Arif Afandi Bercerita Tembakau Cerutu di Jember

×

Arif Afandi Bercerita Tembakau Cerutu di Jember

Sebarkan artikel ini
Arif Afandi Bercerita Tembakau Cerutu di Jember
Arif Afandi dengan latar daun tembakau untuk bahan rokok cerutu. Daun tembakau selebar dada, batangnya lebih tinggi dari manusia. (ngopibareng.id)

matamaduranews.com-Arif Afandi, mantan Pemred Jawa Pos yang kini ngelola media online ngopibareng.id melakukan reportase ke lahan tembakau komoditas ekspor untuk bahan rokok cerutu di Jember.

Dengan tulisan renyah dan enak dibaca, Arif Afandi bercerita bagaimana pundi-pundi dolar didapat PTPN X, BUMN yang membudi daya lahan untuk menanam tembakau cerutu.

Berikut ulasannya:

Tembakau Cerutu, Emas Hijau dari Tanah Menjanjikan

Saya bukan penghisap cerutu. Namun menyaksikan tembakau siap panen di kebun Kertosari Jember, ikut kemecer. Itulah tembakau yang jadi bahan bakunya.

Akhir pekan kemarin memang panen pertama tembakau hasil budi daya PTPN X. Luasnya 250 hektar. Inilah tembakau komoditas ekspor.

Perusahaan milik negara ini menanam 500 hektar, tahun ini. Selebihnya ditanam di kebun lain. Lahan yang disewa dari petani.

Sudah sejak lama saya selalu pingin tahu hamparan sawah terlindungi yang terlihat dari atas pesawat setiap mau mendarat di Bandara Jember. Juga gudang-gudang beratap rumbai yang berdiri di beberapa tempat.

Ternyata hamparan luas yang ditutup waring, pelindung sinar matahari dan hama itu tumbuh tembakau hijau yang subur dan tinggi. Di atas tinggi orang Indonesia yang jangkung.

Waring adalah semacam kelambu dari anyaman plastik. Fungsinya untuk mengatur besar kecilnya intervensi cahaya matahari ke daun. Biar warna daun dan rasanya sesuai dengan standar tertinggi. Juga untuk melindunginya dari hama.

Arif Afandi Bercerita Tembakau Cerutu di Jember

Ini adalah inovasi petani tembakau untuk menciptakan kualitas daun tembakau yang tinggi. Mereka menyebutnya dengan TBN (Tembakau Bawah Naungan). Dengan TBN itu, kualitas tembakau terjaga.

Satu batang pohon tembakau bisa berisi 24 sampai 28 lembar daun. Lebar-lebar. Tiga sampai lima daun terbawah yang paling istimewa. Yang harganya bisa sampai USD 72 atau sekitar Rp 1 Juta lebih.

Sekilo gram tembakau kering rata-rata antara 320-360 lembar daun kering. Karena itu, orang Jember menyebut tembakau jenis ini sebagai emas hijau. Yang bisa mendatangkan dolar.

Daun tembakau itu memang tidak untuk dirajang. Tapi menjadi lembaran daun kering yang diolah menjadi cerutu. Rokok daun tembakau murni.

Harganya wow…

Per batang ada yang sampai Rp 1 juta. Yang menikmatinya hanya dikumur di mulut. Menjadi bagian gaya hidup orang berharta.

“Permintaan tembakau untuk cerutu ini besar sekali. Mulai grade yang istimewa sampai yang rendah,” kata Aris Toharisman, Direktur PTPN X. Yang baru saja diangkat jadi orang pertama di perusahaan itu.

Aris bercerita, perkebunan tembakau ini hampir saja ditutup. Karena dianggap merugi. Dalam laporannya. Sehingga, dua tahun lalu, sempat tak diberi modal usaha untuk menanam kembali.

Untung saja, perusahaan yang selama ini telah bermitra dengan PTPN X berkepentingan terhadap pasokan tembakau Jember. Memercayainya untuk memberi modal usaha tanam tembakau. Mitra itu adalah Burger Sohbe Burg dari Swiss.

Tembakau cerutu ini memang komoditas ekspor. Yang tidak semua negara bisa menanamnya. Hanya negara-negara tropis. Sedangkan pasar utamanya global.

