Budaya

Sapi, Hewan Ajaib Yang Mewarnai Perjalanan Pulau Garam (1)

×

Sapi, Hewan Ajaib Yang Mewarnai Perjalanan Pulau Garam (1)

Sebarkan artikel ini
Sapi Madura
Ilustrasi kawanan sapi di sebuah kawasan pasar tradisonal. (Foto/Istimewa)

matamaduranews.com-SUMENEP-Sapi merupakan hewan ajaib. Setidaknya jika diukur dari segi konsumsi. Ia juga hewan yang kental dengan banyak mitos. Di Hindustan, negerinya Shah Rukh Khan dan saudara setanah airnya, sapi merupakan hewan yang disucikan. Dalam hal itu terkait dengan kepercayaan agama tertentu di sana, yaitu Hindu. Sapi dilarang disakiti, apalagi sampai dibunuh, ataupun disembelih untuk dikonsumsi. Bisa terjadi perang besar di sana akibat hal itu.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Di agama lain, Islam misalnya, sapi juga merupakan salah satu hewan yang cukup istimewa, meski tidak seekstrem di negeri Hindustan. Kitab Suci Al-Quran bahkan memiliki salah satu surat terpanjang yang bernama Al-Baqarah, maknanya Sapi Betina. Sapi juga merupakan hewan utama dalam perintah berqurban. Selain daging, hewan ini juga menghasilkan susu.

Keajaiban sapi sebagai hewan yang banyak dikonsumsi manusia, khususnya di Indonesia ini, terletak pada populasinya yang tak pernah mengalami istilah kehabisan stok. Dalam setiap harinya ribuan sapi disembelih untuk dikonsumsi banyak orang. Padahal, hewan ini merupakan jenis hewan yang tak banyak sekaligus tidak cepat dalam proses regenerasinya. Pada umumnya, hewan ini hanya mampu melahirkan satu ekor anak sapi, berbulan-bulan pula. Meski dalam kasus tidak umum (kasuistik), ada yang melahirkan dua bahkan hingga tiga ekor.

Di Madura misalnya, dalam setiap hari, ratusan sapi dikirim untuk dijual. Belum lagi yang dikonsumsi masyarakat sendiri, baik untuk dijual, ataupun yang punya hajatan. Kendati demikian, para peternak sapi semakin banyak. Begitu juga para penjual makanan, atau pemilik warung, kedai dan restoran yang menyediakan menu daging sapi. Itulah sebabnya hewan ini dikenal sebagai hewan yang berkah.

Hal ini dalam sebuah riwayat merupakan sebab dari doa Nabi Ibrahim Alaihissalam. Suatu waktu, Nabi yang bergelar Khalilullah ini mengunjungi putranya, Nabi Ismail Alaihissalam. Sang ayah bertanya pada sang putra, tentang kondisi perekonomian rumah tangga buah hati.

Nabi Ismail merupakan tipologi anak yang tidak tega menyusahkan hati orang tua. Kendati dalam kenyataannya, beliau dengan isteri dan anak-anaknya biasa menjalani hidup sehari makan sehari tidak makan, namun dijawabnya bahwa dalam setiap harinya keluarga beliau tidak pernah kekurangan daging sapi, dan susu.

Mendengar itu Nabi Ibrahim lantas menadahkan kedua tangannya ke atas, sambil berdoa agar Allah memberkahi daging sapi dan susu, karena keduanya merupakan makanan dan minuman sehari-hari sang anak. Rupanya doa mustajab itu tidak hanya dirasakan oleh keluarga kecil Nabi Ismail, namun Allah memberkahi doa itu untuk segenap manusia hingga saat ini dan seterusnya.

Sumenep dan Pulau Sapi

Kembali pada soal sapi, Sumenep, merupakan salah satu penghasil sapi terbanyak di nusa garam. Bahkan kabupaten paling timur di nusa garam yang memiliki gugusan pulau ini dikenal memiliki salah satu pulau yang disebut pulau sapi.

Sejatinya, nama pulau sapi merupakan sebutan saja, saking banyaknya sapi yang keluar dari pulau tersebut. Pulau yang dimaksud ialah Pulau Sepudi.

Salah satu warga Sumenep yang berasal dari pulaunya Adipoday (ayah Jokotole) itu, sebut saja Kus, mengatakan bahwa Pulau Sapudi, memang tersohor bagi bagi kalangan pecinta ternak sapi. Khusus pecinta atau maniak lomba karapan sapi, menurut ayah tiga anak ini, tidak segan untuk mencari bibit unggul bagi sapi yang punya kecepatan lari di pulau ini.

” Belum diketahui secara pasti sejarah mula sebutan pulau sapi bagi Pulau Sapudi. Hanya saja sebutan itu ada kaitan dengan keanehan-keanehan yang ada di Sapudi. Seperti jumlah sapi melebihi jumlah penduduk. Ini diketahui dari data statitik penduduk dan statistik kehewanan tahun 1995 yang menyebut jumlah sapi 35 ribu ekor. Sedangkan jumlah penduduk hanya 30 ribu. Dengan begitu, tiap penduduk bisa berternak sapi,” ungkap Kus. (bersambung)

RM Farhan Muzammily