Kisah Ibnu Arabi Berguru ke Rasulullah Saw (1)

×

Kisah Ibnu Arabi Berguru ke Rasulullah Saw (1)

Sebarkan artikel ini
Kisah Ibnu Arabi Berguru ke Rasulullah Saw (1)
ilustrasi

matamaduranews.com-Tak sedikit yang meragukan pertemuan Ibnu Arabi dengan Rasulullah Saw. Mereka beralasan, kehidupan Rasulullah Saw dan Ibnu Arabi terpaut ratusan tahun.

Rasul Muhammad Saw, wafat 632 M. Sedangkan Ibnu Arabi yang memiliki nama lengkap MuhyiddinAbu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi at-Ta’i lahir di Murcia, Andalusia (Spanyol) pada malam Senin, tanggal 17 Ramadan 560 Hijriah/1165 Masehi dan wafat pada 16 November 1240 M.

Tapi, tak sedikit yang membenarkan pengakuan Ibnu Arabi. Kesaksian dari para ulama tasawuf, setelah  mengalami tazkiyatu nafsi (penyucian Jiwa). Sehingga apa yang dikisahkan Ibnu Arabi bisa berjumpa dengan Nabi Saw juga dirasakan. Mereka bertemu langsung dengan Rasulullah Saw. Bukan melalui mimpi.

Pengalaman spiritual Ibnu Arabi berjumpa dengan Rasulullah Saw menghasilkan kitab Fushush al-Hikam dan Futuhat al-Makkiyyah. Selain 300 karya lainnya.

Fushush al-Hikam dan Futuhat al-Makkiyyah, Ibnu Arabi menulis dalam Mukaddimah kitab Fushush al-Hikam. Dalam kitab itu, Ibn ‘Arabi mengaku bertemu dengan Nabi Muhammad Saw dan becakap-cakap dengan beliau.

“Aku melihat Rasulullah dalam suatu kunjungan kepadaku pada akhir Muharram 627, di kota Damaskus. Dia memegang sebuah kitab dan berkata kepadaku: ‘Ini adalah kitab Fushush al-Hikam; ambil dan sampaikan kepada manusia agar mereka bisa mengambil manfaat darinya.’ Aku menjawab, ‘Segenap ketundukan selayaknya dipersembahkan ke hadirat Allah dan rasul-Nya; ketundukan ini seharusnya dilaksanakan sebagaimana kita diperintahkan.’ Oleh karena itu, aku melaksanakan keinginanku, memurnikan niat, dan mencurahkan maksudku untuk menerbitkan kitab ini seperti diperintahkan sang Rasul, tidak ada tambahan ataupun pengurangan di dalamnya.” Begitu tulis Ibn ‘Arabi.

“Aku pun mengaktualisasikan pesan Rasul dan mengikhlaskan niat serta memfokuskan keinginan dan aspirasi untuk menyatakan kitab tersebut sebagaimana yang telah ditentukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa penambahan dan pengurangan,” tulis Ibnu Arabi dalam pengantar kitabnya.

Pada suatu waktu, Ibnu Arabi memikirkan masalah rumit yang menjadi perselisihan di kalangan ulama, yakni mengenai keutamaan dan kelemahan para malaikat dibandingkan dengan manusia.

Ibnu Arabi menceritakan, “Aku bertemu dengan Rasulullah SAW dalam mimpi dan aku bertanya mengenai persoalan ini setelah menuturkan silang pendapat di kalangan ulama,“.

Rasulullah bersabda, “Manusia lebih mulia dari Malaikat,”

Ibnu Arabi menjawab, “Aku mempercayai jawabanmu, ya Rasul. Tapi apa alasanku jika aku ditanya mengenai hal ini?”

Rasulullah SAW berkata: “Engkau tahu aku adalah manusia yang paling mulia. Engkau juga telah memahami hadits yang aku sampaikan dari Allah bahwa Dia berfirman, “Barangsiapa menyebut nama-Ku di dalam dirinya, Aku akan menyebutnya di dalam diri-Ku, dan barangsiapa menyebut nama-Ku dalam sebuah majlis, aku akan menyebut namanya dalam sebuah majlis yang lebih baik dari majlisnya (yakni majlis di kalangan malaikat). Betapa banyak manusia yang telah menyebut nama Allah dalam sebuah majlis, yang telah aku (Rasulullah) hadiri. Dan karena itu, betapa banyak manusia yang telah Allah sebutkan dalam sebuah majlis yang lebih baik dari majlis itu!”

(bersambung)

redaksi

KPU Bangkalan