Opini

Menumbuhkan Budaya Literasi Keluarga

×

Menumbuhkan Budaya Literasi Keluarga

Sebarkan artikel ini
Literasi
Menumbuhkan Budaya Literasi Keluarga. (Foto Design by A. Warits/Mata Madura)

Oleh: Moh. Lutfi*

“Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga.” Lirik lagu berjudul Harta Berharga yang menjadi soundtrack sinetron Keluarga Cemara ini menarik untuk dicermati. Lirik lagu tersebut memberikan gambaran betapa penting dan berharganya keluarga. Berbagai bentuk lakon hidup yang dinikmati sedari kecil diperkenalkan dan dimulai dari yang namanya keluarga. Keluarga adalah awal anak memperoleh pendidikan dan menempa hidup termasuk di dalamnya kegiatan literasi.

Literasi keluarga didengungkan sekira tahun 2015 lalu bersama dua literasi lainnya yaitu literasi sekolah dan literasi masyarakat. Ketiga literasi itu berporos pada satu gerakan yang namanya Gerakan Literasi Nasional. Mengapa mesti keluarga? Jawaban dari pertanyaan ini cukuplah simpel, karena keluarga adalah lembaga pendidikan pertama untuk membentuk karakter anak. Di dalam keluarga, anak akan dicetak sedemikian rupa dan dibekali pelbagai bentuk bekal untuk masa depan.

Secara umum literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan tersebut pertama kali dapat diperoleh di dalam keluarga. Lebih lanjut, kemampuan membaca dan menulis yang baik dapat mendorong kemampuan anak berpikir kritis dan memecahkan masalah. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan di dalam keluarga untuk membudayakan literasi, seperti menyediakan bahan literasi yang menarik, membacakan buku dan berdiskusi, dan liburan ke taman bacaan atau book store.

Bahan literasi yang menarik menjadi syarat utama yang harus disediakan di dalam rumah. Kemenarikan bahan bacaan di dalam keluarga tentu berbeda-beda. Seorang anak mungkin menyukai cerita bergambar semisal komik, fabel dan lainnya. Oleh karena itu, penyediaan bahan bacaan dapat disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan si anak. Orang tua pun begitu dapat memilih sendiri bahan bacaan yang disukai.

Orang tua dapat meletakkan bahan-bahan bacaan di sudut rumah yang sering dijangkau oleh anak. Orang tua juga dapat menyediakan bahan bacaan melalui mading rumah dengan menempelkan bacaan-bacaan bergambar. Dengan begitu, otomatis anak akan terpapar buku dan bahan bacaan lainnya kemana pun dia melangkah di dalam rumah. Anak biasanya akan penasaran tentang isi buku dan kemudian membukanya. Ketika anak sudah penasaran, ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk menjelaskan isinya dan memberikan motivasi kepada si anak.

Cara lain yang dapat dilakukan oleh orang tua selain memberikan kesempatan kepada anak untuk membaca mandiri adalah membacakan buku-buku cerita kepada si anak. Gaya membaca dan bercerita yang menarik akan memberikan kesan kepada anak, sehingga anak akan mudah memahami isi bacaan. Di akhir kegiatan membaca dan bercerita, orang tua dapat mengajak anak untuk mendiskusikan isi buku yang selanjutnya menuliskannya dalam bentuk catatan-catatan kecil. Kegiatan ini dapat dilakukan setiap hari. Semisal tidak bisa, kegiatan seperti itu dapat dilakukan dua atau tiga hari dalam seminggu.

Langkah berikutnya yang dapat dilakukan oleh orang tua setelah anak membaca, berdiskusi, dan menulis adalah membingkai hasil karya anak dalam satu kumpulan karya. Karya tersebut dapat dijadikan hadiah ulang tahun kepada anak. Dengan begitu, anak akan merasa senang dan dihargai manakala yang dibuatnya juga dihargai. Hasil karya anak yang berupa gambar dan tulisan juga ditempelkan di mading rumah bersama karya orang tua.

Setelah segala kerumitan yang ada di rumah, orang tua dapat mengagendakan liburan pada akhir pekan atau bulan. Anak-anak dapat di ajak ke toko buku, diminta memilih buku yang cocok dan menarik dibaca. Orang tua pun juga dapat memilih buku yang menarik untuk dibaca dalam keluarga. Mengajak anak ke toko buku dapat menanamkan kecintaan anak pada buku.

Selain ke toko buku, orang tua juga dapat mengajak anak untuk mengunjungi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang ada di desa dan kecamatan atau pergi ke pusat kota melihat kegiatan literasi yang diadakan Perpusda melalui perpustakaan kelilingnya. Biasanya taman bacaan menyediakan berbagai koleksi bacaan dan beragam kegiatan seperti bercerita dan mendongeng. Anak-anak juga dapat dilibatkan dalam kegiatan berbicara dan mendongeng. Selain kegiatan membaca, secara tidak langsung anak-anak diajari untuk bersosialisasi, mengobrol dengan teman-teman baru. Saling bertukar pikiran mengenai berbagai bacaan yang telah dibaca.

Usaha menumbuhkan budaya literasi dalam keluarga memang bukanlah perkara mudah. Perlu pembiasaan dan usaha berkelanjutan oleh orang tua. Orang tua pun juga harus rela mengurangi jam untuk menonton televisi dan bermain gawai demi menciptakan mutiara-mutiara yang berkualitas (anak-anak yang berprestasi) yang gemar membaca dan menulis, mampu menganalisis dan berpikir kritis, serta mampu memecahkan masalah.

Terakhir, bagaimanapun juga orang tua adalah contoh pertama yang ditiru oleh anak. Orang tua harus ikhlas menjalankan rutinitas kegiatan literasi yang telah di sebutkan di atas. Jika menginginkan anak gemar membaca, maka orang tua harus membaca. Sebagai penutup, coba renungkan pernyataan Paul Jennings (dalam Billy Antoro: 2017) “Tak ada gunanya mencoba menularkan virus membaca ke dalam diri anak-anak jika Anda tak pernah memilikinya.”

*Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum (STAIM) Terate, Pandian, Sumenep.

KPU Bangkalan