Opini

Muak Keadaan Politik Indonesia Saat Ini

×

Muak Keadaan Politik Indonesia Saat Ini

Sebarkan artikel ini
Muak Keadaan Politik Indonesia Saat Ini

Oleh: Jemima Mulyandari*

Ada yang mengatakan jika aktivis itu hitam putih. Sedangkan politikus itu abu-abu. Pada akhirnya saya memang setuju dengan kalimat ini.

Dunia politik memang dunia abu-abu yang tidak pernah mau membatasi dirinya secara jelas hitam atau putih. Intinya, politikus selalu bermain di area abu-abu untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari sini muncullah sebuah kalimat “Dalam dunia politik tak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang ada hanyalah kepentingan”.

Jika dulu saya biasa saja saat mendengar kalimat itu, kali ini jujur saya sangat muak dengan kalimat tersebut. Kenapa???

Karena saat ini saya bisa melihat dengan jelas keadaan politik di Indonesia semuanya sedang berbicara tentang kepentingannya masing-masing dengan mengatasnamakan kepentingan bangsa. Padahal sesungguhnya itu adalah kepentingan pribadi dan golongan.

Sebetulnya tak masalah juga dengan yang namanya kepentingan. Selagi tak menabrak etika dan tak mengabaikan rasa, yang namanya kepentingan sah-sah saja untuk diperjuangkan.

Tapi saat sudah menabrak etika dan mengabaikan rasa, disitulah kepentingan akan menjadi sesuatu yang sangat memuakkan bahkan menjijikkan.

Yang saya maksud dengan menabrak etika dan mengabaikan rasa di sini adalah saat seseorang yang tak bisa berjuang sendiran dengan sadar melupakan perjuangan yang sejak awal sudah dia lakukan bersama-sama dengan orang lain. Di mana perjuangan itu sendiri adalah perjuangan penuh keringat, air mata, darah bahkan nyawa.

Saat kemenangan sudah di raih bersama, orang-orang yang tak ikut berkeringat, menangis dan berdarah bersama kita justru diberi karpet merah oleh orang yang sudah kita perjuangkan kemenangannya.

Tragisnya, orang-orang yang diberi karpet merah ini justru para pelaku alias biang kerok yang menyebabkan perjuangan bersama kita tadi jadi penuh air mata bahkan darah.

Tak hanya itu, bangsa dan negarapun dicabik-cabik persatuan dan kesatuannya oleh mereka. Orang-orang jahat yang mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan di atas kepentingan bangsa dan negara.

Dari sini para pembaca mungkin sudah bisa menebak ke arah mana artikel saya kali ini.

Ya, saya sedang muak dengan langkah politik Jokowi yang “katanya” akan memasukkan Partai Gerindra dalam koalisi Jokowi. Itu sekaligus berarti Gerindra akan mendapat tempat dalam kabinet Jokowi di periode kedua ini.

“Bukan paling besar. Di-iya-kan oleh presiden, presiden menegaskan bahwa Gerindra masuk (koalisi),” ujar Immanuel Ebenezer, Ketua Umum Kelompok Relawan Jokowi Mania saat bertemu Presiden Jokowi, Senin, 21 Oktober 2019. Dalam acara itu, Jokowi disebut membocorkan ada partai baru masuk kabinet.

Di sinilah letak puncak kemuakan saya. Terserah saya mau dikatain lebai, tak mengerti politik, terlalu terbawa perasaan atau apa.

Yang jelas saya memang takkan pernah bisa melupakan bagaimana licik dan jahatnya cara yang mereka tempuh untuk menyerang, menjatuhkan bahkan “menghabisi” Jokowi secepat mungkin. Ahok bahkan sudah “dibunuh” oleh mereka.

Keutuhan bangsa dan negara tega mereka korbankan hanya untuk merebut tampuk kekuasaan tertinggi dari tangan Jokowi. Jadi ini sudah bukan tentang Jokowi lagi. Ini tentang NKRI.

Saya rasa tak perlu saya tuliskan panjang lebar di sini semuanya pasti masih bisa mengingat rentetan peristiwa memilukan itu terjadi di negara kita beberapa waktu yang lalu.

