Bagaimana Hidup di Desa Terisolir? Begini Cerita Warga Desa DISANAH- SAMPANG

×

Bagaimana Hidup di Desa Terisolir? Begini Cerita Warga Desa DISANAH- SAMPANG

Sebarkan artikel ini
Bagaimana Hidup di Desa Terisolir? Begini Cerita Warga Desa DISANAH- SAMPANG

Jalan Desa Disanah, SampangMataMaduraNews.comSAMPANG-Tidak bisa dipungkiri jika letak geografis dengan akses yang sulit, bisa menghambat berkembangnya suatu daerah. Karena yang demikian biasanya kurang mendapat dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

Hal inilah yang dialami Desa Disanah. Sebagai salah satu desa yang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Sreseh, Kabupaten Sampang, Desa Disanah tergolong yang paling terisolir dari desa lainnya di kecamatan tersebut. Berada di daerah pesisir yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi tambak-tambak dan aliran sungai, membuat Desa Disanah semakin sulit terjangkau. Bak sebuah pulau kecil di dalam pulau Madura yang terasa sulit untuk dijamah.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Ibarat mau menyeberang antar pulau, masyarakat setempat kesulitan melakukan kegiatan keluar masuk desa. Seperti yang diungkapkan oleh Nurul Huda, salah satu warga Desa Disanah. ”Masyarakat disini sulit melakukan aktivitas keluar desa begitupun masyarakat yang dari luar, sehingga hal ini mempersulit kami untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari,” tuturnya, Senin minggu lalu.

Desa yang dibatasi sungai dari Desa Pangarengan, Kecamatan Pangarengan ini secara perekonomian sebenarnya cukup potensial. Hal itu disebabkan mayoritas warganya berkerja sebagai pengusaha dan pedagang ikan bandeng, udang dan garam. Ketiganya merupakan komoditas utama dan paling menguntungkan bagi masyarakat tersebut. Hanya yang selalu menjadi kendala adalah akses untuk melancarkan segala kegiatan. Seperti ketika memasuki waktu panen, masyarakat Disanah masih sulit melakukan kegiatan perdagangannya keluar desa, sehingga hal ini berimbas pada lancarnya usaha masyarakat.

”Sampai sekarang masyarakat setempat masih menggunakan perahu dan sampan kecil untuk melewati sungai. Ya, hanya itu satu-satunya sarana yang paling efektif. Sebagai alat transportasi yang dianggap paling mendukung untuk melakukan kegiatan keluar masuk desa,” kata Nurul Huda.

Sebenarnya ada jalan yang telah disediakan pemerintah bagi desa tersebut. Namun masyarakat setempat menganggap jalan yang ada itu tidak layak untuk dilewati. Apalagi ketika hujan turun. Hal itu dikarenakan jalan tersebut belum diaspal, sehingga menjadi becek yang sangat parah. Bahkan jalan yang ada itu pun hanya bisa dilewati motor, dan yang jelas masih membutuhkan jembatan untuk menyebrangi sungai.

Ketika ditemui Mata Madura, Siben, Kepala Desa Disanah membenarkan kondisi tersebut. Ia menuturkan bahwa sulitnya akses itulah yang menjadi hambatan warganya untuk beraktivitas, lebih-lebih dalam kegiatan ekonomi.

”Memang ini menjadi hambatan sejak dulu. Akses keluar masuk desa yang sulit membuat masyarakat sulit meningkatkan perekonomiannya. Padahal desa kami ini cukup potensial. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jadi kami berharap pemerintah daerah melakukan tindakan yang cepat, dan kami pemerintah desa sedang berusaha memdesak sekaligus memperjuangkan,” katanya.

Ia mengakui jika warga yang dipimpinnya sangat menginginkan adanya pembangunan infrastruktur yang layak, seperti jalan beraspal dan jembatan. Keduanya merupakan sarana primer alias yang paling dibutuhkan masyarakat Disanah saat ini. ”Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan segala kegiatannya dengan lancar. Dan ini kalau segera terwujud bisa memberikan manfaat yang sangat besar bagi warga desa Disanah ke depannya. Terutama dalam bidang perekonomian,” tutup Siben.

Masykur, Mata Madura

KPU Bangkalan