matamaduranews.com–PAMEKASAN– Aulia Nur Fadilah namanya. Siswi SD di Kabupaten Pamekasan itu mengundang kerprihatinan salah seorang aktivis sosial setempat.
Kondisinya cukup syarat mendapat perhatian pemerintah. Namun, luput dari jangkauan.
Aulia Nur Fadilah adalah putri ketiga dari pasangan suami istri bernama Tarjono dan Sri Wahyuni, warga Jl. Stadion Kelurahan Barkot, Kecamatan Kota, Pamekasan.
Sosok Aulia mengundang kepedulian salah seorang aktivis sosial lantaran kondisi kehidupannya sangat memprihatinkan.
Di usianya yang baru 10 tahun, Aulia kini harus tinggal bersama kedua kakak kembarnya. Sri Wahyuni, ibu kandungnya meninggal dunia.
Penderitaan Aulia semakin lengkap ketika sang bapak yang selama ini berada di luar kota sudah lama tidak memberi kabar, juga tak lagi berkirm uang.
“Ibu sudah lama meninggal. Biasanya bapak kirim uang, tapi sekarang sudah lama tidak ada kabar,” kata Aulia, saat ditemui aktivis sosial di rumahnya Rabu, 9 November 2022.
Alhasil, siswi kelas IV SD di Pamekasan itu sangat kebingungan untuk membeli kebutuhan sekolahnya. Sebab, kedua kakak kembarnya yang bernama Wada dan Wadi juga belum bisa membantunya. Saat ini mereka ada yang masih menganggur.
“Tadi saya butuh uang 2 ribu rupiah mau beli lem kertas untuk mengerjakan tugas sekolah, tapi saya tidak punya uang sama sekali,” tutur Aulia polos pada relawan dan awak media.
Beruntung, masih ada tetangga baik hati yang mau ngasih uang. Sehingga, Aulia bisa membeli lem kertas yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas sekolahnya.
“Saya minta ke mbak Lia, tetangga yang selalu peduli sama saya, walaupun sebenarnya dia juga tidak mampu,” ujar Aulia.
Tak hanya kebingungan untuk keperluan tugas sekolah, ternyata Aulia juga tidak punya sepatu dan tas yang layak pakai.
Bahkan, Aulia harus jalan kaki ke sekolah karena sepedanya sudah rusak dan bukan ukurannya alias kekecilan.
“Sepatu yang warna hitam dibuang karena sudah rusak. Yang saya pakai selama ini sepatu warna putih, itupun sudah robek sana-sini. Semoga ada yang mau bantu,” tuturnya agak malu-malu.
Sementara Irwin Nur Maulana, Ketua Relawan Gerakan Emansipasi Masyarakat (GEMA) Pamekasan yang mendatangi Aulia, sangat menyayangkan hal itu bisa terjadi di wilayah kota Kabupaten Pamekasan.
“Ini kan di wilayah kota, kok bisa dan masih ada siswi yang hidupnya memprihatinkan seperti adik Aulia ini. Ayo kita bergerak bersama, jangan diam. Aulia ini penerus bangsa, kita harus peduli, kasihan anak ini,” kata aktivis sosial yang karib disapa Wiwin itu.
Kedatangan Wiwin ke rumah Aulia untuk membuktikan kondisi anak tersebut. Sebab, dia setengah tidak percaya ada fakta sosial yang begitu memprihatikan di wilayah kota.
“Harapan kami dengan melihat kondisi adik Aulia Nur Fadilah seperti ini, Pemkab bisa hadir melalui dinas terkaitnya. Seperti Dinas Sosial bisa bantu kebutuhan hidupnya, juga Dinas Pendidikan dan Kebudayaaan bisa bantu alat dan perlengkapan sekolahnya. Kasihan adik Aulia ini,” harap Wiwin. (*)