Budaya

Mengenal Edhi Setiawan; Budayawan Madura dari Etnis Tionghoa (3-Habis)

×

Mengenal Edhi Setiawan; Budayawan Madura dari Etnis Tionghoa (3-Habis)

Sebarkan artikel ini
Edhi Setiawan
Edhi Setiawan

Edhi Setiawan  terbilang sosok yang tak ada habisnya. Sebagai budayawan Madura, ia tak hanya memiliki peran penting dalam perkembangan kesenian Topeng Dalang Madura yang di tangannya mampu menjelejah dunia internasional. Di lain itu, ia juga memiliki peran penting dalam perkembangan Seni Ukir Madura di kabupaten berlambang kuda terbang ini.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

matamaduranews.comSUMENEP-Sebagaimana diceritakan sebelumnya, sepulang menyelesaikan pendidikan di daerah rantau, Edhi terus keluar masuk desa untuk mencari benda-benda kuno asli Sumenep Madura untuk dikoleksi secara pribadi. Dari kegiatan itu Edhi pun jadi tahu bahwa di kabupaten ini terdapat kesenian ukir yang unik dan bagus. Kesenian Ukir asli Madura, yang memantik hasrat dalam dirinya untuk mendalami satu kesenian lain, seiring Topeng Dalang Madura.

Sekitar tahun 1979, Edhi mulai terjun total dalam ukiran Madura. Kepada Mata Sumenep ia menuturkan dirinya turun langsung ke lapangan untuk menggali dan melakukan pembinaan kepada sekitar 20 lebih pengrajin seni ukir di Kecamatan Giligentimg, Desa Marengan dan Karduluk. “Untuk semakin meningkatkan kualitas produk dan memelihara keaslian motif ke-Madura-annya,” tutur Edhi saat ditemui di Meja Bundar, beberapa minggu lalu.

Mula-mula Edhi mengaku mempelajari seni ukir sebagai hobi saja. Akan tetapi lama-kelamaan hobi itu menjadi sebuah keseriusan yang mengharuskan diri untuk didalaminya. Karena itu, ia pun bisa mengukir dan terus mengembangkan ukiran Madura hingga terangkat ke ranah nasional. Dan atas sumbangsih kecintaan serta ketekunannya dalam mengembangkan kesenian ukir Madura itu, ia mendapat penghargaan Upakarti dari presiden pada tahun 1993. Kala itu, ia merupakan 1 dari 17 penerima penghargaan Upakarti dari Jawa Timur.

Jika diperhatikan, ukiran-ukiran yang dihasilkan om Edhi semuanya mempertahankan motif ukiran asli Madura. Meski ada yang berkembang, semata-mata perpaduan polesan seni untuk menambah keindahannya. Di rumahnya yang berada di Jl Jenderal Sudirman itu, rumah Edhi penuh dengan berbagai ukiran asli Madura dengan bermacam-macam motif dan jenis. Pajangan yang beragam dari yang berukuran besar sampai yang terkecil tersebut tak lain merupakan representasi kecintaannya terhadap kesenian ini. Bahkan karya ukir topeng pun juga ada dalam sekian koleksinya.

Selain itu, produk ukiran om Edhi juga sangat dekat dengan peralatan kehidupan masyarakat Sumenep sehari-hari. Bermacam bentuk semisal Dakon, Kelompen, Kolong Sapi, Kotak Jamu, Lemari Hias, Tempat al Qur’an dan beberapa perabotan rumah lainnya dari yang ringan dan sederhana hingga yang sangat berharga.

Artist of FPSI

Satu bidang lagi yang menjadi keahlian Edhi Setiawan adalah fotografi. Dan sebagaimana kesenian lainnya, bidang ini pula yang membawa namanya semakin terkenal di kancah internasional pasca membawa Topeng Dalang Madura ke pentas dunia. Beberapa kali karya bidikannya menjuarai even-even foto internasional yang diselenggrakan UNESCO pada tahun 1992 dan 1994.

Bagi Edhi memotret bukan hanya sekedar hobi. Ia seperti luapan emosi dan ekspresi yang dituangkan lewat gambar. Baik tentang alam, lingkungan, dan segenap gelagat kehidupan manusia, adalah medan karya. Namun bagaimana Edhi menekuni bidang ini? Diceritakan, pada tahun 1985 ia mulai terjun ke dunia fotografi. Hanya berbekal semangat gigih dan tak pantang menyerah, dalam waktu relatif singkat Edhi mampu menghadirkan banyak foto spektakuler sebagai karya. Tidak heran jika ia memperoleh gelar Artist of FPSI (Federasi Fotografi Seluruh Indonesia) lebih singkat dari teman-temannya sesama fotografer di Indonesia.

Ia mengungkapkan, memperoleh hasil karya yang baik dalam fotografi tidaklah gampang. Sebab di dalamnya tak hanya membutuhkan tenaga, namun juga waktu dan ide yang brilian. Bahkan, demi memperoleh momen yang bagus, kata Edhi, kadang-kadang ia harus menunggu berhari-hari dan bercapai-capai untuk mendapatkan satu hasil foto yang spektakuler. “Karya foto yang bernilai tinggi tidak bisa didapat dengan cara mudah. Butuh kegigihan serta kesabaran dalam memburu sasaran,” jelasnya kepada Mata Sumenep.

Namun demikian, seperti lazimnya pecinta kesenian Edhi percaya tak akan ada kerja yang sia-sia. Ada banyak prestasi yang telah diperolehnya dalam memotret beberap objek, baik wisata maupun kehidupan sosial. Seperti Juara Piala Presiden untuk Foto Pariwisata 1992, Medali Emas untuk Pasangan Terbaik dan Slide Warna Salon Foto Indonesia (SFI) 1992, Medali Emas untuk Pasangan Terbaik dan Slide Warna Foto Jurnalistik (SFI) 1993, dan Pemenang Utama Lomba Foto Se-Asia Pasifik di Jepang 1992 dan 1994, serta bannyak lagi medali dari prestasi fotografi lainnya yang hingga kini masih memenuhi seisi ruangan di rumahnya.

Bahkan, sebagai pecinta fotografi, dalam usianya yang tak lagi muda Edhi masih tetap menekuni kegiatan yang satu ini. Kendati dalam kondisi kurang sehat sekalipun ia hampir tidak pernah absen untuk melakukan kegemarannya mengabadikan momen dalam sebuah gambar. Seolah-olah jiwa seni dalam dirinya tidak akan pernah menghilang sampai kapanpun, sehingga tubuh yang kurang sehat bukan suatu hambatan bagi bapak dua anak ini saat ia masih kerap terlihat di berbagai even kebudayaan dan lainnya untuk memotret, membidik, dan memastikan satu waktu terekam dalam sejarah. (Habis)

Rafiqi, Mata Madura