Caci maki, hujatan, drama, sandiwara, hoax, kebohongan bahkan fitnahan merajalela di negeri kita tercinta. Sudah lupakah kalian??? Saya takkan pernah bisa melupakannya!!!

Proses Pilpres yang memakan waktu lama dan juga biaya sangat besar yang sudah kita jalani bersama seakan-akan tak ada artinya saat saya memilih 01 tapi dapatnya 01 plus 02 sekalipun cuma segelintir orang saja. Tapi segelintir ini justru biangnya. Babonnya. Sumber kekacauan di negara ini.

Masih bisa saya ingat dengan baik saat saya dan beberapa rekan saya dari Forum Peduli NKRI ngedempong seharian di Kantor KPU Denpasar mengisi ratusan formulir A5 karena saat itu kami memang sedang membantu banyak pendatang yang merantau ke Bali supaya bisa tetap menggunakan hak pilihnya saat Pilpres.

Dan sudah bisa dipastikan mereka-mereka ini adalah orang-orang yang ingin melihat Jokowi menjadi presiden 2 periode. Ratusan formulir rangkap itu saya tulis sampai tangan saya keriting mati rasa demi bisa melihat para pendatang ini mencoblos 01 saat Pilpres nanti.

Lalu tiba-tiba sekarang saya harus menunggu dengan pasrah tibanya saat di mana saya harus menerima satu paket kubu 02 yang tidak saya pilih sebelumnya ada dalam koalisi 01 yang sudah saya perjuangkan sedemikian rupa sebelumnya.

Sekalipun perjuangan saya tulus ikhlas tanpa pamrih, kalau memang seperti ini caranya. Zig-zag seenaknya sendiri seperti ini, lalu untuk apa Pilpres yang memakan banyak waktu dan biaya itu dilakukan??? Mending langsung hom pim pa saja bagi-bagi “kepentingan” sesukamu.

Saat ini saya memang seperti orang yang sudah berjalan jauh yang sedang menoleh ke belakang untuk melihat kembali betapa berliku dan terjalnya jalan yang sudah saya lalui selama ini. Dan di titik ini yang saya dapatkan saat ini hanyalah kemuakan.

Karena akhirnya saya memang menyadari jika politik itu abu-abu dan hanya bicara tentang kepentingan yang kadang tega mengabaikan etika dan rasa sekalipun sudah dibungkus rapi dengan kedok bernama Persatuan Indonesia.

Lantas kecewakah saya pada pilihan saya sendiri???

Tidak!!! Saya tak pernah menyesali dukungan saya pada Jokowi. Saya justru akan menyesal seumur hidup jika tak mendukung perjuangan Jokowi 2 periode. Karena sejak dulu saya sadar bahwa seorang Jokowi adalah manusia biasa yang juga punya banyak kekurangan sama seperti kamu dan saya.

Dan ada satu lagi. Jokowi ternyata bukan sekedar tukang kayu yang kebetulan kecemplung nyebur ke dunia politik. Jokowi ternyata benar-benar seorang politikus handal yang langkah politiknya tak bisa dengan mudah kita cerna saat ini.

Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan. Saya bahagia terlahir sebagai orang awam, ibu rumah tangga biasa yang punya kesempatan mengikuti, bahkan berani bersuara beropini tentang naik turunnya keadaan politik di negeriku, tanah kelahiranku.

Saya bersyukur terlahir sebagai rakyat biasa, bukan sebagai politikus dengan dunia abu-abu dan segala kepentingannya yang kadang tega menabrak etika dan rasa.

Don’t worry Pak Jokowi. Doa, cinta dan dukunganku tetap ada untukmu.

Saya cuma sedang muak dengan keadaan politik Indonesia saat ini.

Dan doaku setulus hati, semoga ular yang kau masukkan dalam kabinetmu takkan pernah menggigitmu bahkan menghancurkan NKRI. Amin.

*tulisan ini telah tayang di seword.com dengan judul: Saya Sedang Muak Dengan Keadaan Politik Indonesia Saat Ini

KPU Bangkalan