengikuti kuliah waktu itu.

Ia menambahkan, pendidikan karakter dimulai dari kesederhanaan dan ketekunan, dan tidak melulu berpangku kepada fasilitas dan kelas mewah. Karena itu, tak ada alasan bagai sebagian orang untuk melihat satu pilihan dari sekadar status kecil atau besar, apalagi kota atau pelosok desa. (rusydi)

KPU Bangkalan