Sebetulnya ada dua daerah di Indonesia yang bisa menghasilkan tembakau cerutu dengan rasa istimewa. Jember dan Deli Sumatera Utara.

Dua daerah itu punya tanah emas yang bisa menghasilkan rasa sesuai dengan kesukaan pengisap cerutu global. Khususnya Amerika dan Eropa.

Negara lain pemasok tembakau cerutu dunia lainnya adalah Brazil, Columbia dan Kuba. Merekalah yang selama ini menjadi penghasil utama tembakau sejenis.

“Tapi menurut pasar di Eropa, taste tembakau dari Jember ini bisa mengalahkan mereka. Menjadi cerutu paling berkualtas,” tambah Aris.

Ada harga ada rupa. Itu pepatah banyak orang. Tembakau untuk cerutu ini budi dayanya memang tidak gampang.

Memeliharanya seperti bayi. Hara tanahnya, pupuknya, dan iklimnya harus istimewa. Dibutuhkan sumberdaya manusia yang terlatih.

PTPN X punya SDM seperti itu. Yang dibutuhkan untuk merawat tanaman istimewa seperti tembakau ini. Yang kontrol kualitasnya harus ekstra.

Saya menyebut para petani tembakau ini seperti seniman. Yang bekerjanya tidak hanya menggunakan olah fisik. Tapi juga rasa.

Harus ada ”ngeng”. Ada ruh. Ada kemenyatuan batin dengan tanamannya. Mulai tembakau masih bayi sampai dengan masa panen.

Saat memanennya pun harus hati-hati. Tak boleh lembar daun tembakau sampai robek. Ada cara khusus untuk memetiknya.

Pengolahan paska panen pun juga cukup rumit. Mulai dari proses panen, pengeringan, sampai dengan pemotongan. Semua proses itu dilakukan di Jember.

Setelah panen, daun itu harus dikeringkan. Di gudang yang kelembapannya terukur. Selama 22 hari. Digantung dengan tatanan khusus. Di bawah gudang yang dibikin dari atap rumbai.

Arif Afandi Bercerita Tembakau Cerutu di Jember

Setelah itu dikirim ke pabrik pemotongan yang juga ada di Jember. Milik PTPN X. Bobbin namanya. Hasil kerjasama PTPN X dengan perusahaan cerutu asal Swiss.

Ribuan pekerja yang sebagian besar perempuan bekerja di Bobbin ini. Mereka bekerja dengan tiga sift. Untuk memotong daun tembakau yang sudah dikeringkan. Dengan mesin yang dikontrol dengan sentuhan tangan.

Saya menyaksikan tangan-tangan jentik dengan cekatan memotong daun tembakau yang sudah dikeringkan berwarna coklat itu dengan lincah. Tapi penuh kehati-hatian.

Sejumlah perusahan cerutu dari Eropa sangat tergantung dengan produksi tembakau dari Jember ini. Tahun 2017, dari perusahaan ini berhasil diekspor tambakau cerutu senilai Rp 1,5 triliun. Jelas ini sangat berarti bagi neraca perdagangan Jember dan Jatim.

Tembakau cerutu Jember ini istimewa sebagai komiditas ekspor. Yang sudah seharusnya menjadi prioritas untuk dikembangkan ketika defisit perdagangan kita terus menganga.

Mengembangkan komoditas dengan mengandalkan keunggulan iklim dan tanah bumi nusantara. Yang oleh pengusaha cerutu dari Kuba disebutnya sebagai tanah yang menjanjikan.

Saya kok berharap banyak dengan komoditas tembakau cerutu ini. Tidak hanya untuk keunggulan kinerja PTPN X. Tapi juga untuk kepentingan negeri ini dalam mendatangkan devisa.

Apalagi, di saat gencar kampanye anti rokok, pasar cerutu cenderung tak menyurut. Bahkan, mulai ada pergeseran dari cerutu klasik yang besar menjadi cerutu kecil yang bisa dinikmati seperti rokok putih.

Rasanya, tembakau cerutu tak hanya dihasilkan dari tanah yang menjanjikan. Tapi juga komoditas bisnis yang menjanjikan untuk dikembangkan.(ngopibareng.id)

KPU Bangkalan