Peristiwa

Kemarau Panjang, Warga Batumarmar Mandi dan Cuci Baju di Air Sungai Yang Keruh

×

Kemarau Panjang, Warga Batumarmar Mandi dan Cuci Baju di Air Sungai Yang Keruh

Sebarkan artikel ini
Warga sekitar mandi dan cuci baju di genangan air sungai yang mulai mengeruh, di Dusun Ginang, Bangsereh, Batumarmar . (Foto/Mohlis)

matamaduranews.com-PAMEKASAN-Kemarau panjang yang berdampak mengeringnya sumur penduduk di sekitar daerah aliran sungai (DAS), memaksa warga sekitar mandi dan cuci baju di genangan air sungai yang mulai mengeruh. Hal ini dilakukan warga karena tidak ada pilihan lain selain ke sungai.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Bukadi (43), Warga Dusun Ginang, Bangsereh, Batumarmar harus setiap hari turun ke sungai untuk mandi dan cuci baju. Menurutnya, hal ini karna air sumur miliknya hanya dapat digunakan untuk keperluan minum saja.

“Sudah 3 bulan lamanya air sumur di rumah mulai mengering pak. Hanya dapat digunakan untuk minum saja. sedangkan kalau mandi dan cuci baju mau tidak mau harus ke sungai,” tuturnya pada Mata Madura.

Menurutnya, genangan air sungai yang terdapat di bawah jembatan perbatasan Pamekasan-Sampang itu sudah digunakan untuk keperluan warga sekitar  sejak 3 bulan yang lalu.

“Kekeringan  seperti ini terjadi setiap tahun, jadi menurut warga sini sudah biasa pak,” jelasnya.

Saat ditanya perihal air sungai yang mulai mengeruh, ia mengatakan tidak punya pilihan lain.

“Mau gimana lagi pak. tidak ada pilihan lain,” jelas Bukadi.

Kekeringan ini tidak hanya dirasakan warga dusun Ginang, Bangsereh. Bahkan Ahmad Readi (22), Warga Desa Pangereman Batumarmar harus jauh-jauh datang untuk mandi dan cuci pakaian. Jarak yang ia tempuh sekitar 2 km dari rumahnya.

Kepada Mata Madura ia menjelaskan, kekeringan air sumur di rumahnya mengharuskan ia cuci baju di genangan air sungai keruh tersebut.

Bahkan, akibat kekeringan yang terjadi, Readi dan keluarga harus beli air bersih ukuran 1000 liter seharga Rp 80 ribu untuk keperluan sehari-hari.

“Ya ini (mandi dan cuci baju di sungai; red) karena tidak punya uang untuk beli air pak. Makanya ke sini (sungai; red),” tutupnya

Mohlis, Mata Pamekasan